Sabtu, 03 September 2016

Penerapan Koordinasi Pimpinan dalam Pelaksanaan Program di Mts Nurul Aeyn Kampung Baru










DRAFT SKRIPSI


Nama              :
Nim                 :
Prodi               :
Jurusan          :
Judul Skripsi : Penerapan Koordinasi Pimpinan dalam Pelaksanaan Program di          Mts Nurul Aeyn Kampung Baru


A.    Latar Belakang Masalah
Setiap organisasi yang bergerak dengan baik pasti ada pemimpin yang baik pula. Pimpinan dari organisasi harus mampu melakukan banyak hal yang akan menjadikan organisasi mencapai tujuan. Pemimpinlah yang akan menentukan berbagai kebijakan untuk keberhasilan organisasi kedepannya. Begitu pula di dalam lembaga pendidikan khususnya sekolah, yang menjadi seorang pemimpin disebut kepala sekolah. Kepala sekolah adalah jabatan pimpinan, yaitu tenaga fungsional guru yang diberi tugas, tanggung jawab untuk memimpin sebuah sekolah.
Kepala sekolah merupakan pemimpin pendidikan tingkat satuan pendidikan, yang harus bertanggung jawab terhadap maju mundurnya sekolah yang dipimpinnya. Tidak jarang kepala sekolah menerima ancaman, jika dia tidak dapat memajukan sekolahnya maka akan dimutasikan atau akan diberhentikan dari jabatannya. Oleh karena itu, kepala sekolah dituntut untuk memiliki berbagai kemampuan, baik berkaitan dengan masalah manajemen maupun kepemimpinan agar dapat mengembangkan dan memajukan sekolahnya secara efektif, efisien, mandiri, produktif, dan akuntabel.
Manajemen dan kepemimpinan kepala sekolah perlu lebih ditekankan dalam koordinasi, komunikasi dan supervisi, karena kelemahan dan hambatan pendidikan seringkali bersumber dari kurangnya koordinas, komunikasidan supervisi sehingga menyebabkan persepsi yang berbeda di antara komponen-komponen pelaksana di lapangan serta kurangnya sosialisasi dari kepala sekolah kepada seluruh tenaga kependidikan lainnya.[1]
Dalam memberdayakan segala sumber daya suatu organisasi untuk mencapai tujuan khususnya di sekolah perlu diadakan pembagian tugas kemudian mengelompokan sumber daya manusia ke dalam suatu satuan kerja (unit kerja). Hubungan kerja baik yang bersifat koordinatif maupun subordinatif dan masih ada lagi usaha-usaha lainyang bersifat mmengatur, semua dilakukan agar semua proses kegiatan dalammencapai tujuan dilaksanakan dengan selektif mungkin tanpa adanya pertengakaran, konflik, perbedaan pendapat, dan membahayakan kemajuan sekolah.[2]
Dengan pendelegasian wewenang dan pembagian pekerjaan kepada para bawahan oleh manajer maka setiap individu bawahan akan mengerjakan pekerjaannya sesuai dengan wewenang yang diterimanya. Setiap bawahan hanya mengerjakan sesuai dengan pekerjaan yang diberikannya. Oleh karena itu masing-masing pekerjaan harus disatukan, diintegrasikan, dan diarahkan untk tercapainya tujuan. Karena tanpa koordinasi tugas dan pekerjaan dari setiap individu karyawan maka, tujuan sekolah tidak dapat tercapai.koordinasi ini merupakan tugas penting yang harus dilakukan oleh seorang pimpinan organisasi khususnya kepala sekolah.[3]
Seorang pimpinan sekolah yaitu kepala sekolah harus mampu menerapkan koordinasi yang baik antara stakeholder sekolah. Stakeholder sekolah yang meliputi semua orang yang berkepentingan terhadap perkembangan sekolah untuk mencapai tujuan serta terlaksananya berbagai program sekolah dengan baik, yang tentunya juga menghasilkan peserta didik yang berkualitas baik itu guru, masyarakat maupun tenaga kependidikan sekolah sperti staf dan karyawan-karyawan sekolah. Semuanya itu harus terkoordinasi dengan baik sehingga memudahkan suatu kegaiatan sekolah terlaksanan dengan baik. Dengan adanya koordinasi yang baik dalam lingkungan sekolah khususnya di Mts Nurul Aeyn Kampung Baru tujuan sekolah akan tercapai. Selain itu koordinasi juga sangat penting dan diperlukan agar dalam suatu sekolah terciptanya keselarasan tindakan, kesatuan usaha, kesesuaian dan keseimbangan antara unit kerja.
Koordinasi yang dilakukan bukan upaya sesaat, tetapi berkesinambungan dan berlangsung terus-menerus untuk menciptakan dan mengembangkan kerja sama serta mempertahankan keserasian dan keselarasan tindakan, antara pegawai maupun unit lembaga sehingga sasaran-sasaran yang tellah ditetapkan dapat diwujudkan sesuai dengan rencana.
Dengan penerapan koordinasi yang baik diMTs Nurul Aeyn Kampung Baru, maka sangat memudahkan pimpinan khususnya kepala sekolah untuk melaksanakan berbagai program sekolah. Hal ini, menjadi landasan penulis melakukan penelitian tentang Penerapan Koordinasi Pimpinan dalam Pelaksanaan Program di Mts Nurul Aeyn Kampung Baru.

