BAB II
PEMBAHASAN
- A. Manajemen Berbasis Sekolah (MBS)
1) Pengertian Manajemen Berbasis
Sekolah (MBS)
Istilah manajemen berbasis sekolah merupakan
terjemahan dari “school-based management”. MBS merupakan paradigma baru
pendidikan, yang memberikan otonomi luas pada tingkat sekolah ( pelibatan
masyarakat ) dalam kerangka kebijakan pendidikan nasional.
Lebih lanjut istilah manajemen sekolah acapkali
disandingkan dengan istilah administrasi sekolah. Berkaitan dengan itu,
terdapat tiga pandangan berbeda; pertama, mengartikan administrasi lebih luas
dari pada manajemen (manajemen merupakan inti dari administrasi); kedua,
melihat manajemen lebih luas dari pada administrasi (administrasi merupakan
inti dari manajemen); dan ketiga yang menganggap bahwa manajemen identik dengan
administrasi.
Berdasarkan fungsi pokoknya, istilah manajemen dan administrasi
mempunyai fungsi yang sama, yaitu: merencanakan (planning), mengorganisasikan
(organizing), mengarahkan (directing), mengkoordinasikan (coordinating),
mengawasi (controlling), dan mengevaluasi (evaluation).
2) Tujuan MBS
- Meningkatkan mutu pendidikan
- Meningkatkan kepedulian warga sekolah dan masyarakat
- Meningkatkan tanggung jawab sekolah
- Meningkatkan kompetisi yang sehat antar sekolah
Kewenangan yang bertumpu pada sekolah merupakan inti
dari MBS yang dipandang memiliki tingkat efektivitas tinggi serta memberikan
beberapa keuntungan.
3) Manfaat MBS
MBS memberikan beberapa manfaat diantaranya
- Dengan kondisi setempat, sekolah dapat meningkatkan kesejahteraan guru sehingga dapat lebih berkonsentrasi pada tugasnya;
- Keleluasaan dalam mengelola sumberdaya dan dalam menyertakan masyarakat untuk berpartisipasi, mendorong profesionalisme kepala sekolah, dalam peranannya sebagai manajer maupun pemimpin sekolah;
- Guru didorong untuk berinovasi;
- Rasa tanggap sekolah terhadap kebutuhan setempat meningkat dan menjamin layanan pendidikan sesuai dengan tuntutan masyarakat sekolah dan peserta didik.
- B. Penerapan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS)
Sejak beberapa waktu terakhir, kita dikenalkan dengan
pendekatan “baru” dalam manajemen sekolah yang diacu sebagai manajemen berbasis
sekolah (school based management) atau disingkat MBS. Di Amerika Serikat,
pendekatan ini sebenarnya telah berkembang cukup lama. Pada 1988 American
Association of School Administrators, National Association of Elementary School
Principals, and National Association of Secondary School Principals,
menerbitkan dokumen berjudul school based management, a strategy for better
learning. Munculnya gagasan ini dipicu oleh ketidakpuasan atau kegerahan para
pengelola pendidikan pada level operasional atas.
Manajemen berbasis sekolah memiliki banyak bayangan
makna. Ia telah diimplementasikan dengan cara yang berbeda dan untuk tujuan
berbeda dan pada laju yang berbeda di tempat yang berbeda. Bahkan konsep yang
lebih mendasar dari “sekolah” dan “manajemen” adalah berbeda, seperti
berbedanya budaya dan nilai yang melandasi upaya-upaya pembuat kebijakan dan
praktisi. Akan tetapi, alasan yang sama di seluruh tempat dimana manajemen
berbasis sekolah diimplementasikan adalah bahwa adanya peningkatan otoritas dan
tanggung jawab di tingkat sekolah, tetapi masih dalam kerangka kerja yang
ditetapkan di pusat untuk memastikan bahwa satu makna sistem terpelihara. Satu
implikasi penting adalah bahwa para pemimpin sekolah harus memiliki kapasitas
membuat keputusan terhadap hal-hal signifikan terkait operasi sekolah dan
mengakui dan mengambil unsur-unsur yang ditetapkan dalam kerangka kerja pusat
yang berlaku di seluruh sekolah.
