DRAFT SKRIPSI
Nama :
Nim :
Prodi :
Jurusan :
Judul Skripsi : Penerapan Koordinasi Pimpinan dalam
Pelaksanaan Program di Mts Nurul
Aeyn Kampung Baru
A.
Latar
Belakang Masalah
Setiap
organisasi yang bergerak dengan baik pasti ada pemimpin yang baik pula.
Pimpinan dari organisasi harus mampu melakukan banyak hal yang akan menjadikan
organisasi mencapai tujuan. Pemimpinlah yang akan menentukan berbagai kebijakan
untuk keberhasilan organisasi kedepannya. Begitu pula di dalam lembaga pendidikan
khususnya sekolah, yang menjadi seorang pemimpin disebut kepala sekolah. Kepala
sekolah adalah jabatan pimpinan, yaitu tenaga fungsional guru yang diberi
tugas, tanggung jawab untuk memimpin sebuah sekolah.
Kepala
sekolah merupakan pemimpin pendidikan tingkat satuan pendidikan, yang harus
bertanggung jawab terhadap maju mundurnya sekolah yang dipimpinnya. Tidak
jarang kepala sekolah menerima ancaman, jika dia tidak dapat memajukan
sekolahnya maka akan dimutasikan atau akan diberhentikan dari jabatannya. Oleh
karena itu, kepala sekolah dituntut untuk memiliki berbagai kemampuan, baik
berkaitan dengan masalah manajemen maupun kepemimpinan agar dapat mengembangkan
dan memajukan sekolahnya secara efektif, efisien, mandiri, produktif, dan
akuntabel.
Manajemen
dan kepemimpinan kepala sekolah perlu lebih ditekankan dalam koordinasi,
komunikasi dan supervisi, karena kelemahan dan hambatan pendidikan seringkali
bersumber dari kurangnya koordinas, komunikasidan supervisi sehingga
menyebabkan persepsi yang berbeda di antara komponen-komponen pelaksana di
lapangan serta kurangnya sosialisasi dari kepala sekolah kepada seluruh tenaga
kependidikan lainnya.[1]
Dalam
memberdayakan segala sumber daya suatu organisasi untuk mencapai tujuan
khususnya di sekolah perlu diadakan pembagian tugas kemudian mengelompokan
sumber daya manusia ke dalam suatu satuan kerja (unit kerja). Hubungan kerja
baik yang bersifat koordinatif maupun subordinatif dan masih ada lagi
usaha-usaha lainyang bersifat mmengatur, semua dilakukan agar semua proses
kegiatan dalammencapai tujuan dilaksanakan dengan selektif mungkin tanpa adanya
pertengakaran, konflik, perbedaan pendapat, dan membahayakan kemajuan sekolah.[2]
Dengan
pendelegasian wewenang dan pembagian pekerjaan kepada para bawahan oleh manajer
maka setiap individu bawahan akan mengerjakan pekerjaannya sesuai dengan
wewenang yang diterimanya. Setiap bawahan hanya mengerjakan sesuai dengan
pekerjaan yang diberikannya. Oleh karena itu masing-masing pekerjaan harus disatukan,
diintegrasikan, dan diarahkan untk tercapainya tujuan. Karena tanpa koordinasi
tugas dan pekerjaan dari setiap individu karyawan maka, tujuan sekolah tidak
dapat tercapai.koordinasi ini merupakan tugas penting yang harus dilakukan oleh
seorang pimpinan organisasi khususnya kepala sekolah.[3]
Seorang
pimpinan sekolah yaitu kepala sekolah harus mampu menerapkan koordinasi yang
baik antara stakeholder sekolah. Stakeholder sekolah yang meliputi semua
orang yang berkepentingan terhadap perkembangan sekolah untuk mencapai tujuan
serta terlaksananya berbagai program sekolah dengan baik, yang tentunya juga
menghasilkan peserta didik yang berkualitas baik itu guru, masyarakat maupun
tenaga kependidikan sekolah sperti staf dan karyawan-karyawan sekolah. Semuanya
itu harus terkoordinasi dengan baik sehingga memudahkan suatu kegaiatan sekolah
terlaksanan dengan baik. Dengan adanya koordinasi yang baik dalam lingkungan
sekolah khususnya di Mts Nurul Aeyn Kampung Baru tujuan sekolah akan tercapai.
Selain itu koordinasi juga sangat penting dan diperlukan agar dalam suatu
sekolah terciptanya keselarasan tindakan, kesatuan usaha, kesesuaian dan keseimbangan
antara unit kerja.
Koordinasi
yang dilakukan bukan upaya sesaat, tetapi berkesinambungan dan berlangsung
terus-menerus untuk menciptakan dan mengembangkan kerja sama serta
mempertahankan keserasian dan keselarasan tindakan, antara pegawai maupun unit
lembaga sehingga sasaran-sasaran yang tellah ditetapkan dapat diwujudkan sesuai
dengan rencana.
Dengan
penerapan koordinasi yang baik diMTs Nurul Aeyn Kampung Baru, maka sangat
memudahkan pimpinan khususnya kepala sekolah untuk melaksanakan berbagai
program sekolah. Hal ini,
menjadi landasan penulis melakukan penelitian tentang Penerapan Koordinasi
Pimpinan dalam Pelaksanaan Program di Mts Nurul Aeyn Kampung Baru.
B.
Rumusan
Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, penulis mengemukakan
sebuah masalah pokok yaitu Bagaimana Penerapan Koordinasi
Pimpinan dalam Pelaksanaan Program Mts Nurul Aeyn Kampung Baru. Merujuk pada masalah pokok di atas, penulis menganggap perlu adanya submasalah
yang dijadikan sebagai sentral dalam pembahasan skripsi ini yaitu:
1. Bagaimana
bentuk koordinasi pimpinan Mts Nurul Aeyn Kampung Baru?
2. Bagaiamana
penerapan koordinasi pimpinan dalam pelaksanaan program di Mts Nurul Aeyn
Kampung Baru?
C.
Pengertian
Judul
Untuk menghindari kekeliruan dalam memahami makna yang
terkandung dalam skripsi ini, penulis merasa perlu untuk memberikan pengertian
kata yang terdapat pada judul skripsi.
Penerapan
Koordinasi
atau dalam bahasa Inggris coordinnation, berasal
dri bahasa Latin, yakni cum yang
berarti berbeda-beda, dan ordinare berarti
penyusunan dan penempatan sesuatu pada keharusannya. Istilah koordinasi
penggunannya sering dipersatukan atau dilakukan secara bergantian dengan
istilah kerja sama (coperation).
Koordinasi lebih daripada sekedar kerja sama karena dalam koordinasi juga
terkandung sinkronisasi, sedangkan kerja samamerupakan suatu kegiatan kolektif
dua orang atau lebih untuk mencapai tujuan bersama. Dengan demikian kerja sama
dapat terjadi tanpa koordinasi, sedangkan koordinasi pasti ada upaya untuk
menciptakan kerja sama[4]
Pimpinan
Pelaksanaan
Program
Mts
Nurul Aeyn Kampung Baru merupakan
Dari
pengertian kata di atas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud penerapan
koordinasi pimpinan dalam pelaksanaan program adalah suatu cara yang dilakukan
oleh seorang pimpinan dalam pelaksanaan program agar tujuan program dapat
tercapai. Cara yang dilakukan yaitu dengan koordinasi yang baik bagi sumber
daya manusia yang ada di Mts Nurul Aeyn Kampung Baru.
D.
Tujuan
dan Kegunaan Penelitian
1.
Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang hendak dicapai
dalam penelitian ini, yaitu:
a. Untuk mengetahui bentuk koordinasi
pimpinan di Mts Nurul Aeyn Kampung Baru.
b. Untuk mengetahui penerapan
koordinasi pimpinan dalam pelaksanaan program di Mts Nurul Aeyn Kampung Baru.
2.
Kegunaan
Penelitian
Adapun kegunaan penelitian ini
dimaksudkan sebagai berikut:
a. Secara teoritis penelitian ini
berguna untuk memberikan tambahan ilmu
dan pengetahuan kepada peneliti dan menjadi salah satu referensi kepada pembaca
tentang penerapan koordinasi pimpinan dalam pelaksanaan program di Mts Nurul
Aeyn Kampung Baru
b. Sebagai
bahan informasi kepada setiap pimpinan sekolahtentang penerapan koordinasi pimpinan dalam
pelaksanaan program di Mts Nurul Aeyn Kampung Baru
c. Penelitian ini diharapkan berguna
kepada setiap pimpinan atau kepala sekolah untuk lebih memahami dan harus
melaksanakan koordinasi agar program sekolah dapat terlaksana dengan baik
d. Sebagai acuan dan bahan informasi
untuk penelitian selanjutnya.
E.
Tinjauan Pustaka
Pada
hakikatnya koordinasi merupakan proses penyatupaduan kegiatan yang dilakukan pegawai
dari berbagai satuan lembaga sehingga dapat berjalan selaras dan serasi,
sehingga tujuan lembaga secara keselurusahn dapat diwujudkan secara optimal.
Dalam
melakukan koordinasi, manajemen puncak perusahaan perlu selalu menekankan
pentingnya hal-hal sebagai berikut:[5]
1. Adanya persepsi yang sama dalam
seluruh jajaran sekolah tentang makna dan hakikat dari tujuan yang ingin
dicapai
2. Penerimaan visi manajemen puncak
oleh selurh kompnen sekolah
3. Kesatuan langkah dalam mengembang
misi sekolah
4. Penerapan prinsip fungsionalisasi
dalam menjalankan roda sekolah
5. Fokus pada kepuasan peserta didik
dan sekolah
6. Upaya yang kontinu dalam
meningkatkan mutu sekolah
7. Upaya yang berkelanjutan dalam
memenuhi tuntutan lingkungan
8. Kesediaan semua komponen sekoalah mengukur
terpenuhi tidaknyastandar kinerja yang telah ditentukan
9. Pemberdayaan terus-menerus dari
sumber daya manusia dalam semua komponen sekolah
10. Tercipta dan terpeliharanya sistem
umpan balik.
Koordinasi
akan efektif apabila dilaksanakan secara terus-menerusdan berkesinambungan dari
tahap awal sampai akhir pekerjaan, mengupayakan hubungan dan
pertemuan-pertemuan di antara berbagai pihak yang terkait, serta mengembangkan
keterbukaan sehingga apabila terdapat perbedaan pandangan dapat didiskusikan
dan dipecahkan bersama.[6]
1.
Konsep
Dasar Koordinasi
Koordinasi
adalah suatu usaha kerja sama antara badan, instansi, unit dalam pelaksanaan tugas-tugas
tertentu sedemikan rupa, sehingga dapat saling mengisi, saling membantu, dan
saling melengkapi.
Kenapa
koordinasi sangat penting ? koordinasi itu penting dalam suatu organisasi,
adalah:
a. Untuk mencegah terjadinya kekacauan,
percekcokan, dan kekembaran atau kekosongan pekerjaan
b. Agar orang-orang dan pekerjaannya
diselaraskan serta diarahkan untuk pencapaian tujuan
c. Agar sarana dan prasarana
dimanfaatkan untuk mencapai tujuan
d. Supaya semua unsur manajemen dan
pekerjaan masing-masing individu karyawan harus membantu tercapainya tujuan
organisasi
e. Supaya semua tugas, kegiatan, dan
pekerjaan terintegrasi kepada sasaran yang diinginkan.[7]
Adapun
karakteristik koordinasi, seperti yang dikemukakan oleh Handayiningrat yang
dikutip oleh Mulayasa dalam bukunya Manajemen
dan Kepemimpinan Kepala Sekolah, yaitu:[8]
1.
Tanggung jawab koordinasi terletak
pada pimpinan. Oleh karena itu, koordinasi menjadi wewenang dan tanggung jawab
pimpinan sehingga dapat dikatakan bahwa pimpinan bisa berhasil jika melakukan
koordinasi
2.
Koordinasi adalah kerja sama. Hal
ini disebabkan kerja sama merupakan syarat mutlak terselenggaranya koordinasi
3.
Koordinasi merupakan proses terus
menerus dan berkesinambungan dalam rangka mewujudkan tujuan organisasi atau
lembaga pendidikan
4.
Pengaturan usaha kelompok secara
teratur. Hal ini disebabkan koordinasi adalah konsep yang diterapkan di dalam
kelompok., bukan usaha individu melainkan sejumlah individu yang bekerja sama
di dalam kelompok untuk mencapai tujuan bersama.
5.
Kesatuan tindakan merupakan inti
koordinasi. Pimpinan merupakan pengatur usaha-usaha dan tindakan-tindakan
setiap individu sehingga diperoleh keserasian dalam mencapai hasil bersama.
6.
Tujuan koordinasi adalah tujuan
bersama.
Sedangkan untuk prinsip-prinsip
koordinasi, sebagai berikut:[9]
1.
Koordinasi harus dimulai dari tahap
perencanaan awal
2.
Hal pertama yang harus diperhatikan
dalam koordinasi adalah menciptakan iklim yang kondusif bagi kepentingan
bersama
3.
Koordinasi merupakan proses yang
terus menerus dan berkesinambungan
4.
Koordinasi merupakan
pertemuan-pertemuan bersama untuk mencapai tujuan
5.
Perbedaan pendapat harus diakui
sebagai pengayaan dan harus dikemukakan secara terbuka dan diselidiki dalam
kaitannya dengan situasi secara keseluruhan.
Yang menjadi tujuan koordinasi adalah:
1. Untuk mengarahkan dan menyatukan
semua tindakan serta pemikiran ke arah tercapainya sasaran perusahaan
2. Untuk menjuruskan keterampilan
spesialis ke arah sasaran sekolah
3. Untuk menghindari kekososngan dan
tumpang tindih pekerjaan
4. Untuk menghindari kekacauan dan
penyimpangan tugas dari ssaran
5. Untuk mengintergrasikan tindakan dan
pemanfaatan unsur-unsur manajemen ke arah sasaran organisasi
6. Untuk menghindari tindakan overlapping dari sasaran sekolah[10]
Dengan demikian ada beberapa
sifat-sifat koordinasi, yaitu koordinasi adalah dinamis bukan statis,
koordinasi menekankan pandangan menyeluruh oleh seorang koordniator (manajer)
dalam rangka mencapai sasaran serta koordinasi hanya meninjau suatu pekerjaan
secara keseluruhan.[11]
2.
Syarat-Syarat
Koordinasi
a. Sense
of cooperation
(perasaan untuk bekerja sama), ini harus dilihat dari sudut bagian per bagian
bidang pekerjaan, bukan orang per orang
b. Rivalry, dalam perusahaan besar sering
diadakan persaingan antarabagian-bagian, agar bagian-bagian ini berlomba-lomba
untuk mencapai kemajuan
c. Team
spirit, artinya
satu sama lain pada setiap bagian harus saling menghargai
d. Esprit
de corps, artinya
bagian-bagian yang diikutsertakan atau dihargai umumnya akan menambah kegiatan
yang bersemangat.[12]
3.
Macam-Macam
Koordinasi
Dalam
rangka eningkatkan efektivitas, efisiensi, dan produktivitas kerja, koordinasi
harus dilakukan di semua tingkatan, baik pusat maupun daerah, bahkan dalam
kesatuan-kesatuan administratif, seperti bidang, seksi, bagian, sampai dengan
kesatuan-kesatuan yang paling kecil. Demikian halnya dalam pendidikan,
koordinasi dapat dilaksanakan pada setiap jenjang manajemen pendidikan, mulai dari pusat, tingkat nasional (makro)
sampai tingkat lembaga (mikro), yakni pada sekolah-sekolah. dengan demikian,
koordinasi juga dapat dilakukan dalam manajemen dan kepemimpinan kepalasekolah,
bahkan merupakan bagian penting yang akan mempersatukanberbagai komponen
sekolah untuk mewujudkan tujuan optimal.[13]
Dalam
manajemen dan kepemimpinan kepala sekolah, koordinasi dilakukan untuk memadukan,
meyelaraskan, dan menyerasikan berbagai kegiatan yang dilakukan oleh kepala
sekolah maupun para guru di sekolah. Dalam hal ini,koordinasi yang baik
ditandai dengan kegiatan-kegiatan para kepala sekolah dan para guru, serta para
pegawai lain yang terpadu, serasi, atau selaras dalam mencapai suatu tujuan.
Pada
dasarnya koordinasi dapat dilakukan secara intern dan ekstern, sesuai dengan
tujuan dan fungsinya. Koordinasi antarlembaga biasanya berkenaan dengan fungsi
dan bidang garapan tertentu, yang sering disebut dengan koordinasi fungsional
dan koordinasi lintas sektoral. Baik kordinasi intern maupuan ekstern dapat
dilakukan antarpegawai dari tingkat atas sampai padat tingkat bawah, antarpegawai dan bagian yang
setingkat, dan dapat pula antarpegawai dan bagian dari tingkat dan lembaga yang
berbeda.[14]
Sejalan
dengan uraian di atas, Handayaningrat mengemukakan koordinasi berdasarkan
hubungan antar pejabat yang mengkoordinasikandan pejabat yang dikoordinasikan,
sebagai berikut:[15]
a. Koordinasi intern, terbagi menjadi
tiga, yaitu:
1) Koordinasi vertikal atau struktural
antara yang mengkoordinasikan dengan yang dikoordinasikan secara struktural
terdapat hubungan hierarkis.
2) Koordinasi horizontal, yaitu
koordinasi fungsional, kedudukan antara yang mengkoordinasikan dan yang
dikoordinasikan setingkat eselonnya.
3) Koordinasi diagonal, yaitu antara
yang mengkoordinasikan mempunyai kedudukan yang lebih tinggi eselonnya
dibandingkan yang dikoordinasikan tetapi tidak berada pada satu garis komando.
b. Koordinasi ekstern, termasuk
koordinasi fungsional. Dalam koordinasi ekstern yang bersifat fungsional,
koordinasi itu hanya bersifat horizontal dan diagonnal.
4.
Cara
Melakukan Koordinasi
Koordinasi
dapat dilakuakn secara formal dan informal, melalui konferensi lengkap,
pertemuan berkala, pembentukan panitia gabungan, pembentukan badan koordinasi
staff, wawnncara dengan bawahan, buku pedoman lembaga, tata kerja, dan
sebagainya. Hal tersebut sejalan dengan pendapat Sutarto yang mengemukakan
cara-cara koordinasi, seperti mengadakan pertemuan informal di anatara para
pejabat, mengadakan pertemuan formal(rapat), membuat edara berantai kepada para
pejabat yang diperlukan, membuat penyebaran kartu kepada para pejabat,
mengangkat koordinator, membuat buku pedoman lembaga, membuat buku pedoman
kerja, membuat tanda-tanda, membuat simbol, membuat kode.[16]
Dalam
koordinasi, setiap unit lembaga mengadakan hubungan untuk saling bertukar
pikiran mengenai kegiatan dan hasil yang telah dicapai ppada saat tertentu,
serta saling mengungkapkan masalah-masalah yang dihadapi dan mencari jalan
pemecahannya, sekaligus saling membantu memecahkan masalah. Manajemen dan
kepemimpinan kepala sekolah dapat ditinjau dari pendekatan proses dan
pendekatan tugas. Oleh karena iitu, dalam manajemen dan kepemimpinan kepala
sekolah koordinasi dapat dilakukan dalam setiap tahap dari proses dan bidang
garapan manajemen tertentu. Koordinasi dalam manajemen dan kepemimpinan kepala
sekolah mencakup seluruh program pengelolaan terhadap setiap subjek, objek, dan
bidang garapan sekolah.[17]
Secara
umum, ada beberapa carauntuk mengadakan koordinasi, sebagai berikut:
a. Memberikan keterangan langsung dan
secara bersahabat. Keterangan mengani pekerjaan serta tindakan-tindakan yang
harus diambil
b. Mengusahakan agar pengetahuan dan
penerimaan tujuan yang akan dicapai oleh anggota, tidak menurut masing-masing
individu. Tujuan itu adalah tujuan bersama. Mendorong para anggota untuk
berpartisipasi dalam tingkat perumusan kebijakan
c. Mendorong para anggota untuk
bertukar pikiran.
d. Membina human relationsyang baik antar sesam karyawan
e. Manajer sering melakukan komunikasi
informal dengan para bawahan.[18]
5.
Manfaat
Koordinasi
Koordinasi
sangat diperlukan dalam manajemen dan kepemimpinan kepala sekoalah, terutama
menyatukan kesamaan pandangan antara berbagai pihak yang berkepentingan dengan
kegiatan dan tujuan sekolah, baik guru, kepala sekolah, personel sekolah, orang
tua, maupun masyarakat.
Melalui
koordinasi setiap bagian yang menjalankan fungsi dengan spesialisasi tertentu
dapat disatupadukan dan dihubungkan satu sama lain sehingga dapat menajalakan
peranannya secara selaras dalam mewujudkan tujuan bersama.[19]
Manfaat
koordinasi dalam manajemen dan kepemimpinan kepala sekolah, sebagai berikut:
a. Menghilangkan dan menghindarkan
perasaan terpisahkan satu sama lain, antar pengawas, kepala sekolah, guru dan
pegawai lainnya
b. Menghindarkan perasaan atau pendapat
bahwa dirinya atau jabatannya merupakan yang paling penting
c. Mengurangi dan menghindarkan
kemungkinan timbulnya pertentangan antarsekolah atau pejabat
d. Menghindarkan terjadinya rebutan
fasilitas
e. Menghindarkan terjadinya peristiwa
menunggu
f. Menghindarkan terjadinya kekosongan
pekerjaan kepala sekolah
g. Menumbuhkan kesadaran para kepala
sekolah untuk saling memberitahu jika ada masalah
h. Memberikan jaminan tentang kesatuan
langkah di antara kepala sekolah dan guru.[20]
F.
Kerangka Pikir
Dari skema di atas
dapat digambarkan bahwa pimpinan Mts Nurul Aeyn Kampung Baru dalam hal ini
kepala sekolah. penerapan koordinasi di Mts Nurul Aeyn Kampung Baru dilakukan
dengan dua cara, yaitu dilakukan secara formal dan informal. Koordinasi formal
diwujudkan dalam bentuk upaya-upaya impersonal, seperti dalam kehidupan
birokrasi, membuat peraturan atau pedoman, mengangkat pejabat atau panitia
bersama dan dokumen resmi lainnya. Sementara cara informal dapat dilakukan
dengan pembicraan dan konsultasi pada saat bertemu di luar kepentingan dinas.
Dengan adanya pelaksanaan koordinasi tentunya program sekolah Mts Nurul Aeyn
Kampung Baru dapat terlaksana dengan baik. Program akan dilaksanakan akan
mencapai tujuan jika ada koordinasi yang baik antara pihak-pihak sekolah, baik
program internal maupun eksternal.
G. Metode Penelitian
1.
Pendekatan Penelitian
Pendekatan merupakan proses perbuatan, cara
mendekati, usaha dalam rangka aktivitas penelitian untuk mengadakan hubungan
dengan orang yang diteliti.[21]
Dan penelitian didefinisikan oleh banyak penulis sebagai suatu proses yang
sistematis. Menurut McMilan dan Schumache dalam Wiersman mendefinisikan
penelitian sebagai sutu proses sistematik pengumpulan dan penganalisaan
informasi (data), untuk berbagai tujuan.[22]
Penelitian ini termasuk dalam kategori penelitian lapangan (field research) dengan menggunakan
metode kualitatif.[23]
Adapun pendekatan yang digunakan penulis dalam penelitian ini yaitu:
a. Pendekatan
paedagogik adalah pendekatan yang menerangkan tentang gejala-gejala perbuatan
mendidik atau dengan kata lain paedagogik adalah ilmu yang memberikan landasan,
pedoman dan arah sasaran dalam usaha membentuk peserta didik menjadi manusia
yang beradab yaitu manusia yang berketerampilan, berbudaya dan berpengetahuan.[24]
b. Pendekatan
sosiologis adalah ilmu yang mempelajari hidup bersama dalam masyarakat dan
menyelidiki ikatan-ikatan antara manusia yang menguasai hidupnya itu.[25]
Pendekatan sosiologis yang digunakan penulis yaitu bersosialisasi dengan
sekolah yang diteliti untuk lebih mudah mendapatkan informasi.
c. Pendekatan
psikologis adalah ilmu yang mempelajari jiwa seseorang melalui gejala perilaku
yang dapat diamatinya.[26]
2.
Lokasi Penelitian
Adapun lokasi penelitian skripsi
yaitu di SMAN 2 Watampone, yang terletak di jalan Gatot Subroto No. 01 Watampone (Kabupaten
Bone) Sulawesi Selatan. Sekitar 2 km dari pusat kota Watampone. Kegiatan
operasionalnya di bawah pengawasan pemerintah dibawah naungan Departemen
Pendidikan Nasional Kab Bone, Sulawesi Selatan.Sekolah ini cukup berkembang sehingga penulis
tertarik untuk meneliti dan lokasi ini disengaja pula dipilih karena mudah
dijangkau terletak dipusat kota Watampone sehingga membantu penulis dalam
mengatasi keterbatasan dana, tenaga, waktu dan
perlunya program studi manajemen pendidikan Islam meninjau tentang implementasi
supervisi klinis dalam meningkatkan kualitas guru SMA Negeri 2 Watampone
menurut tinjauan manajemen pendidikan Islam.
3.
Data Penelitian
Data
merupakan bahan mentah yang perlu diolah sehingga menghasilkan informasi atau
keterangan, baik kualitatif maupun kuantitatif yang menunjukkan fakta. Dalam
konteks penelitian, data dapat diartikan sebagai keterangan mengenai variabel
pada sejumlah obyek.[27]
a. Jenis
Data
Jenis
data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu data kualitatif. Data kualitatif
merupakan data yang menunjukkan kualitas atau mutu sesuatu yang ada, baik
keadaan, proses, peristiwa atau kejadian dan lainnya yang dinyatakan dalam
bentuk pernyataan atau berupa kata-kata.[28]
b. Sumber
Data
Sumber
data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu:
1)
Data primer yaitu merupakan data yang didapat
dari sumber pertama baik dari individu atau perseorangan seperti hasil dari
wawancara dan observasi yang dilakukan oleh peneliti, seperti kepala sekolah
dan guru yang ada di Mts NurulAeyn Kampung Baru
2)
Data sekunder yaitu data yang bukan
diusahakan sendiri pengumpulannya oleh peneliti, tetapi diperoleh dari biro
statistik, majalah, keterangan-keterangan atau publikasi lainnya. Dengan
demikian, data ini sering pula disebut data dari bahan pustaka. Data sekunder
bukan bersumber dari pelaku warga masyarakat, tetapi dari tangan kedua, ketiga
dan seterusnya.[29]
4.
Teknik Pengumpulan Data
Data adalah fenomena yang dicari atau dipelajari,
fenomena yang diamati dan dicatat, dan setelah diketahui menjadilah informasi
sebagai dasar objektif dalam pembuktian dan pengambilan keputusan dan
kesimpulan.[30]
Adapun metode pengumpulan data dalam penelitian ini,
yaitu;
a. Metode
Library research yaitu suatu metode yang digunakan dengan jalan menelaah
beberapa buku literatur yang berkaitan untuk
dijadikan konsep atau teori dalam pembahasan skripsi ini.[31]
b. Metode
Field Research yaitu suatu
pengumpulan data dengan terjung ke lapangan penelitian dengan menggunakan salah
satu metode secara bersamaan[32]
yaitu, metode:
1) Observasi
adalah pengamatan langsung terhadap objek yang akan diteliti.
2) Dokumentasi
adalah proses pengumpulan data dengan melihat dokumentasi yang terkait dengan
penelitian yang dilakukan.
3) Wawancara
yaitu memberikan pertanyaan kepada responden secara langsung (lisan) yang
terkait dengan dengan objek penelitian.
5.
Teknik Analisis Data
Analisis
data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh
dari hasil wawancara, catatan lapangan dan dokumentasi, dengan cara
mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit,
melakukan sintesis, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan akan
dipelajari, serta membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh sendiri
maupun orang lain.[33]
Miles dan
Huberman mengungkapkan bahwa aktivitas dalam analisis data kualitatif ada tiga,
yaitu tahap reduksi data, display data,
dan kesimpulan atau verifikasi.
a. Reduksi
data, mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan
pada hal-hal yang penting, serta dicari tema dan polanya. Dengan demikian, data
yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas.[34]
b. Display data (penyajian data), dalam penelitian
kualitatif, di mana penyajian data dilakukan dalam bentuk uraian singkat,
bagan, hubungan antarkategori dan sejenisnya. Dengan adanya penyajian data,
maka akan memudahkan untuk memahami apa yang terjadi, dan merencanakan kerja
selanjutnya berdasarkan apa yang telah dipahami tersebut.[35]
c.
Penarikansimpulan dan verifikasi, simpulan dalam penelitian kualitatif adalah merupakan temuan baru
yang sebelumnya belum pernah ada. Temuan dapat berupa deskripsi atau gambaran
suatu obyek yang sebelumnya masih remang-remang atau gelap sehingga setelah
diteliti menjadi jelas, dapat berupa hubungan kausal atau interaktif, hipotesis
atau teori.[36]
H. Garis-Garis Besar Isi Skripsi
Bab
pertama akan dibahas tentang latar belakang sehingga penulis memilih judul ini,
selanjutnya perumusan masalah, pengertian judul, tinjauan pustaka, kerangka
pikir, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, metode penelitian serta
garis-garis besar isi skripsi.
Bab kedua dalam penulisan ini dibahas
mengenai kajian pustaka yang meliputi konsep dasar koordinasi, bentuk-bentuk
koordinasi kepala sekolah serta penerapan koordinasi pimpinan terhaap
pelaksanaan program.
Bab ketiga dibahas mengenai tata cara penelitian yang digunakan dalam
penyelesaian skripsi ini. Mulai dari persiapan penelitian
sampai pada tahap penyelesaian penulisan, yang berisi, pendekatan penelitian,
lokasi penelitian, data penelitian, instrumen penelitian, teknik pengumpulan
dan teknik analisis data.
Bab keempat sebagai subtansi dari
penelitian ini, di dalamnya berisi hasil penelitian yang dijabarkan dalam
pembahasan tentang penerapan koordinasi pimpinan dalam pelaksanaan program di
Mts Nurul Aeyn Kampung Baru.
Selanjutnya, pada bab kelima sebagai
bab penutup, berisi simpulan dari permasalahan yang diangkat dalam penilisan
yang selanjutnya dilengkapi dengan kritik dan saran-saran. Dan pada lembaran
terakhir berisi daftar pustaka yang dijadikan sebagai bahan referensi dalam
penulisan penelitian skripsi ini.
DAFTAR
PUSTAKA
Abdullah K. Tahapan dan Langkah-Langkah Penelitian. Cet. I; Watampone: Lukman
al-Hakim Press, 2013
Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia. Cet. VI;Jakarta: Balai
Pustaka, 1995
Emzir. Metodologi Penelitian
Pendidikan, Kuantitatif dan Kualitatif. Cet. I; Jakarta: Rajawali Pres,
2010
Mulyasa. Manajemen dan Kepemimpinan Kepala Sekolah. Cet.III; Jakarta: PT
Bumi Aksara, 2013
Nata, Abuddin. Metodologi Studi Islam. Cet. VII;
Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2003
P. Siagian, Sondang. Manajemen Internasiona. Cet. I; Jakarta:
PT Bumi Aksara, 2004
Putra Widoyoko, S. Eko. Teknik Penyusunan Instrumen Penelitian.
Cet. I; Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2012
S.P Hasibuan, Malayu. Manajemen: Dasar, Pengertian dan Masalah. Cet.
IV; Jakarta: PT Bumi Aksara, 2005
Sadullah dkk, Uyoh. Pedagogik (Ilmu Mendidik). Cet. I;
Jakarta: Alfabeta, 2010
Sugiono. Metode Peneliatian
Kuantiatatif, Kualitatif, dan Kombinasai. Cet. I; Bandung: Alfa Beta, 2011
Sugiyono. Memahami Penelitian Kualitatif. Cet. VIII; Bandung: Alfabeta, 2013
Wahyosumidjo. Kepemimpinan Kepala Sekolah, Tinjauan
Teoritik dan Permasalahannya. Ed. I; Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2008
[1]Mulyasa, Manajemen dan Kepemimpinan Kepala Sekolah, (Cet.III; Jakarta: PT
Bumi Aksara, 2013), h. 6
[2]Wahyosumidjo, Kepemimpinan Kepala Sekolah, Tinjauan
Teoritik dan Permasalahannya, (Ed. I; Jakarta: PT RajaGrafindo Persada,
2008), h. 473-474
[3]Malayu S.P Hasibuan, Manajemen: Dasar, Pengertian dan Masalah, (Cet.
IV; Jakarta: PT Bumi Aksara, 2005), h. 85
[4]Mulyasa, op.cit., h. 213
[5]Sondang P. Siagian, Manajemen Internasional, (Cet. I;
Jakarta: PT Bumi Aksara, 2004), h. 196-197
[6]Mulyasa, op.cit., h. 215
[7]Malayu S.P Hasibuan, op.cit., h. 86
[8]Mulyasa, op.cit., h. 214-215
[9]Ibid
[10]Malayu S.P Hasibuan, op.cit., h 87-88
[11]Ibid
[12]Ibid
[13]Mulyasa, op.cit., h. 217
[18]Malayu S.P Hasibuan, loc.cit.
[19]mulyasa, op.cit., h. 216
[21]Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Cet. VI;Jakarta: Balai
Pustaka, 1995), h. 218
[22]Emzir, Metodologi Penelitian
Pendidikan, Kuantitatif dan Kualitatif, (Cet. I; Jakarta: Rajawali Pres,
2010), h. 5
[23]Sugiono, Metode Peneliatian
Kuantiatatif, Kualitatif, dan Kombinasai, (Cet. I; Bandung: Alfa Beta,
2011), h. 34
[24]Uyoh Sadullah dkk, Pedagogik (Ilmu Mendidik), (Cet. I;
Jakarta: Alfabeta, 2010), h. 7
[25]Abuddin Nata, Metodologi Studi Islam, (Cet. VII;
Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2003), h. 38
[27]S. Eko Putra Widoyoko, Teknik Penyusunan Instrumen Penelitian,
(Cet. I; Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2012), h. 17
[29]Abdullah K, Tahapan dan Langkah-Langkah Penelitian, (Cet. I; Watampone: Luqman
al-Hakim Press, 2013), h. 41-42
[31]Abdullah K, Tahapan dan Langkah-Langkah Penelitian (Cet. I; Watampone: Lukman
al-Hakim Press, 2013), h. 40
[32]Ibid
[33]Sugiyono,
Memahami Penelitian Kualitatif, (Cet.
VIII; Bandung: Alfabeta, 2013), h. 89
Tidak ada komentar:
Posting Komentar