B.     Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, penulis mengemukakan sebuah masalah pokok yaitu Bagaimana Penerapan Koordinasi Pimpinan dalam Pelaksanaan Program Mts Nurul Aeyn Kampung Baru. Merujuk pada masalah pokok di atas, penulis menganggap perlu adanya submasalah yang dijadikan sebagai sentral dalam pembahasan skripsi ini yaitu:
1.      Bagaimana bentuk koordinasi pimpinan Mts Nurul Aeyn Kampung Baru?
2.      Bagaiamana penerapan koordinasi pimpinan dalam pelaksanaan program di Mts Nurul Aeyn Kampung Baru?

C.    Pengertian Judul
Untuk menghindari kekeliruan dalam memahami makna yang terkandung dalam skripsi ini, penulis merasa perlu untuk memberikan pengertian kata yang terdapat pada judul skripsi.
Penerapan
Koordinasi atau dalam bahasa Inggris coordinnation, berasal dri bahasa Latin, yakni cum yang berarti berbeda-beda, dan ordinare berarti penyusunan dan penempatan sesuatu pada keharusannya. Istilah koordinasi penggunannya sering dipersatukan atau dilakukan secara bergantian dengan istilah kerja sama (coperation). Koordinasi lebih daripada sekedar kerja sama karena dalam koordinasi juga terkandung sinkronisasi, sedangkan kerja samamerupakan suatu kegiatan kolektif dua orang atau lebih untuk mencapai tujuan bersama. Dengan demikian kerja sama dapat terjadi tanpa koordinasi, sedangkan koordinasi pasti ada upaya untuk menciptakan kerja sama[4]
Pimpinan
Pelaksanaan
Program
Mts Nurul Aeyn Kampung Baru merupakan
Dari pengertian kata di atas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud penerapan koordinasi pimpinan dalam pelaksanaan program adalah suatu cara yang dilakukan oleh seorang pimpinan dalam pelaksanaan program agar tujuan program dapat tercapai. Cara yang dilakukan yaitu dengan koordinasi yang baik bagi sumber daya manusia yang ada di Mts Nurul Aeyn Kampung Baru.

D.    Tujuan dan Kegunaan Penelitian
1.      Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini, yaitu:
a.       Untuk mengetahui bentuk koordinasi pimpinan di Mts Nurul Aeyn Kampung Baru.
b.      Untuk mengetahui penerapan koordinasi pimpinan dalam pelaksanaan program di Mts Nurul Aeyn Kampung Baru.
2.      Kegunaan Penelitian
Adapun kegunaan penelitian ini dimaksudkan sebagai berikut:
a.       Secara teoritis penelitian ini berguna untuk  memberikan tambahan ilmu dan pengetahuan kepada peneliti dan menjadi salah satu referensi kepada pembaca tentang penerapan koordinasi pimpinan dalam pelaksanaan program di Mts Nurul Aeyn Kampung Baru
b.      Sebagai bahan informasi kepada setiap pimpinan sekolahtentang penerapan koordinasi pimpinan dalam pelaksanaan program di Mts Nurul Aeyn Kampung Baru
c.       Penelitian ini diharapkan berguna kepada setiap pimpinan atau kepala sekolah untuk lebih memahami dan harus melaksanakan koordinasi agar program sekolah dapat terlaksana dengan baik
d.      Sebagai acuan dan bahan informasi untuk penelitian selanjutnya.

E.     Tinjauan Pustaka
Pada hakikatnya koordinasi merupakan proses penyatupaduan kegiatan yang dilakukan pegawai dari berbagai satuan lembaga sehingga dapat berjalan selaras dan serasi, sehingga tujuan lembaga secara keselurusahn dapat diwujudkan secara optimal.
Dalam melakukan koordinasi, manajemen puncak perusahaan perlu selalu menekankan pentingnya hal-hal sebagai berikut:[5]
1.      Adanya persepsi yang sama dalam seluruh jajaran sekolah tentang makna dan hakikat dari tujuan yang ingin dicapai
2.      Penerimaan visi manajemen puncak oleh selurh kompnen sekolah
3.      Kesatuan langkah dalam mengembang misi sekolah
4.      Penerapan prinsip fungsionalisasi dalam menjalankan roda sekolah
5.      Fokus pada kepuasan peserta didik dan sekolah
6.      Upaya yang kontinu dalam meningkatkan mutu sekolah
7.      Upaya yang berkelanjutan dalam memenuhi tuntutan lingkungan
8.      Kesediaan semua komponen sekoalah mengukur terpenuhi tidaknyastandar kinerja yang telah ditentukan
9.      Pemberdayaan terus-menerus dari sumber daya manusia dalam semua komponen sekolah
10.  Tercipta dan terpeliharanya sistem umpan balik.
Koordinasi akan efektif apabila dilaksanakan secara terus-menerusdan berkesinambungan dari tahap awal sampai akhir pekerjaan, mengupayakan hubungan dan pertemuan-pertemuan di antara berbagai pihak yang terkait, serta mengembangkan keterbukaan sehingga apabila terdapat perbedaan pandangan dapat didiskusikan dan dipecahkan bersama.[6]
1.      Konsep Dasar Koordinasi
Koordinasi adalah suatu usaha kerja sama antara badan, instansi, unit dalam pelaksanaan tugas-tugas tertentu sedemikan rupa, sehingga dapat saling mengisi, saling membantu, dan saling melengkapi.
Kenapa koordinasi sangat penting ? koordinasi itu penting dalam suatu organisasi, adalah:
a.       Untuk mencegah terjadinya kekacauan, percekcokan, dan kekembaran atau kekosongan pekerjaan
b.      Agar orang-orang dan pekerjaannya diselaraskan serta diarahkan untuk pencapaian tujuan
c.       Agar sarana dan prasarana dimanfaatkan untuk mencapai tujuan
d.      Supaya semua unsur manajemen dan pekerjaan masing-masing individu karyawan harus membantu tercapainya tujuan organisasi
e.       Supaya semua tugas, kegiatan, dan pekerjaan terintegrasi kepada sasaran yang diinginkan.[7]
Adapun karakteristik koordinasi, seperti yang dikemukakan oleh Handayiningrat yang dikutip oleh Mulayasa dalam bukunya Manajemen dan Kepemimpinan Kepala Sekolah, yaitu:[8]
1.      Tanggung jawab koordinasi terletak pada pimpinan. Oleh karena itu, koordinasi menjadi wewenang dan tanggung jawab pimpinan sehingga dapat dikatakan bahwa pimpinan bisa berhasil jika melakukan koordinasi
2.      Koordinasi adalah kerja sama. Hal ini disebabkan kerja sama merupakan syarat mutlak terselenggaranya koordinasi
3.      Koordinasi merupakan proses terus menerus dan berkesinambungan dalam rangka mewujudkan tujuan organisasi atau lembaga pendidikan
4.      Pengaturan usaha kelompok secara teratur. Hal ini disebabkan koordinasi adalah konsep yang diterapkan di dalam kelompok., bukan usaha individu melainkan sejumlah individu yang bekerja sama di dalam kelompok untuk mencapai tujuan bersama.
5.      Kesatuan tindakan merupakan inti koordinasi. Pimpinan merupakan pengatur usaha-usaha dan tindakan-tindakan setiap individu sehingga diperoleh keserasian dalam mencapai hasil bersama.
6.      Tujuan koordinasi adalah tujuan bersama.


Sedangkan untuk prinsip-prinsip koordinasi, sebagai berikut:[9]
1.      Koordinasi harus dimulai dari tahap perencanaan awal
2.      Hal pertama yang harus diperhatikan dalam koordinasi adalah menciptakan iklim yang kondusif bagi kepentingan bersama
3.      Koordinasi merupakan proses yang terus menerus dan berkesinambungan
4.      Koordinasi merupakan pertemuan-pertemuan bersama untuk mencapai tujuan
5.      Perbedaan pendapat harus diakui sebagai pengayaan dan harus dikemukakan secara terbuka dan diselidiki dalam kaitannya dengan situasi secara keseluruhan.

Yang menjadi tujuan koordinasi adalah:
1.      Untuk mengarahkan dan menyatukan semua tindakan serta pemikiran ke arah tercapainya sasaran perusahaan
2.      Untuk menjuruskan keterampilan spesialis ke arah sasaran sekolah
3.      Untuk menghindari kekososngan dan tumpang tindih pekerjaan
4.      Untuk menghindari kekacauan dan penyimpangan tugas dari ssaran
5.      Untuk mengintergrasikan tindakan dan pemanfaatan unsur-unsur manajemen ke arah sasaran organisasi
6.      Untuk menghindari tindakan overlapping dari sasaran sekolah[10]
Dengan demikian ada beberapa sifat-sifat koordinasi, yaitu koordinasi adalah dinamis bukan statis, koordinasi menekankan pandangan menyeluruh oleh seorang koordniator (manajer) dalam rangka mencapai sasaran serta koordinasi hanya meninjau suatu pekerjaan secara keseluruhan.[11]
2.      Syarat-Syarat Koordinasi
a.       Sense of cooperation (perasaan untuk bekerja sama), ini harus dilihat dari sudut bagian per bagian bidang pekerjaan, bukan orang per orang
b.      Rivalry, dalam perusahaan besar sering diadakan persaingan antarabagian-bagian, agar bagian-bagian ini berlomba-lomba untuk mencapai kemajuan
c.       Team spirit, artinya satu sama lain pada setiap bagian harus saling menghargai
d.      Esprit de corps, artinya bagian-bagian yang diikutsertakan atau dihargai umumnya akan menambah kegiatan yang bersemangat.[12]
3.      Macam-Macam Koordinasi
Dalam rangka eningkatkan efektivitas, efisiensi, dan produktivitas kerja, koordinasi harus dilakukan di semua tingkatan, baik pusat maupun daerah, bahkan dalam kesatuan-kesatuan administratif, seperti bidang, seksi, bagian, sampai dengan kesatuan-kesatuan yang paling kecil. Demikian halnya dalam pendidikan, koordinasi dapat dilaksanakan pada setiap jenjang manajemen pendidikan,  mulai dari pusat, tingkat nasional (makro) sampai tingkat lembaga (mikro), yakni pada sekolah-sekolah. dengan demikian, koordinasi juga dapat dilakukan dalam manajemen dan kepemimpinan kepalasekolah, bahkan merupakan bagian penting yang akan mempersatukanberbagai komponen sekolah untuk mewujudkan tujuan optimal.[13]
Dalam manajemen dan kepemimpinan kepala sekolah, koordinasi dilakukan untuk memadukan, meyelaraskan, dan menyerasikan berbagai kegiatan yang dilakukan oleh kepala sekolah maupun para guru di sekolah. Dalam hal ini,koordinasi yang baik ditandai dengan kegiatan-kegiatan para kepala sekolah dan para guru, serta para pegawai lain yang terpadu, serasi, atau selaras dalam mencapai suatu tujuan.
Pada dasarnya koordinasi dapat dilakukan secara intern dan ekstern, sesuai dengan tujuan dan fungsinya. Koordinasi antarlembaga biasanya berkenaan dengan fungsi dan bidang garapan tertentu, yang sering disebut dengan koordinasi fungsional dan koordinasi lintas sektoral. Baik kordinasi intern maupuan ekstern dapat dilakukan antarpegawai dari tingkat atas sampai padat  tingkat bawah, antarpegawai dan bagian yang setingkat, dan dapat pula antarpegawai dan bagian dari tingkat dan lembaga yang berbeda.[14]
Sejalan dengan uraian di atas, Handayaningrat mengemukakan koordinasi berdasarkan hubungan antar pejabat yang mengkoordinasikandan pejabat yang dikoordinasikan, sebagai berikut:[15]
a.       Koordinasi intern, terbagi menjadi tiga, yaitu:
1)      Koordinasi vertikal atau struktural antara yang mengkoordinasikan dengan yang dikoordinasikan secara struktural terdapat hubungan hierarkis.
2)      Koordinasi horizontal, yaitu koordinasi fungsional, kedudukan antara yang mengkoordinasikan dan yang dikoordinasikan setingkat eselonnya.
3)      Koordinasi diagonal, yaitu antara yang mengkoordinasikan mempunyai kedudukan yang lebih tinggi eselonnya dibandingkan yang dikoordinasikan tetapi tidak berada pada satu garis komando.
b.      Koordinasi ekstern, termasuk koordinasi fungsional. Dalam koordinasi ekstern yang bersifat fungsional, koordinasi itu hanya bersifat horizontal dan diagonnal.
4.      Cara Melakukan Koordinasi
Koordinasi dapat dilakuakn secara formal dan informal, melalui konferensi lengkap, pertemuan berkala, pembentukan panitia gabungan, pembentukan badan koordinasi staff, wawnncara dengan bawahan, buku pedoman lembaga, tata kerja, dan sebagainya. Hal tersebut sejalan dengan pendapat Sutarto yang mengemukakan cara-cara koordinasi, seperti mengadakan pertemuan informal di anatara para pejabat, mengadakan pertemuan formal(rapat), membuat edara berantai kepada para pejabat yang diperlukan, membuat penyebaran kartu kepada para pejabat, mengangkat koordinator, membuat buku pedoman lembaga, membuat buku pedoman kerja, membuat tanda-tanda, membuat simbol, membuat kode.[16]
Dalam koordinasi, setiap unit lembaga mengadakan hubungan untuk saling bertukar pikiran mengenai kegiatan dan hasil yang telah dicapai ppada saat tertentu, serta saling mengungkapkan masalah-masalah yang dihadapi dan mencari jalan pemecahannya, sekaligus saling membantu memecahkan masalah. Manajemen dan kepemimpinan kepala sekolah dapat ditinjau dari pendekatan proses dan pendekatan tugas. Oleh karena iitu, dalam manajemen dan kepemimpinan kepala sekolah koordinasi dapat dilakukan dalam setiap tahap dari proses dan bidang garapan manajemen tertentu. Koordinasi dalam manajemen dan kepemimpinan kepala sekolah mencakup seluruh program pengelolaan terhadap setiap subjek, objek, dan bidang garapan sekolah.[17]
Secara umum, ada beberapa carauntuk mengadakan koordinasi, sebagai berikut:
a.       Memberikan keterangan langsung dan secara bersahabat. Keterangan mengani pekerjaan serta tindakan-tindakan yang harus diambil
b.      Mengusahakan agar pengetahuan dan penerimaan tujuan yang akan dicapai oleh anggota, tidak menurut masing-masing individu. Tujuan itu adalah tujuan bersama. Mendorong para anggota untuk berpartisipasi dalam tingkat perumusan kebijakan
c.       Mendorong para anggota untuk bertukar pikiran.
d.      Membina human relationsyang baik antar sesam karyawan
e.       Manajer sering melakukan komunikasi informal dengan para bawahan.[18]
5.      Manfaat Koordinasi
Koordinasi sangat diperlukan dalam manajemen dan kepemimpinan kepala sekoalah, terutama menyatukan kesamaan pandangan antara berbagai pihak yang berkepentingan dengan kegiatan dan tujuan sekolah, baik guru, kepala sekolah, personel sekolah, orang tua, maupun masyarakat.
Melalui koordinasi setiap bagian yang menjalankan fungsi dengan spesialisasi tertentu dapat disatupadukan dan dihubungkan satu sama lain sehingga dapat menajalakan peranannya secara selaras dalam mewujudkan tujuan bersama.[19]
Manfaat koordinasi dalam manajemen dan kepemimpinan kepala sekolah, sebagai berikut:
a.       Menghilangkan dan menghindarkan perasaan terpisahkan satu sama lain, antar pengawas, kepala sekolah, guru dan pegawai lainnya
b.      Menghindarkan perasaan atau pendapat bahwa dirinya atau jabatannya merupakan yang paling penting
c.       Mengurangi dan menghindarkan kemungkinan timbulnya pertentangan antarsekolah atau pejabat
d.      Menghindarkan terjadinya rebutan fasilitas
e.       Menghindarkan terjadinya peristiwa menunggu
f.       Menghindarkan terjadinya kekosongan pekerjaan kepala sekolah
g.      Menumbuhkan kesadaran para kepala sekolah untuk saling memberitahu jika ada masalah
h.      Memberikan jaminan tentang kesatuan langkah di antara kepala sekolah dan guru.[20]

F.     Kerangka Pikir






Text Box: Kepala Mts Nurul Aeyn Kampung Baru


 












Dari skema di atas dapat digambarkan bahwa pimpinan Mts Nurul Aeyn Kampung Baru dalam hal ini kepala sekolah. penerapan koordinasi di Mts Nurul Aeyn Kampung Baru dilakukan dengan dua cara, yaitu dilakukan secara formal dan informal. Koordinasi formal diwujudkan dalam bentuk upaya-upaya impersonal, seperti dalam kehidupan birokrasi, membuat peraturan atau pedoman, mengangkat pejabat atau panitia bersama dan dokumen resmi lainnya. Sementara cara informal dapat dilakukan dengan pembicraan dan konsultasi pada saat bertemu di luar kepentingan dinas. Dengan adanya pelaksanaan koordinasi tentunya program sekolah Mts Nurul Aeyn Kampung Baru dapat terlaksana dengan baik. Program akan dilaksanakan akan mencapai tujuan jika ada koordinasi yang baik antara pihak-pihak sekolah, baik program internal maupun eksternal.

G.    Metode Penelitian
1.      Pendekatan Penelitian
Pendekatan merupakan proses perbuatan, cara mendekati, usaha dalam rangka aktivitas penelitian untuk mengadakan hubungan dengan orang yang diteliti.[21] Dan penelitian didefinisikan oleh banyak penulis sebagai suatu proses yang sistematis. Menurut McMilan dan Schumache dalam Wiersman mendefinisikan penelitian sebagai sutu proses sistematik pengumpulan dan penganalisaan informasi (data), untuk berbagai tujuan.[22] Penelitian ini termasuk dalam kategori penelitian lapangan (field research) dengan menggunakan metode kualitatif.[23] Adapun pendekatan yang digunakan penulis dalam penelitian ini yaitu:
a.       Pendekatan paedagogik adalah pendekatan yang menerangkan tentang gejala-gejala perbuatan mendidik atau dengan kata lain paedagogik adalah ilmu yang memberikan landasan, pedoman dan arah sasaran dalam usaha membentuk peserta didik menjadi manusia yang beradab yaitu manusia yang berketerampilan, berbudaya dan berpengetahuan.[24]
b.      Pendekatan sosiologis adalah ilmu yang mempelajari hidup bersama dalam masyarakat dan menyelidiki ikatan-ikatan antara manusia yang menguasai hidupnya itu.[25] Pendekatan sosiologis yang digunakan penulis yaitu bersosialisasi dengan sekolah yang diteliti untuk lebih mudah mendapatkan informasi.
c.       Pendekatan psikologis adalah ilmu yang mempelajari jiwa seseorang melalui gejala perilaku yang dapat diamatinya.[26]
2.      Lokasi Penelitian
Adapun lokasi penelitian skripsi  yaitu di SMAN 2 Watampone, yang terletak di jalan Gatot Subroto No. 01 Watampone  (Kabupaten Bone) Sulawesi Selatan. Sekitar 2 km dari pusat kota Watampone. Kegiatan operasionalnya di bawah pengawasan pemerintah dibawah naungan Departemen Pendidikan Nasional Kab Bone, Sulawesi Selatan.Sekolah ini cukup berkembang sehingga penulis tertarik untuk meneliti dan lokasi ini disengaja pula dipilih karena mudah dijangkau terletak dipusat kota Watampone sehingga membantu penulis dalam mengatasi keterbatasan dana, tenaga, waktu dan perlunya program studi manajemen pendidikan Islam meninjau tentang implementasi supervisi klinis dalam meningkatkan kualitas guru SMA Negeri 2 Watampone menurut tinjauan manajemen pendidikan Islam.
3.      Data Penelitian
Data merupakan bahan mentah yang perlu diolah sehingga menghasilkan informasi atau keterangan, baik kualitatif maupun kuantitatif yang menunjukkan fakta. Dalam konteks penelitian, data dapat diartikan sebagai keterangan mengenai variabel pada sejumlah obyek.[27]
a.       Jenis Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu data kualitatif. Data kualitatif merupakan data yang menunjukkan kualitas atau mutu sesuatu yang ada, baik keadaan, proses, peristiwa atau kejadian dan lainnya yang dinyatakan dalam bentuk pernyataan atau berupa kata-kata.[28]
b.      Sumber Data
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu:
1)      Data primer yaitu merupakan data yang didapat dari sumber pertama baik dari individu atau perseorangan seperti hasil dari wawancara dan observasi yang dilakukan oleh peneliti, seperti kepala sekolah dan guru yang ada di Mts NurulAeyn Kampung Baru
2)      Data sekunder yaitu data yang bukan diusahakan sendiri pengumpulannya oleh peneliti, tetapi diperoleh dari biro statistik, majalah, keterangan-keterangan atau publikasi lainnya. Dengan demikian, data ini sering pula disebut data dari bahan pustaka. Data sekunder bukan bersumber dari pelaku warga masyarakat, tetapi dari tangan kedua, ketiga dan seterusnya.[29]
4.      Teknik Pengumpulan Data
Data adalah fenomena yang dicari atau dipelajari, fenomena yang diamati dan dicatat, dan setelah diketahui menjadilah informasi sebagai dasar objektif dalam pembuktian dan pengambilan keputusan dan kesimpulan.[30]
Adapun metode pengumpulan data dalam penelitian ini, yaitu;
a.       Metode Library research yaitu suatu metode yang digunakan dengan jalan menelaah beberapa buku literatur yang berkaitan untuk dijadikan konsep atau teori dalam pembahasan skripsi ini.[31]
b.      Metode Field Research yaitu suatu pengumpulan data dengan terjung ke lapangan penelitian dengan menggunakan salah satu metode secara bersamaan[32] yaitu, metode:
1)      Observasi adalah pengamatan langsung terhadap objek yang akan diteliti.
2)      Dokumentasi adalah proses pengumpulan data dengan melihat dokumentasi yang terkait dengan penelitian yang dilakukan.
3)      Wawancara yaitu memberikan pertanyaan kepada responden secara langsung (lisan) yang terkait dengan dengan objek penelitian.
5.      Teknik Analisis Data
Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan dan dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesis, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan akan dipelajari, serta membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh sendiri maupun orang lain.[33]
Miles dan Huberman mengungkapkan bahwa aktivitas dalam analisis data kualitatif ada tiga, yaitu tahap reduksi data, display data, dan kesimpulan atau verifikasi.
a.       Reduksi data, mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, serta dicari tema dan polanya. Dengan demikian, data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas.[34]
b.      Display data (penyajian data), dalam penelitian kualitatif, di mana penyajian data dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antarkategori dan sejenisnya. Dengan adanya penyajian data, maka akan memudahkan untuk memahami apa yang terjadi, dan merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang telah dipahami tersebut.[35]
c.       Penarikansimpulan dan verifikasi, simpulan dalam penelitian kualitatif adalah merupakan temuan baru yang sebelumnya belum pernah ada. Temuan dapat berupa deskripsi atau gambaran suatu obyek yang sebelumnya masih remang-remang atau gelap sehingga setelah diteliti menjadi jelas, dapat berupa hubungan kausal atau interaktif, hipotesis atau teori.[36]



H.    Garis-Garis Besar Isi Skripsi
Bab pertama akan dibahas tentang latar belakang sehingga penulis memilih judul ini, selanjutnya perumusan masalah, pengertian judul, tinjauan pustaka, kerangka pikir, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, metode penelitian serta garis-garis besar isi skripsi.
Bab kedua dalam penulisan ini dibahas mengenai kajian pustaka yang meliputi konsep dasar koordinasi, bentuk-bentuk koordinasi kepala sekolah serta penerapan koordinasi pimpinan terhaap pelaksanaan program.
Bab ketiga dibahas mengenai  tata cara penelitian yang digunakan dalam penyelesaian skripsi ini. Mulai dari persiapan penelitian sampai pada tahap penyelesaian penulisan, yang berisi, pendekatan penelitian, lokasi penelitian, data penelitian, instrumen penelitian, teknik pengumpulan dan teknik analisis data.
Bab keempat sebagai subtansi dari penelitian ini, di dalamnya berisi hasil penelitian yang dijabarkan dalam pembahasan tentang penerapan koordinasi pimpinan dalam pelaksanaan program di Mts Nurul Aeyn Kampung Baru.
Selanjutnya, pada bab kelima sebagai bab penutup, berisi simpulan dari permasalahan yang diangkat dalam penilisan yang selanjutnya dilengkapi dengan kritik dan saran-saran. Dan pada lembaran terakhir berisi daftar pustaka yang dijadikan sebagai bahan referensi dalam penulisan penelitian skripsi ini.



DAFTAR PUSTAKA


Abdullah K. Tahapan dan Langkah-Langkah Penelitian. Cet. I; Watampone: Lukman al-Hakim Press, 2013

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia. Cet. VI;Jakarta: Balai Pustaka, 1995

Emzir. Metodologi Penelitian Pendidikan, Kuantitatif dan Kualitatif. Cet. I; Jakarta: Rajawali Pres, 2010

Mulyasa. Manajemen dan Kepemimpinan Kepala Sekolah. Cet.III; Jakarta: PT Bumi Aksara, 2013

Nata, Abuddin. Metodologi Studi Islam. Cet. VII; Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2003


P. Siagian, Sondang. Manajemen Internasiona. Cet. I; Jakarta: PT Bumi Aksara, 2004
Putra Widoyoko, S. Eko. Teknik Penyusunan Instrumen Penelitian. Cet. I; Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2012

S.P Hasibuan, Malayu. Manajemen: Dasar, Pengertian dan Masalah. Cet. IV; Jakarta: PT Bumi Aksara, 2005

Sadullah dkk, Uyoh. Pedagogik (Ilmu Mendidik). Cet. I; Jakarta: Alfabeta, 2010

Sugiono. Metode Peneliatian Kuantiatatif, Kualitatif, dan Kombinasai. Cet. I; Bandung: Alfa Beta, 2011

Sugiyono. Memahami Penelitian Kualitatif. Cet. VIII; Bandung: Alfabeta, 2013

Wahyosumidjo. Kepemimpinan Kepala Sekolah, Tinjauan Teoritik dan Permasalahannya. Ed. I; Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2008


[1]Mulyasa, Manajemen dan Kepemimpinan Kepala Sekolah, (Cet.III; Jakarta: PT Bumi Aksara, 2013), h. 6

[2]Wahyosumidjo, Kepemimpinan Kepala Sekolah, Tinjauan Teoritik dan Permasalahannya, (Ed. I; Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2008), h. 473-474

[3]Malayu S.P Hasibuan, Manajemen: Dasar, Pengertian dan Masalah, (Cet. IV; Jakarta: PT Bumi Aksara, 2005), h. 85
[4]Mulyasa, op.cit., h. 213
[5]Sondang P. Siagian, Manajemen Internasional, (Cet. I; Jakarta: PT Bumi Aksara, 2004), h. 196-197

[6]Mulyasa, op.cit., h. 215
[7]Malayu S.P Hasibuan, op.cit., h. 86
               
[8]Mulyasa, op.cit., h. 214-215           
[9]Ibid

[10]Malayu S.P Hasibuan, op.cit., h 87-88

[11]Ibid

[12]Ibid
[13]Mulyasa, op.cit., h. 217

[14]Ibid., h. 218

[15]Ibid., h. 219
[16]Ibid., h. 220
                               
[17]Ibid., h. 221
[18]Malayu S.P Hasibuan, loc.cit.

[19]mulyasa, op.cit., h. 216
[20]Ibid., 216-217
[21]Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Cet. VI;Jakarta: Balai Pustaka, 1995), h. 218

[22]Emzir, Metodologi Penelitian Pendidikan, Kuantitatif dan Kualitatif, (Cet. I; Jakarta: Rajawali Pres, 2010), h. 5

[23]Sugiono, Metode Peneliatian Kuantiatatif, Kualitatif, dan Kombinasai, (Cet. I; Bandung: Alfa Beta, 2011), h. 34

[24]Uyoh Sadullah dkk, Pedagogik (Ilmu Mendidik), (Cet. I; Jakarta: Alfabeta, 2010), h. 7

[25]Abuddin Nata, Metodologi Studi Islam, (Cet. VII; Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2003), h. 38

[26]Ibid., h. 50

[27]S. Eko Putra Widoyoko, Teknik Penyusunan Instrumen Penelitian, (Cet. I; Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2012), h. 17

[28]Ibid., h. 18

[29]Abdullah K, Tahapan dan Langkah-Langkah Penelitian, (Cet. I; Watampone: Luqman al-Hakim Press, 2013), h. 41-42

[31]Abdullah K, Tahapan dan Langkah-Langkah Penelitian (Cet. I; Watampone: Lukman al-Hakim Press, 2013), h. 40

[32]Ibid

[33]Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, (Cet. VIII; Bandung: Alfabeta, 2013), h. 89
[34]Ibid., h. 92

[35]Ibid., h. 95

[36]Ibid., h. 99

Tidak ada komentar:

Posting Komentar