Sejak awal, pemerintah (pusat dan daerah) haruslah
suportif atas gagasan MBS. Mereka harus mempercayai kepala sekolah dan dewan
sekolah untuk menentukan cara mencapai sasaran pendidikan di masing-masing
sekolah. Penting artinya memiliki kesepakatan tertulis yang memuat secara rinci
peran dan tanggung jawab dewan pendidikan daerah, dinas pendidikan daerah,
kepala sekolah, dan dewan sekolah. Kesepakatan itu harus dengan jelas
menyatakan standar yang akan dipakai sebagai dasar penilaian akuntabilitas
sekolah. Setiap sekolah perlu menyusun laporan kinerja tahunan yang mencakup
“seberapa baik kinerja sekolah dalam upayanya mencapai tujuan dan sasaran,
bagaimana sekolah menggunakan sumber dayanya, dan apa rencana selanjutnya.”
Perlu diadakan pelatihan dalam bidang-bidang seperti
dinamika kelompok, pemecahan masalah dan pengambilan keputusan, penanganan
konflik, teknik presentasi, manajemen stress, serta komunikasi antarpribadi
dalam kelompok. Pelatihan ini ditujukan bagi semua pihak yang terlibat di
sekolah dan anggota masyarakat, khususnya pada tahap awal penerapan MBS. Untuk
memenuhi tantangan pekerjaan, kepala sekolah kemungkinan besar memerlukan
tambahan pelatihan kepemimpinan. Dengan kata lain, penerapan MBS mensyaratkan
yang berikut :
- MBS harus mendapat dukungan staf sekolah.
- MBS lebih mungkin berhasil jika diterapkan secara bertahap.
- Staf sekolah dan kantor dinas harus memperoleh pelatihan penerapannya, pada saat yang sama juga harus belajar menyesuaikan diri dengan peran dan saluran komunikasi yang baru.
- Harus disediakan dukungan anggaran untuk pelatihan dan penyediaan waktu bagi staf untuk bertemu secara teratur.
- Pemerintah pusat dan daerah harus mendelegasikan wewenang kepada kepala sekolah, dan kepala sekolah selanjutnya berbagi kewenangan ini dengan para guru dan orang tua murid.
Beberapa hambatan yang mungkin dihadapi pihak-pihak
berkepentingan dalam penerapan MBS adalah sebagai berikut :
1. Tidak Berminat Untuk Terlibat
2. Tidak Efisien
3. Pikiran Kelompok
4. Memerlukan Pelatihan
5. Kebingungan Atas Peran dan Tanggung
Jawab Baru
6. Kesulitan Koordinasi
Apabila pihak-pihak yang berkepentingan telah
dilibatkan sejak awal, mereka dapat memastikan bahwa setiap hambatan telah
ditangani sebelum penerapan MBS. Dua unsur penting adalah pelatihan yang cukup
tentang MBS dan klarifikasi peran dan tanggung jawab serta hasil yang
diharapkan kepada semua pihak yang berkepentingan. Selain itu, semua yang
terlibat harus memahami apa saja tanggung jawab pengambilan keputusan yang
dapat dibagi, oleh siapa, dan pada level mana dalam organisasi.
Anggota masyarakat sekolah harus menyadari bahwa
adakalanya harapan yang dibebankan kepada sekolah terlalu tinggi. Pengalaman
penerapannya di tempat lain menunjukkan bahwa daerah yang paling berhasil
menerapkan MBS telah memfokuskan harapan mereka pada dua maslahat: meningkatkan
keterlibatan dalam pengambilan keputusan dan menghasilkan keputusan lebih baik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar