Macam
- Macam Alat Komunikasi
A. Alat Komunikasi
Tradisional
1.Lonceng
Lonceng adalah suatu
peralatan sederhana yang digunakanuntuk menciptakan bunyi. Bentuknya biasanya
adalahsebuah tabung dengan salah satu sisi yang terbuka dan bergema saat dipukul. Alat untuk memukul
dapat berupa pemukul panjang yang digantung di dalam lonceng
tersebutatau pemukul yang terpisah. Menurut KBBI, loncengmemiliki dua
pengertian, pertama lonceng adalah semacam bel yang dibunyikan untuk
menentukan waktu ataumemberitahukan sesuatu, sedangkan pengertian yang
kedua,lonceng adalah jam besar atau arloji. Lonceng-lonceng besar pada umumnya
terbuat darilogam namun lonceng-lonceng
kecil dapat pula terbuat dari keramik atau porselen.Dahulu lonceng
digunakan untuk mengabarkan suatu berita kepada masyrakat dansebagai penanda
waktu. Lonceng juga digunakan oleh umat Kristiani untuk memberitanda waktu
beribadah, biasanya dibunyikan tiga kali, pada pukul 06.00. 12.00, dan18.00.
Lonceng digunakan pertama kali dalam gereja Katolik sekitar tahun 400
masehi,dan dianggap diperkenalkan oleh Paulinus, Uskup Nola, sebuah kota di
Campania, Italia.Penggunaannya menyebar luas dengan cepat dan tidak hanya
digunakan untuk mengumpulkan umat dalam acara keagamaan, tetapi juga
sebagai peringatan ketika ada bahaya.
2. Bedug
Bedug adalah alat
musik tabuh seperti gendang. Bedugmerupakan instrumen musik tradisional yang
telah digunakansejak ribuan tahun lalu, yang memiliki fungsi sebagai
alatkomunikasi tradisional, baik dalam kegiatan ritualkeagamaan maupun politik.
Di Indonesia, sebuah bedug biasadibunyikan untuk pemberitahuan mengenai waktu
salat atausembahyang. Bedug terbuat dari sepotong batang kayu besar
Sistem Teknologi
Tradisional Orang Tolaki
Jenis
alat-alat
1. Alat-alat produktif
Alat-alat produktif tradisional orang
Tolaki meliputi :
a. Alat bertani ladang :
- o pade (parang)
- o pali (kampak)
- rambaha (batu asahan)
- potasu (tugal)
- saira (sabit)
- o sowi (tuai)
- pehae (pengikat
padi)
- o nohu (lesung)
- o alu (alu)
- o duku (tampi beras)
b. Alat menokok sagu :
- o suli dan tarasulu (untuk
memecah bulir sagu)
- landaka (keranjang besar
untuk memeras air sagu)
- o ani (tempat pengendapan
sagu)
c. Alat berburu dan menangkap hewan
liar :
- karada (tombak)
- o sungga (bambu runcing)
- o taho, ohotai, ohopi
(untuk menangkap ayam hutan atau burung)
- tu'oi (ranjau)
- katilombu (lubang
perangkap)
- wotika (alat tusuk)
- parado (tali penangkap
kerbau liar)
- o boso (pagar perangkap)
d. Alat beternak :
- walaka (tiang tambatan
kerbau)
- o lo (tali)
- selekeri dan kalelawu
(cincin hidung kerbau)
e. Alat menangkap ikan. :
- o kabi (kail)
- o pimbi (bubu)
- sa'ulawi (anyaman
bambu)
- soramba (tombak berkait)
- o pape (panah) lupai
(tubah)
2. Senjata
Senjata tradisional orang Tolaki yang
paling utama adalah ta'awu (parang panjang), kinia (perisai), karada (tombak),
kasai (tombak berkait). Alat-alat senjata ini khusus dipakai oleh kaum pria.
Senjata untuk kaum wanita adalah o piso (pisau). Keris juga dipakai untuk
senjata, tetapi keris bukan hasil memandai orang Tolaki, mereka membelinya dari
orang Bugis atau orang Jawa.
3. Wadah
Banyak macam wadah buatan orang Tolaki,
seperti misalnya kombilo (tempat menyimpan barang-barang anyaman), o lepa
(bakul menyimpan bahan-bahan makanan), pangisa (tempat menyimpan barang-barang
perhiasan), o bungge (tempan menyimpan barang-barang pakaian wanita) burua
(peti tempat menyimpan barang-barang pakaian pria) o baki (baki) o basu
(basung) o kuro (periuk) kawali (kuali). Orang Tolaki juga memakai kuningan
yang mereka beli dari orang Buton.
4. Alat-alat membuat dan menyalakan api
Orang Tolaki tradisional membuat api
dengan menggunakan dua jenis alat yaitu o tinggu (alat membuat api dari batu
dan waru) dan o eri (alat membuat api dari bambu). Mereka juga mengenal tiga
alat untuk menyalakan api, yakni peahi (alat meniup api yang berasal dari
pelepah sagu) tulali (alat meniup api yang berasal dari bambu) dan sosoa (alat
meniup api yang berasal dari potongan kayu bulat yang dilubang dan alat ini
khusus dipakai dalam menempah besi)
5. Alat-alat makan dan minum
Sebelumnya, orang Tolaki memakai
alat-alat makan dan minum dari bahan porselin yang mereka beli di toko, mereka
memakai alat makan dan minum yang disebut siwole (anyaman untuk nasi) o aha
(tempat lauk-pauk) o dula (tempat makanan dari sagu) o boku (tempat kuah) o
bila (tempat minum) o songgi (alat makanan sagu).
Alat-alat makan dan minum yang telah
mereka miliki sebagai harta pusaka buatan Cina, Jepang, dan Eropa adalah o
pingga (piring porselin) o tonde (gelas porselin) o benggi, lambaga, wuapangi,
takara, koloi (masing-masing adalah jenis-jenis tempayan, tempat menyimpan
minuman keras). Selain itu mereka juga memiliki barang-barang kuningan yang
dibeli dari Buton, yaitu o randa (alas piring) palako (tempat hidangan sirih)
usaka (lesung kecil tempat menumbuh sirih) kolunggu (tempat kapur sirih)
6. Alat-alat pakaian dan perhiasan
Orang Tolaki pernah memakai pakaian
tradisional dari bahan fuya, yang mereka sebut kinawo yaitu bahan pakaian yang
diproses dari kulit kayu yang dinamakan usangi dan wehuko. Tenunan tradisional
orang Tolaki yang biasa disebut sawu ulu (sarung kepala, sarung utama, sarung
pokok). Alat-alat kelengkapan tubuh lainnya adalah o songgo (songko) usu-usu
(penutup kepala) o babu (baju) o tembi (cawat) saluaro (celana) pebo (ikat
pinggang). Saat orang Tolaki keluar rumah untuk berkunjung ke rumah tetangga,
ia membawa o kadu (kantung untuk bahan-bahan sirih dan pinang serta kapur sirih
untuk orang tua), o be'u (tempat sirih dan pinang khusus untuk wanita dan orang
tua), hudaka (tempat rokok khusus untuk orang muda) dan taitasi (tas).
Perhiasan banyak jenisnya, seperti
kalunggalu (ikat kepala pada wanita), andi-andi (anting-anting), eno-eno
(kalung), sambiala (kalung pada badan), bolosu (gelang pada lengan dan pada
pergelangan tangan), kale-kale (gelang pada tangan), o langge (gelang pada
kaki), kalepasi (gelang tangan dari akar bahar). Beberapa perhiasan rumah,
yaitu o tenda (perhiasan pada langit-langit), tabere (perhiasan pada sepanjang
dinding kamar dan ruangan tamu khususnya pada saat pesta). Juga beberapa
anyaman seperti ambahi mbo'iso'a (tikar tidur), ambahi mbererehu'a (tikar
tempat duduk), dan ambahimbombuai'a (tikar untuk menjemur), serta siwole uwa
(anyaman khusus untuk meletakkan kalo, yang dipandang sebagai salah satu
atribut kalo saat upacara).
7. Alat-alat perlindungan
Beberapa alat perlindungan orang Tolaki
adalah pineworu (tempat berlindung sementara), laika wuta (pondok berlantai
tanah ditengah ladang), o boru (tudung), payu (tempat berlindung yang
dipindah-pindahkan), patande (dangau), o ala (lumbung), dan laika (rumah tempat
tinggal). Dan khusus untuk rumah/istana raja disebut komali.
8. Alat-alat transport
Alat transport tradisional di darat
adalah kapinda (alat alas kaki), o tigo (aat berjalan di lumpur), o soda (alat
pikulan di bahu), kalabandi (alat pikulan di kepala), kalata (alat usungan
orang sakit), lembara (alat usungan mayat), o sama (alat pikulan pada kerbau),
o teke (alat pikulan pada kuda). Sedangkan alat transport di sungai dan di rawa
adalah o nia (rakit), o bangga (perahu sampan), dan londoi (batangan yang mengapung).
Bahan dasar pembuatan dari tiap
alat-peralatan
Pada dasarnya bahan-bahan yang dipakai alat-peralatan dari suatu suku bangsa pasti sesuai dengan bahan-bahan potensi alam dan lingkungan sekitarnya dimana ia hidup. Sesuai dengan potensi alam dan lingkungan sekitarnya, maka alat-peralatan orang Tolaki terbuat dari salah satu atau penggabungan dari bahan-bahan mentah, yaitu :
1. Tanah, khususnya tanah liat adalah bahan mentah untuk pembuatan periuk, kuali, dan cerek.
2.
Batu adalah bahan mentah untuk alat menyalakan api dan untuk mengasah.
3. Aneka ragam tumbuhan, seperti kayu bulat untuk tugal, lesung, alu, pembela batang sagu, pagar perangkap, tiang tambatan kerbau, tempat menampung tepung sagu, peniup api dalam menempah besi, ramuan alat perlindungan, dan untuk rakit dan perahu sampan. Kulit kayu untuk fuya, tali. Akar untuk pengikat. Bambu untuk alat-alat berburu, menangkap ikan, menyalakan api, ramuan alat perlindungan, dan untuk mengambil air. Daun pandan dan lain-lain semacamnya unruk wadah dan tikar. Anggrek untuk tikar dan macam-macam anyaman. Rotan untuk keranjang dan sebagai bahan pengikat dari semua jenis alat peralatan yang memerlukan ikatan. Bahan-bahan mentah dari pohon enau, seperti waruya untuk menyalakan api, tangkainya untuk nyiru dan anyaman wadah untuk atribut kalo, airnya untuk gula merah, tuak dan arak dan sabutnya untuk tali dan sikat kaki.
4. Aneka ragam tanaman, seperti sagu yang kulitnya, tangkainya dan daunnya untuk ramuan rumah dan pelepahnya untuk wadah. Kelapa yang sabutnya untuk tali dan sikat kaki, tempurungnya untuk piring makan.
5. Kulit dan tanduk hewan, misalnya kulit kerbau dan kambing untuk penutup gedung, selain itu kulit kerbau juga dipakai untuk tali penangkap kerbau liar. Tanduk kerbau dipakai sebagai gantungan dan perhiasan ruangan, demikian halnya dengan tanduk rusa dan tandung anuang, keculai itu tanduk kerbau dipakai juga untuk hiasan bumbungan rumah, dan tanduk rusa juga dipakai untuk alat pengait tali penangkap kerbau liar.
3. Aneka ragam tumbuhan, seperti kayu bulat untuk tugal, lesung, alu, pembela batang sagu, pagar perangkap, tiang tambatan kerbau, tempat menampung tepung sagu, peniup api dalam menempah besi, ramuan alat perlindungan, dan untuk rakit dan perahu sampan. Kulit kayu untuk fuya, tali. Akar untuk pengikat. Bambu untuk alat-alat berburu, menangkap ikan, menyalakan api, ramuan alat perlindungan, dan untuk mengambil air. Daun pandan dan lain-lain semacamnya unruk wadah dan tikar. Anggrek untuk tikar dan macam-macam anyaman. Rotan untuk keranjang dan sebagai bahan pengikat dari semua jenis alat peralatan yang memerlukan ikatan. Bahan-bahan mentah dari pohon enau, seperti waruya untuk menyalakan api, tangkainya untuk nyiru dan anyaman wadah untuk atribut kalo, airnya untuk gula merah, tuak dan arak dan sabutnya untuk tali dan sikat kaki.
4. Aneka ragam tanaman, seperti sagu yang kulitnya, tangkainya dan daunnya untuk ramuan rumah dan pelepahnya untuk wadah. Kelapa yang sabutnya untuk tali dan sikat kaki, tempurungnya untuk piring makan.
5. Kulit dan tanduk hewan, misalnya kulit kerbau dan kambing untuk penutup gedung, selain itu kulit kerbau juga dipakai untuk tali penangkap kerbau liar. Tanduk kerbau dipakai sebagai gantungan dan perhiasan ruangan, demikian halnya dengan tanduk rusa dan tandung anuang, keculai itu tanduk kerbau dipakai juga untuk hiasan bumbungan rumah, dan tanduk rusa juga dipakai untuk alat pengait tali penangkap kerbau liar.
6.
Besi, emas dan kuningan adalah bahan-bahan mentah untuk alat-alat produktif,
senjata dan perhiasan. Misalnya besi untuk parang, kampak, pisau, kelewang,
penggali lubang, dan mata panah. Emas untuk anting-anting, kalung, gelang,
cincin. Serta kuningan lainnya untuk gelang badan, gelang kaki.
Alat yang satu ini walau jadul namun masih tetap bertahan
dan familiar bagi masyarakat Indonesia. Sebelum hadirnya alat komunikasi
pemanggil massa/masyarakat yang modern hadir, kentongan menjadi bagian
terpenting dimasyarakat. Kentongan selalu ada digardu dan poskamling warga.Kentongan sangat multi fungsi, selain sebagai panggilan jika ada maling, bencana kebakaran, alat tradisional ini juga menjadi alat pemanggil berkumpul dalam mengajak masyarakat bergotong royong dan mengikuti pertemuan di dilokasi tertentu.
Mengenla kentongan ternyata memiliki sejarah panjang. Kentongan ternyata memiliki fungsi social dan religi. Sejarah budaya kentongan sebenarnya dimulai sebenarnya berasal dari legenda Cheng Ho dari Cina yang mengadakan perjalanan dengan misi keagamaan. Dalam perjalanan tersebut, Cheng Ho menemukan kentongan ini sebagai alat komunikasi ritual keagamaan. Penemuan kentongan tersebut dibawa ke China, Korea, dan Jepang. Kentongan sudah ditemukan sejak awal masehi.
Sedang di Indonesia tentunya memiliki sejarah penemuan yang berbeda dengan nilai sejarahnya yang tinggi. Di Nusa Tenggara Barat, kentongan ditemukan ketika Raja Anak Agung Gede Ngurah yang berkuasa sekitar abad XIX menggunakannya untuk mengumpulkan massa. Di Yogyakarta ketika masa kerajaan Majapahit, kentongan Kyai Gorobangsa sering digunakan sebagai pengumpul warga.
Manfaat Kentongan
Awalnya, kentongan digunakan sebagai alat pendamping ronda untuk memberitahukan adanya pencuri atau bencana alam.Dalam masyarakat pedalaman, kentongan seringkali digunakan ketika suro-suro kecil atau sebagai pemanggil masyarakat untuk ke masjid bila jam salat telah tiba Namun, kentongan yang dikenal sebagai teknologi tradisional ini telah mengalami transformasi fungsi Dalam masyarakat modern, kentongan dijadikan sebagai salah satu alat yang efektif untuk mencegah demam berdarah. Dengan kentongan, monitoring terhadap pemberantasan sarang nyamuk pun dilakukan Dalam masyarakat tani, seringkali menggunakan kentongan sebagai alat untuk mengusir yang merusak tanaman dan padi warga.[
Kelebihan Kentongan
Kentongan dengan bahan pembuatan dan ukurannya yang khas dapat dijadikan barang koleksi peninggalan masa lalu yang dapat dipelihara untuk meningkatkan pemasukan negara. Kentongan dengan bunyi yang khas dan permainan yang khas menjadi sumber penanada tertentu bagi masyarakat sekitar. Selain itu, kentongan merupakan peninggalan asli bangsa Indonesia dan memiliki nilai sejarah yang tinggi. Perawatannya juga sederhana, tanpa memerlukan tindakan-tindakan khusus
Kelemahan Kentongan
Kentongan masih banyak kita temui dalam masyarakat modern, namun fungsi kentongan sebagai alat komunikasi tradisional memiliki sejumlah kekurangan yang menyebabkan tergesernya kentongan tersebut dengan teknologi modern. Kegunaan kentongan yang sederhana dan jangkauan suara yang sempit menyebabkan kentongan tidak menjadi alat komunikasi utama dalam dunia modern ini.
Walaupun moderenisasi sudah menggeser pemakain kentongan dengan alat-alat canggih lainnya, namun kentongan belum mampu tergantikan di dusun-dusun yang masih menjadikan alat ini sebagai sarana pemanggil dan pemersatu masyarakat yang efektif.
Pakai Alat Tangkap Tradisional Agar
Sungai Tak Rusak
Salah seorang nelayan perempuan
mengayuh sampan kolek melawan derasnya arus Sungai Siak Kecil. Tampak rimbunan
rasau menjadi tempat berteduh bagi nelayan dan terlihat asri di sepanjang alur
sungai yang hulunya hingga ke Tasik Serai tersebut. (Foto: GEMA SETARA/RIAU
POS)
Sungai Siak Kecil jadi sumber
kehidupan bagi banyak orang terutama nelayan. Berbagai tantangan dan rintangan
mempertahankan keasrian sungai sudah dirasakan dengan berkembangnya perkebunan
dan rusaknya hutan di kiri kanan sungai dan anak-anak sungai.
Laporan ERWAN SANI, Siak Kecil
HITAMNYA air Sungai Siak Kecil yang di dalamnya berdiam berbagai jenis ikan air tawar menjadi harapan besar ratusan nelayan dari Dusun Sungai Nibung Desa Teluk Kelambu dan dusun-dusun yang ada di sepanjang aliran sungai. Dengan berbekalkan alat tangkap tradisional berupa lukah, tajur dan joran pancing siap tinggal berbulan-bulan di anak-anak sungai, tasik, suak dan ceruk di sepanjang Sungai Siak Kecil agar dapur di rumah tetap berasap.
Berbekal tradisi mencari ikan alami yang diterapkan secara turun-temurun hingga sekarang membuat alur sungai tetap asri, sehingga ikan yang diinginkan masih tetap ada walaupun jauh menurun jika dibandingkan era 1980 dan 1990-an. ‘’Lukah, tajur dan kail sumber kehidupan kami,’’ ucap Jamal (67) sambil tangannya terus meraut buluh yang sudah dibelah-belahnya untuk dijadikan lukah dengan menggunakan pisau lojes.
Selain alat-alat tradisional tersebut, sampan kolek menjadi alat transportasi untuk meretas anak sungai, ceruk dan suak yang diyakini menjadi tempat berteduh dan berkembang. ‘’Sampan kolek dan dua dayung ini menjadi alat memperpanjang langkah kami. Ke mana mau dituju, kolek ini jadi sahabat kami di tengah ataupun tepi alur sungai,’’ ucapnya.
Mencari ikan zaman 1990-an tak sama seperti sekarang, kata M Kahar, dulu tak jauh dari perkampungan sudah bisa mendapatkan berbagai jenis ikan. Mulai dari ikan selais, baung, patin dan tapah. Namun sekarang untuk mendapatkan ikan harus membuat pondok dan tinggal berminggu-minggu bahkan berbulan-bulan. ‘’Bahkan tak jarang kami memberi gelar pengulu kepada nelayan-nelayan yang lama tinggal di hulu sungai dan tasik di Sungai Siak Kecil ini. Termasuk Pak Jamal, sempat mendapat gelar itu,’’ ucap Kahar sambil duduk memangku lutut di kursi panjang terbuat dari kayu di pondok tempat dia berteduh dari panas dan hujan dan tempat tidur di waktu malam selama mencari ikan.
Meskipun sulit untuk mendapatkan ikan dan harus empat atau lima jam perjalanan menggunakan pompong baru sampai lokasi ikan, tak membuat para nelayan putus asa dan menggunakan berbagai cara untuk mendapatkan ikan banyak atau kesenangan sesaat. ‘’Kami tak pernah menggunakan tube atau putas. Jadi kami menggunakan lukah dan tajur dan kaillah untuk mendapatkan ikan,’’ jelas Kahar lagi.
Cobalah tengok sepanjang Sungai Siak Kecil ini, kata Kahar. Mulai dari Paket J, Dusun Naning, Dusun Sungai Saraf, Muara Dua, Bandar Jaya, Sungai Bakong, Teluk Cina, Sungai Antan, Sungai Pagar hingga Pesingin, yang terlihat hanyalah tajur dan lukah di pepak batang rasau. ‘’Tradisi menjaga sungai ini kami lakukan betul, jadi kalau ada nelayan menggunakan tube atau putas dikenakan sanksi dari nelayan-nelayan,’’ kata Kahar.
Bukan itu saja, kata Agus yang menjadi kapten pompong mengingatkan, ketahuan ada orang merusak tajur atau lukah juga dikenakan denda. ‘’Jangan sampai kono lukah orang pak kito belabuh kat tepi sungai ko. Kono dondo kito,’’ cegah Agus menggunakan bahasa tempatan ketika Riau Pos sempat menepi dan mau mengikat tali pompong di salah satu pohon kayu di bibir Sungai Siak Kecil.
Meskipun kemajuan teknolongi untuk menangkap ikan terus berkembang tak membuat nelayan-nelayan yang ada di sepanjang Sungai Siak Kecil langsung berubah drastis. Bahkan untuk melihat nelayan menggunakan jaring apung atau jaring dasar di sepanjang sungai tak ada.
‘’Nelayan di sini tak menggunakan jaring. Alasannya banyak kayu, kalau jaring apung tentu tak dapat ikan-ikan dasar sungai. Makanya kami memilih lukah dan pancing,’’ kata Kahar yang sudah tiga tahun terakhir jadi nelayan, setelah usaha kedai nasinya di Desa Mekar Jaya atau Paket J tak menjanjikan.
Kemudian para nelayan juga benar-benar tak merusak pepohonan rasau atau batang kayu yang ada di bibir sungai. ‘’Suak-suak di celah rasau itulah tempat lompong dan baung bermain. Tengok tu ibu-ibu mancing di celah rasau,’’ ucap Agus sambil memalingkan wajahnya kea rah ibu-ibu yang tengah serius melihat joran pancingnya di celah-celah rasau.
Antara Kelestarian Alam dan Keperluan Hidup
Keperluan akan hidup dan majunya teknologi pertanian dan perkebunan, sehingga banyak menyulap hutan-hutan lebat di Riau berubah menjadi perkebunan produktif yang notabene memberikan penghidupan yang menjanjikan. Salah satu perkebunan produktif dan bernilai ekonomi tinggi yaitu perkebunan sawit.
Tak sedikit masyarakat Riau saat sekarang tergiur dengan perkebunan sawit dan dinyatakan berhasil dan mampu menghidupi keluarga menjadi keluarga yang mapan. Hal ini jugalah mengubah pemikiran dari masyarakat tempatan dan juga masyarakat dari berbagai daerah berlomba untuk membuat perkebunan sawit. Perkembangan perkebunan sawit ini juga mempengaruhi cara pikir masyarakat nelayan yang dulunya menggantungkan sepenuhnya dari hasil tangkapan ikan.
Pengaruh itu akhirnya menjalar dan memberikan peluang kepada masyarakat luas untuk membuka lahan baru untuk perkebunan. ‘’Jujur, sepanjang sungai ini hutan tak lebat lagi. Bahkan sepanjang sungai ini lahannya sudah ada pemilik,’’ ucap Agus sambil terus memegang tangkai kemudi pompong yang terbuat dari kayu.
Minimal seorang pemilik lahan memiliki 4-10 hektare. ‘’Saya juga pernah punya lahan sepuluh hektare. Tapi akhirnya kami jual karena desakan ekonomi,’’ jelasnya.
Murahnya dan masih tersedianya lahan di sepanjang kiri kanan Sungai Siak Kecil memberikan dampak atau motivasi bagi warga untuk terus membuat kebun. Ini terbukti di beberapa pohon kayu di bibir sungai dengan nama pemilik lahan. Walaupun lahan tersebut masih ditumbuhi kayu hutan kisaran diameter 10-20 Cm.
Diakui Hasan, warga Teluk Kelambu kepada Riau Pos, sejak dua tahun belakangan ini pendapatan nelayan jauh menurun. ‘’Tangkapan nelayan jauh betol turun. Ini terjadi dua tahun belakangan ini, sejak orang banyak membuka lahan perkebunan. Mungkin dah banyak suak, anak sungai dan rawe dah tertutup agaknyo,’’ jelasnya.
Masyarakat yang membuka lahan tersebut tak sepenuhnya para nelayan yang menyempatkan diri untuk menyambil membuka lahan. Akan tetapi masyarakat dari berbagai desa dan dusun di sepanjang Sungai Siak Kecil sudah memeta-meta lahan yang ada. ‘’Jadi seberapa mampu mereka buka lahan untuk perkebunan,’’ jelasnya.
Seperti dilakukan Kahar, selain mencari ikan dirinya juga telah membuka lahan untuk perkebunan karet dan sawit. ‘’Baru-baru ini membuat kebun sawit dan karet. Itupun kalau jadi, karena banyak hama babi dan tikus yang memakan bibit sawit dan karet yang kita tanam,’’ jelasnya.
Upaya untuk membuka lahan perkebunan ini termotivasi karena banyak masyarakat yang berhasil dari berkebun. ‘’Tak mungkin kita diam sajo. Orang bukan lahan untuk kebun. Tapi kito sikit ajo lahannyo,’’ jelas Kahar yang mengaku memiliki lahan tak jauh dari Sungai Antan.
Diakuinya pemilik lahan pada umumnya bukan saja masyarakat desa-desa yang ada di Siak Kecil, akan tetapi berbagai daerah. Bahkan ada dari Sumatera Utara (Sumut) dan daerah kabupaten/kota lainnya di Riau.
Diskanlut Ajak Warga Jaga Sungai
Kepala Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Riau, Prof DR Irwan Effendi MSc mengajak masyarakat untuk tetap menjaga keasrian lingkungan yang ada di sepanjang Sungai Siak Kecil. Menurut dia, paling tidak kisaran 50-100 meter bibir Sungai Siak Kecil jangan ditebang pohonnya.
Dari sekian banyak sungai besar di Riau, pada umumnya hutan-hutan di bibir sungai sudah habis. Sehingga habitat tempat ikan-ikan melakukan pemijahan tak adalagi. ‘’Ini realita di lapangan, ketika hutan habis dan anak-anak sungai banyak yang tetutup ikan di sungai itupun punah dan mencari satu ekor pun susah,’’ jelas Irwan Effendi.
Rusaknya habitat sungai sejalan dengan rusaknya hutan-hutan yang dibuka menjadi lahan perkebunan. Tapi Diskanlut tak bisa berbuat apa-apa karena ranah perkebunan dan pertanian bukan lingkupnya. ‘’Kita hanya kosentrasi menjaga aliran sungai dan habitat di dalamnya. Tapi tak bisa mencegah orang untuk membuat perkebunan atau lainnya,’’ kata Irwan Effendi yang sedang berusaha merubah pola pikir nelayan dari mencari ikan di laut, sungai dan danau berpindah memelihara ikan.
Puluhan ribu nelayan di Riau saat sekarang sangat kesulitan untuk memenuhi keperluan hidupnya dari penghasilan mencari ikan. ‘’Jadi semuanya harus sejalan. Agar nelayan tetap bisa mencari ikan mari semua pihak jaga garis sepadan sungai agar hutannya tak dirusak,’’ harapnya.***
Laporan ERWAN SANI, Siak Kecil
HITAMNYA air Sungai Siak Kecil yang di dalamnya berdiam berbagai jenis ikan air tawar menjadi harapan besar ratusan nelayan dari Dusun Sungai Nibung Desa Teluk Kelambu dan dusun-dusun yang ada di sepanjang aliran sungai. Dengan berbekalkan alat tangkap tradisional berupa lukah, tajur dan joran pancing siap tinggal berbulan-bulan di anak-anak sungai, tasik, suak dan ceruk di sepanjang Sungai Siak Kecil agar dapur di rumah tetap berasap.
Berbekal tradisi mencari ikan alami yang diterapkan secara turun-temurun hingga sekarang membuat alur sungai tetap asri, sehingga ikan yang diinginkan masih tetap ada walaupun jauh menurun jika dibandingkan era 1980 dan 1990-an. ‘’Lukah, tajur dan kail sumber kehidupan kami,’’ ucap Jamal (67) sambil tangannya terus meraut buluh yang sudah dibelah-belahnya untuk dijadikan lukah dengan menggunakan pisau lojes.
Selain alat-alat tradisional tersebut, sampan kolek menjadi alat transportasi untuk meretas anak sungai, ceruk dan suak yang diyakini menjadi tempat berteduh dan berkembang. ‘’Sampan kolek dan dua dayung ini menjadi alat memperpanjang langkah kami. Ke mana mau dituju, kolek ini jadi sahabat kami di tengah ataupun tepi alur sungai,’’ ucapnya.
Mencari ikan zaman 1990-an tak sama seperti sekarang, kata M Kahar, dulu tak jauh dari perkampungan sudah bisa mendapatkan berbagai jenis ikan. Mulai dari ikan selais, baung, patin dan tapah. Namun sekarang untuk mendapatkan ikan harus membuat pondok dan tinggal berminggu-minggu bahkan berbulan-bulan. ‘’Bahkan tak jarang kami memberi gelar pengulu kepada nelayan-nelayan yang lama tinggal di hulu sungai dan tasik di Sungai Siak Kecil ini. Termasuk Pak Jamal, sempat mendapat gelar itu,’’ ucap Kahar sambil duduk memangku lutut di kursi panjang terbuat dari kayu di pondok tempat dia berteduh dari panas dan hujan dan tempat tidur di waktu malam selama mencari ikan.
Meskipun sulit untuk mendapatkan ikan dan harus empat atau lima jam perjalanan menggunakan pompong baru sampai lokasi ikan, tak membuat para nelayan putus asa dan menggunakan berbagai cara untuk mendapatkan ikan banyak atau kesenangan sesaat. ‘’Kami tak pernah menggunakan tube atau putas. Jadi kami menggunakan lukah dan tajur dan kaillah untuk mendapatkan ikan,’’ jelas Kahar lagi.
Cobalah tengok sepanjang Sungai Siak Kecil ini, kata Kahar. Mulai dari Paket J, Dusun Naning, Dusun Sungai Saraf, Muara Dua, Bandar Jaya, Sungai Bakong, Teluk Cina, Sungai Antan, Sungai Pagar hingga Pesingin, yang terlihat hanyalah tajur dan lukah di pepak batang rasau. ‘’Tradisi menjaga sungai ini kami lakukan betul, jadi kalau ada nelayan menggunakan tube atau putas dikenakan sanksi dari nelayan-nelayan,’’ kata Kahar.
Bukan itu saja, kata Agus yang menjadi kapten pompong mengingatkan, ketahuan ada orang merusak tajur atau lukah juga dikenakan denda. ‘’Jangan sampai kono lukah orang pak kito belabuh kat tepi sungai ko. Kono dondo kito,’’ cegah Agus menggunakan bahasa tempatan ketika Riau Pos sempat menepi dan mau mengikat tali pompong di salah satu pohon kayu di bibir Sungai Siak Kecil.
Meskipun kemajuan teknolongi untuk menangkap ikan terus berkembang tak membuat nelayan-nelayan yang ada di sepanjang Sungai Siak Kecil langsung berubah drastis. Bahkan untuk melihat nelayan menggunakan jaring apung atau jaring dasar di sepanjang sungai tak ada.
‘’Nelayan di sini tak menggunakan jaring. Alasannya banyak kayu, kalau jaring apung tentu tak dapat ikan-ikan dasar sungai. Makanya kami memilih lukah dan pancing,’’ kata Kahar yang sudah tiga tahun terakhir jadi nelayan, setelah usaha kedai nasinya di Desa Mekar Jaya atau Paket J tak menjanjikan.
Kemudian para nelayan juga benar-benar tak merusak pepohonan rasau atau batang kayu yang ada di bibir sungai. ‘’Suak-suak di celah rasau itulah tempat lompong dan baung bermain. Tengok tu ibu-ibu mancing di celah rasau,’’ ucap Agus sambil memalingkan wajahnya kea rah ibu-ibu yang tengah serius melihat joran pancingnya di celah-celah rasau.
Antara Kelestarian Alam dan Keperluan Hidup
Keperluan akan hidup dan majunya teknologi pertanian dan perkebunan, sehingga banyak menyulap hutan-hutan lebat di Riau berubah menjadi perkebunan produktif yang notabene memberikan penghidupan yang menjanjikan. Salah satu perkebunan produktif dan bernilai ekonomi tinggi yaitu perkebunan sawit.
Tak sedikit masyarakat Riau saat sekarang tergiur dengan perkebunan sawit dan dinyatakan berhasil dan mampu menghidupi keluarga menjadi keluarga yang mapan. Hal ini jugalah mengubah pemikiran dari masyarakat tempatan dan juga masyarakat dari berbagai daerah berlomba untuk membuat perkebunan sawit. Perkembangan perkebunan sawit ini juga mempengaruhi cara pikir masyarakat nelayan yang dulunya menggantungkan sepenuhnya dari hasil tangkapan ikan.
Pengaruh itu akhirnya menjalar dan memberikan peluang kepada masyarakat luas untuk membuka lahan baru untuk perkebunan. ‘’Jujur, sepanjang sungai ini hutan tak lebat lagi. Bahkan sepanjang sungai ini lahannya sudah ada pemilik,’’ ucap Agus sambil terus memegang tangkai kemudi pompong yang terbuat dari kayu.
Minimal seorang pemilik lahan memiliki 4-10 hektare. ‘’Saya juga pernah punya lahan sepuluh hektare. Tapi akhirnya kami jual karena desakan ekonomi,’’ jelasnya.
Murahnya dan masih tersedianya lahan di sepanjang kiri kanan Sungai Siak Kecil memberikan dampak atau motivasi bagi warga untuk terus membuat kebun. Ini terbukti di beberapa pohon kayu di bibir sungai dengan nama pemilik lahan. Walaupun lahan tersebut masih ditumbuhi kayu hutan kisaran diameter 10-20 Cm.
Diakui Hasan, warga Teluk Kelambu kepada Riau Pos, sejak dua tahun belakangan ini pendapatan nelayan jauh menurun. ‘’Tangkapan nelayan jauh betol turun. Ini terjadi dua tahun belakangan ini, sejak orang banyak membuka lahan perkebunan. Mungkin dah banyak suak, anak sungai dan rawe dah tertutup agaknyo,’’ jelasnya.
Masyarakat yang membuka lahan tersebut tak sepenuhnya para nelayan yang menyempatkan diri untuk menyambil membuka lahan. Akan tetapi masyarakat dari berbagai desa dan dusun di sepanjang Sungai Siak Kecil sudah memeta-meta lahan yang ada. ‘’Jadi seberapa mampu mereka buka lahan untuk perkebunan,’’ jelasnya.
Seperti dilakukan Kahar, selain mencari ikan dirinya juga telah membuka lahan untuk perkebunan karet dan sawit. ‘’Baru-baru ini membuat kebun sawit dan karet. Itupun kalau jadi, karena banyak hama babi dan tikus yang memakan bibit sawit dan karet yang kita tanam,’’ jelasnya.
Upaya untuk membuka lahan perkebunan ini termotivasi karena banyak masyarakat yang berhasil dari berkebun. ‘’Tak mungkin kita diam sajo. Orang bukan lahan untuk kebun. Tapi kito sikit ajo lahannyo,’’ jelas Kahar yang mengaku memiliki lahan tak jauh dari Sungai Antan.
Diakuinya pemilik lahan pada umumnya bukan saja masyarakat desa-desa yang ada di Siak Kecil, akan tetapi berbagai daerah. Bahkan ada dari Sumatera Utara (Sumut) dan daerah kabupaten/kota lainnya di Riau.
Diskanlut Ajak Warga Jaga Sungai
Kepala Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Riau, Prof DR Irwan Effendi MSc mengajak masyarakat untuk tetap menjaga keasrian lingkungan yang ada di sepanjang Sungai Siak Kecil. Menurut dia, paling tidak kisaran 50-100 meter bibir Sungai Siak Kecil jangan ditebang pohonnya.
Dari sekian banyak sungai besar di Riau, pada umumnya hutan-hutan di bibir sungai sudah habis. Sehingga habitat tempat ikan-ikan melakukan pemijahan tak adalagi. ‘’Ini realita di lapangan, ketika hutan habis dan anak-anak sungai banyak yang tetutup ikan di sungai itupun punah dan mencari satu ekor pun susah,’’ jelas Irwan Effendi.
Rusaknya habitat sungai sejalan dengan rusaknya hutan-hutan yang dibuka menjadi lahan perkebunan. Tapi Diskanlut tak bisa berbuat apa-apa karena ranah perkebunan dan pertanian bukan lingkupnya. ‘’Kita hanya kosentrasi menjaga aliran sungai dan habitat di dalamnya. Tapi tak bisa mencegah orang untuk membuat perkebunan atau lainnya,’’ kata Irwan Effendi yang sedang berusaha merubah pola pikir nelayan dari mencari ikan di laut, sungai dan danau berpindah memelihara ikan.
Puluhan ribu nelayan di Riau saat sekarang sangat kesulitan untuk memenuhi keperluan hidupnya dari penghasilan mencari ikan. ‘’Jadi semuanya harus sejalan. Agar nelayan tetap bisa mencari ikan mari semua pihak jaga garis sepadan sungai agar hutannya tak dirusak,’’ harapnya.***
Alat
Tangkap Tradisional “Bubu” di Bintan
Kampung Nelayan Senggiling
Pemandangan pantai pasir panjang di
kampung Senggiling, Bintan membuatku terpukau akan
keindahannya. Memasuki bulan April, hampir seluruh nelayan di pulau ini pergi
melaut untuk mencari ikan. Laut yang tenang memudahkan para nelayan untuk
berlayar dengan menggunakan rumah atau biasa yang disebut dengan ‘Kelong’ (baca tulisan mengenai ‘Kelong’).
Ini salah satu pengalaman pertamaku
untuk melihat langsung cara kerja para nelayan saat mereka akan melaut. Mereka
mempersiapkan bekal makanan serta alat tangkap secara berkelompok agar lebih
banyak dalam menangkap hasil tangkapannya. Banyak alat tangkap yang kita kenal
seperti jaring, pancing, ataupun alat tangkap ikan yang dilarang oleh
pemerintah karena dapat merusak biota laut seperti pukat harimau, bom peledak,
serta racun ikan.
“Karena dari lautlah mereka
mencari nafkah…”
Syukurnya nelayan yang tinggal di
kampung Senggiling ini sadar akan pentingnya pelestarian lingkungan perairan
laut karena disinilah mereka mencari nafkah sehingga mereka harus dapat menjaga
keberlangsungannya. Sayangnya, masih terdapat beberapa pihak yang tidak
memperdulikan usaha menjaga pelestarian biota laut ini. Umumnya masyarakat yang
hanya mencari keuntungan (pendatang dari luar daerah) maupun nelayan dari
negara tetangga yang menggunakan alat tangkap yang dilarang oleh pemerintah.
Sampai sekarangpun masih dapat kita temui disekitar perairan Bintan.
Alat tangkap ‘Bubu’, cukup asing
terdengar ditelingaku. Awalnya Aku tidak begitu tertarik untuk melihat alat
tangkap ini, namun saat Aku berkunjung ke kampung nelayan ini, Aku mencari tahu
lebih dalam mengenai ‘Bubu’ ini.
Alhasil Aku melihat proses pembuatan
‘Bubu’ beserta hasilnya. Cukup unik bentuknya, yaitu besar seperti keranjang
yang terdiri dari rajutan kawat, kerangkanya dibentuk dari besi dan bambu
dengan besarnya hampir 1 meter lebih. Hal ini bertujuan agar dapat banyak ikan
yang masuk kedalam ‘Bubu’ tersebut. Proses pembuatannya cukup memakan waktu
yang lama, yaitu sekitar satu minggu untuk satu ‘Bubu’. Diperkirakan satu
‘Bubu’ seharga 150 ribu rupiah. Untuk pembuat alat tangkap tradisional ini,
tidak semua nelayan dapat membuatnya. Oleh karena itu, disini terdapat pula
jasa pembuatan ‘Bubu’. Tentunya dengan harga yang lebih tinggi jika ingin
memilikinya.
Alat tangkap Bubu
Umumnya nelayan di Bintan memiliki
beberapa ‘Bubu’, idealnya setiap nelayan memiliki 10-15 ‘Bubu’. Hasilnya ?
Jangan ditanya, keuntungan hasil dari alat tangkap ini cukup luar biasa. Jika
nelayan dapat menangkap ikan dalam jumlah yang banyak, mereka dapat menjual
tangkapan ikan hingga mencapai 40kg atau dapat bernilai hingga jutaan rupiah.
Luar biasa bukan ? Alat tangkap tradisional ini masih menjadi andalan para nelayan
dalam mencari ikan merah, ikan kuning, kerapu dan ikan jebung termasuk kepiting
totol ataupun kerang (keong) dan lobster.
Kemudian bagaimana cara menggunakan
‘Bubu’ ini ? dan apakah ‘Bubu’ dapat dipakai secara terus menerus ? Cara
penggunaannya cukup sederhana. Pertama, nelayan harus mencari tempat yang tepat
untuk dapat menaruh alat tangkap ini. Tempat tepat yang dimaksud yaitu mereka
harus mencari tempat batu karang yang umumnya sebagai tempat dimana ikan biasa
berkumpul. Alat tangkap ini dibiarkan ditaruh di atas batu karang tersebut
dalam beberapa waktu agar ikan-ikan tersebut dapat terjebak di dalam ‘Bubu’
ini. Semakin baik lokasi penangkapannya (Batu karang), maka lebih besar
kemungkinan para nelayan akan mendapatkan ikan.
Alat Tangkap Bubu
‘Bubu’ tidak bisa dipakai dalam
jangka waktu yang lama dikarenakan bahan dasar ‘Bubu’ yang tidak akan kuat jika
terkena ombak laut dan kerasnya batu karang. Menurut pengalaman nelayan yang
biasa menggunakan alat tangkap ini, biasanya ‘Bubu’ ini hanya kuat untuk 3 kali
mengangkat ikan. Setelah itu, ‘Bubu’ akan rusak dan dibuang oleh nelayan.
Sesungguhnya masih banyak cara dalam
menangkap ikan, namun terkadang sifat dasar manusia yang tamak dan ingin
mencapai segala sesuatu serba cepat / instant malah dapat merugikan mahkluk
hidup lainnya. Kelak saat cucu kita menggantikan kita, mereka masih mengenal
kekayaan biota laut bangsa ini dan rasa bangga yang tinggi kepada kita semua
karena telah menjaga dan melestarikannya.
Nb : alat tangkap”Bubu” termasuk alat tangkap yang merusak karang, oleh karena itu penggunannya saat ini berusaha dikurangi. Namun sayang belum seluruh nelayan tradisional menyadari hal tersebut.
Nb : alat tangkap”Bubu” termasuk alat tangkap yang merusak karang, oleh karena itu penggunannya saat ini berusaha dikurangi. Namun sayang belum seluruh nelayan tradisional menyadari hal tersebut.
alat
dan mesin pertanian
LAPORAN TETAP PRAKTIKUM
DASAR-DASAR AGRONOMI
A.Tujuan
Untuk mengetahui jenis bentuk dan fungsi berbagai alat dan mesin pertanian
mulai dari kegiatan pertanian sampai panen.
B.Hasil
a.Alat pertanian tradisional
No
|
Nama alat
|
Fungsi
|
Prinsip kerja
|
1
|
cangkul
|
untuk
menggarap lahan, yaitu untuk mencangkul tanah, menggali tanah, meratakan
tanah, menghancurkan tanah, dan membersihkan rumput
|
Cangkul terbuat dari besi atau baja, bemata tajam,
bergagang. Kayu yang agak panjang.
|
2
|
Parang atau Golok
|
berguna
sekali untuk memotong kayu-kayu yang berukuran kecil, menebang bambu dll
|
Bagian besi yang tajam dikenakan dengan bagian yang
akan dipotong dengan mengayunnya agak kencang
|
3
|
Parang Babat
|
untuk
membabat semak-semak, alang-alang, dan rerumputan. Dalam membuka lahan baru,
alat ini banyak digunakan
|
Bentuknya yang agak melekung mempermudah menyiangi
rumput dengan sedikit mengerat yang akan di tebas
|
4
|
Kampak
|
menebang kayu yang berukuran besar.Dalam pembukaan
lahan sangat berguna untuk menebang pohon
|
bagian yang tajam pada alat ini dikenakan pada
bagian kayu akan dipotong
|
5
|
Bajak
|
untuk memotong dan membalikkan tanah yang
berukuran besar.
|
dengan mendorong kearah depan bagian besi yang tajam
akan menghancurkan atau memotong tanah.
|
6
|
Garu Paku
|
Menggemburkan tanah dan
memotong sisa – sisa tanaman yang tertinggal.
|
Susunan paku yang mendapat gaya tarikan ke depan
akan Menyebabkan paku – paku tersebut menghancurkan bong kahan tanah yang
habis di bajak
|
7
|
kuku kambing
|
untuk menanam benih disawah
|
memasukkan bagian yang tajam yang berguna
melobangi,sekali gus memasukkan benih kedalam lobang
|
8
|
Tajak
|
untuk membersihkan rumput pada
posissi berdiri
|
Untuk membersihkan rumput pada
posissi berdiri
|
9
|
Sekop
|
untuk memindahkan tanah, atau pun sampah
|
mendorong gagang sekop kearah bawah dan
mengangkatnya
|
10
|
Ani-ani
|
untuk memotong padi
|
bagian pisau yang memotong batang bulir satu
persatu
|
v Gambar alat-alat pertanian
tradisional
Cangkul Parang atau
Golok Parang
babat
Kampak
Bajak
Garu Paku
Kuku
kambing
Tajak
Sekop
Ani-ani
b.Alat pertanian modern
No
|
Nama alat
|
Fungsi
|
Prinsip kerja
|
1
|
Compressed Air Sprayer
|
untuk
memberantas hama penyakit, gulma, pemberiaan pupik dan pengairan tanaman
|
Ketika handle
ditarik maka foot klep akan membuat tekanan ke pump plunger sehingga akan
bergerak naik turun lalu mendorong cairan yang ada
|
2
|
Mesin penghancur biji dan pengupas kulit kakao
|
menghancurkan biji dan mengupas
kulit.
|
masukkan bagian yang akan diproses di bagian atas
lalu hasil akan ditampung pada bagian corong pengeluaran
|
3
|
Bajak Piring
|
untuk
memotong dan membalik tanah pada pengolahan tanah pertama.
|
Setelah mesin
dihidupkan letakkan bajak piring nya diatas tanah
dimana bentuknya emanng seperti piringan
|
4
|
Seeder
|
Alat penanam
(seeder) berfungsi untuk meletakkan benih yang akan ditanam pada kedalaman
dan jumlah tertentu dengan keseragaman yang relatif tinggi.
|
Dengan menggerakan mesin diatas lahan yang akan
ditanami, Lalu mesin akan mengeluarkan benih dari bawah dan memasukkanya
kelubang
|
5
|
Trealer
|
Trealer
merupakan alat pertanian yang digunakan untuk mengangkut hasil-hasil
pertanian.
|
Biasa dikaitkan dengan sepeda motor untuk ditarik
Trealernya yang sudah diisi dengan hasil panen
|
6
|
Traktor
|
membajak sawah
|
menggerakkan mesin di atas lahan yang akan di
bajak atau digemburkan
|
7
|
Mesin pengupas atau mesin penggiling
|
mengupas gabah menjadi beras putih atau menggiling
beras
|
memasukkan gabah yang akan di kupas lalu
mesin akan Memutar dan mengupas gabah tersebut
|
8
|
Mesin Penumbuk Ubi
|
Untuk menumbuk ubi dengan cepat
|
Memasukkan ubi ke lubang mesin, yang berfungsi
menghancurkan ubi
|
9
|
Mesin Petik Teh
|
Memetik pucuk teh.
|
Diangkat oleh beberapa orang, kemudian mata pisau
dalam mesin tersebut akan memotong bagian atas pohon teh. Lalu bagian yang
telah terpotong ditampung oleh plastik dibelakang mesin
|
10
|
Mesin pengupas buah kopi
|
mengupas buah kopi
|
Buah kopi segar di masukkan melalui hopper lalu
hasil Kupasan ditampung dilubang pengeluaran
|
v Gambar alat-alat pertanian modern
Compressed Air
Mesin penghancur biji
Bajak Piring
Sprayer
dan pengupas
kulit kakao
Seeder
Trealer
Traktor
Mesin pengupas
Mesin Penumbuk
Ubi
Mesin Petik Teh
Mesin pengupas buah kopi
C.
Pembahasan
Mempergunakan alat – alat pertanian
pada umumnya dan khususnya mempunyai berbagai tujuan , misalnya : untuk
mempercepat pekerjaan, untuk mengurangi biaya pengolahan, serta untuk mencapai
nilai kerja yang lebih tinggi atau lebih cepat.
Alat dan mesin pertanian dalam
perkembangannya dapat dikelompokan dalam beberapa kelompok, diantaranya :
v Alat dan mesin
pengolahan tanah
v Alat dan mesin
penanaman
v Alat dan mesin
pemeliharaan tanaman
v Alat dan
mesin panen
v Alat dan mesin
pasca panen.
Namun menurut yang membutuhkan dan kebiasaan daerah
dibagi menjadi :
v Alat tangan
v Alat yang
ditarik dengan ternak
v Alat dengan
tarikan mesin
Dalam menggunakan dan menyesuaikan
mesin yang menpunyai efisiensi tinggi, maka kita perlu menyesuaikan fungsi yang
sesuai untuk digunakan di lapangan. Dalam menggunakan mesin-mesin pertanian,
pada umunya mesin-mesin tersebut mempunyai berbagai tujuan dan fungsi. Misalnya
Siphlenter digunakan untuk menanam jagung, dan trealer digunakan untuk mengangkut
hasil panen, dan lain sebagainya.Alat-alat dan mesin pertanian merupakan
bagian yang mutlak pada neghara-negara maju dikarenakan keterbatasan tenaga
manusia serta pengefisienan waktu serta tenaga. Penggunaan alat dan mesin
pertanian di negara-negara maju telah lama berkembang dan hasulya dapat dilihat
pada berbagai aspek kehidupan dinegara-negara tersebut. Pekerjaan-pekerjaan
berat dan melelahkan di bidang pertanian dapat dikurangi dan produktivitas
kerja meningkat sehingga surplus dapat tercapai.
Dengan adanya alat dan mesin,
pekerjaan-pekerjaan berat dan melelahkan di bidang pertanian dapat dikurangi
dan produktivitas kerja meningkat sehingga surplus dapat tercapai. Jumlah
penduduk yang semakin bertambah telah dan akan terus membutuhkan bahan makanan
yang semakin banyak, dan kenaikan produksi pertanian yang terjadi juga telah
didorong oleh kemajuan di bidang non-enginering seperti
penggunaan bibit unggul, pemupukan dan budidaya tanaman yang lebih baik.
Melakukan pengolahan tanah
tahap-tahapnya sesuai dengan rencana tanaman yang akan kita tanam. Didalam
melakukan pengolahan tanah kita memerlukan beberapa alat pertanian yang
menunjang proses kegiatan tersebut, misalnya bajak, cangkul, traktor dan
lain-lain. Selain itu juga memerlukan alat tanam, alat penyiangan, alat
penyemprotan dan alat panen yang menunjang kegiatan pertanian agar dapat
berjalan dengan baik. Dimana alat-alat tersebut termasuk kedalam alat prapanen
yang bertujuan untuk meningkatkan produksi maksimum bagi para petani. Sedangkan
alat pasca panen yang digunakan adalah alat pengeringan dan alat sortasi yang
bertujuan kualitas atau nilai tambah dari hasil panen atau hasil produksi.
Salah
satu ruang lingkup mekanisme pertanian yaitu pada bidang mesin-mesin budidaya
pertanian. Ilmu yang mempelajari penguasaan dan pemanfaatan lahan dan tenaga
alam untuk daya kerja manusia dalam bidang pertanian untuk kesejahteraan umat
manusia adalah ilmu mekanisme pertanian.
Alat Pertanian Tradisional : Arit dan Gebotan
Karawang (KarIn) – Di tengah banyaknya inovasi baru pada alat pertanian (modern),
Arit dan Gebotan tetap menjadi alat yang digunakan umumnya oleh para petani dan
buruh tani khususnya di Karawang. Ketika Cangkul identik dengan musim tanam,
maka Arit dan Gebotan adalah identik dengan musim panen. Maka tidak berlebihan
juga jika Arit khususnya, menjadi simbol atau ikon dari petani.
Arit yang merupakan senjata yang
bentuknya menyerupai bulan sabit dengan gagang kayu, digunakan disaat musim
panen khususnya. Alat yang digunakan untuk memotong tanaman padi dari dahan dan
akarnya. Maka kemudian, istilah ngarit (Bahasa Sunda) menjadi istilah untuk
menjelaskan kegiatan ini. Sedangkan Gebotan sendiri merupakan alat yang
bahannya terbuat dari kayu yang terkadang dicampur dibeberapa bagian dengan
bambu, merupakan alat untuk memisahkan padi atau gabah dari tangkai yang sudah
diarit tersebut. Aktivitas menggunakan alat Gebotan ini disebut ngagebot.
Arit umumnya banyak dijual di
pasar ataupun pedagang perkakas, sedangkan Gebotan umumnya dibuat sendiri oleh
petani dan buruh tani. Selain bentuk dan bahannya mudah didapat, bentuk dari
Gebotan sendiri tentunya disesuaikan dengan si penggunanya. Maka dari itu,
ukuran dan bentuknya pun terkadang berbeda-beda.
Yang pasti, kedua alat ini
tentunya akan tetap ada dan lestari di Karawang selama masih membentang dengan
luas areal pesawahan di Kabupaten Lumbung Beras ini. Apalagi para petani dan
buruh tani di Karawang umumnya masih memakai cara tanam tradisional, dengan
tentunya banyak menggunakan alat-alat tradisional kecuali alat untuk
membajak sawah dimana kerbau sudah digantikan dengan traktor. (Deni
Andriana)
Alat Transportasi
Modern dan Tradisional
Delman dan
Pedati adalah alat transportasi darat (tradisional)yang ada di Jawa Barat.Dua
alat transportasi inilah yang duludigunakan oleh Warga Jawa Barat sebelum
kiniterisisihkan olehkendaraan modern seperti mobil dan sepeda motor.Nah,
lantas sepertiapa dan seperti apa sihsebenarnya duakendaraan tradisional ini
dan juga asal usulnya, berikut adalahhasilpenelusuran KarIn di Museum Sri
Baduga Jawa Barat yangberada di Jl. BKR. No.195Bandung ini.DelmanKereta
pengangkut yang ditarik kuda atau disebut juga Kretek.Awalnya hanyadigunakan
oleh kalangan bangsawan. Kini masihmenjadi alat transportasi masyarakatdi
kawasan Priangan. Asalmuasal: Ciparay, Kab. Bandung.PedatiAlat transportasi
darat ini menggunakan sapi atau kerbau sebagaitenaga penariknya.Pada umumnya
digunakan untuk mengakutbeban berat, seperti bahan bangunan, hasil bumi dan
sebagainya.Kereta barang inidijalankan pada malam hari, agar tidakmenggangu
kelancaran lalu lintas. Asal muasal: KabupatenIndramayu.Di Karawang sendiri
kedua alat transportasi ini masihbisadijumpai, walaupun sudah sangat langka.
Bahkan, fungsinyacenderung sudahberubah. Delman misalnya, atau yang lebihpopuler
dengan nama Sado, di Karawangcenderung menjadisarana (alat) rekreasi.
Orang-orang naik sado bukan untuk tujuanmencapai tempat tertentu (alat
transportasi), namun cenderunghanya sebagaisarana rekreasi (alat hiburan), baik
untuk jalan- jalan maupun coba-coba karenapenasaran. Seperti salah satunyayang
masih ditemui terutama di Kecamatan CilamayaKulon.Sedangkan Pedati, umumnya
beralih fungsi untuk menarikataupunmengangkut barang-barang termasuk barang
dagangan.Seperti yang bisa dikita temuidi pelosok-pelosok kampung,dimana pedati
digunakan untuk membawa barangseperti bambu,kayu untuk dijual berkeliling dari
kampung ke kampung
Alat transportasi yang diciptakan melalui kreativitas
manusia dari hari ke hari semakin unik dan luar biasa. Beberapa alat
transportasi di bawah ini barangkali memang masih dalam tahap rencana, namun
juga sangat mungkin bila akan direalisasikan. Berikut ini adalah daftar alat
transportasi modern dengan bentuk unik dan kreatif yang kami rangkum dalam
artikel 5 Alat Transportasi Modern Yang Unik dan Kreatif.1). Monorail Manusia
Alat transportasi yang satu ini adalah monorel manusia yang dapat membawa penumpangnya sampai ke tempat tujuan dengan cepat. Sekarang ini monorail manusia ini cuma di ada taman hiburan di New Zealand, monorel yang digerakkan dengan pedal ini tersusun dari rel panjang dan pod individu yang bergantung ke bawah. Kecepatannya dapat dipacu hingga 50 km/jam.
2). Sepeda Dengan Robot Pengayuh
Ingin nikmati angin pada pagi hari namun terlalu malas mengayuh sepeda Anda sendiri? Alat transportasi unik ini adalah jawabannya. Dengan sepeda modern ini Anda tak perlu mengayuh sepeda Anda sendiri dikarenakan sepeda ini sudah dikayuh berkat pertolongan sebuah robot. Robot yang bertugas mengayuh sepeda ini berada di belakang Anda ketika bersepeda, Anda cuma butuh naik kemudian biarlah si robot yang melakukan pekerjaannya. Berat sepeda serta robot ini kurang lebih 200 kilogram, kelihatannya mesti dibikin lebih ringan lagi bila ingin laris dipasaran.
3). Kendaraan Untuk Menikmati Pemandangan
Alat transportasi ini merupakan mobil yang dirancang agar penumpangnya dapat menikmati panorama disekitar. Bagi yang ingin mempunyai mobil namun tidak mau menyetir sendiri, barangkali mobil ini merupakan jawaban yang tepat. Jika naik mobil ini, pengendaranya cukup duduk lalu mobil akan jalan menuju tujuan yang ditentukan sebelumnya. Dengan kapasitas 7 orang serta bodi yang transparan, penumpang dapat menikmati panorama sekitar dengan leluasa. Diperkirakan mobil ini dapat diproduksi secara massal pada 2040. Hm masih lama juga..
1. alat komunikasi Telephone
telephone adalah salah satu jenis alat komunikasi jarak jauh, dengan menggunakan teknologi kabel, nah dari tahun ke tahun telekomunikasi telephone ini terus berkembang sehingga sekarang telepone menggunakan sistem frequensi udara yang disebut dengan handphone itulah beberapa contoh alat komunikasi modern
2. alat komunikasi FAX
pax adalah cara pengiriman surat melalui nomor telephone dengan cara di printer, dalam waktu hitungan menit surat anda akan diterima oleh rekan anda, biasanya fax digunakan oleh kantor dan perusahaan
gambar alat komunikasi modern
3. Internet alat komunikasi masa kini
Di jaman sekarang teknologi yang semakin berkembang internet menjadi suatu kebutuhan pokok, dimana pesan bisa secara langsung diterima, apalagi sekarang berkembangnnya jejaring social, sehingga memudahkan orang berinteraksi satu dengan yang lainnya
gambar alat komunikasi modern
Alat Pertanian Modern
23 Desember 2011, 22:48:31 WIB oleh Ferry AgungDinas Pertanian, Peternakan dan Ketahanan Pangan melakukan demontrasi terhadap empat mesin pertanian seperti mensin pengolah pupuk kompos, handtractor, mesin pengolah tanah dan mensin pembuat benih.
Demontrasi alat pertanian yang dilaksanakan di Dusun Gonis Rabu Desa Gonis Tekam, Selasa (23/3), dilakukan langsung oleh Aisten I bidang pemerintahan, ekonomi dan sosial setda Kabupaten Sekadau Acara bertajuk menjadikan petani
Acara bertajuk menjadikan petani modern itu diikuti oleh sejumlah kelompok tani, selain sejumlah kepada dinas, badan, kantor, seluruh camat, kades, PPL dan mentri tani yang tersebar di seluruh Kabupaten Sekadau.
Alat pertanian tersebut didatangkan dari negara Jepang. Hal yang luar biasa adalah, Kabupaten Sekadau adalah salah satu pengguna pertama alat canggih tersebut untuk Kalbar. Salah satu keunggulan alat pertanian tersebut adalah penanamannya langsung menggunakan tenaga mensin, artinya tidak lagi menggunakan tenaga manual.
Kelebihan alat tanam padi tersebut mempunyai kecepatan 0,34-0,77 m/detik. Dengan alat tersebut sangat membantu petani lebih menghemat tenaga dan biaya.
Dalam sambutannya, Jhon mengatakan berbagai cara terus dilakukan oleh pemerintah daerah Kabupaten Sekadau kepada petan, yang tujuannya adalah semata-mata untuk mensejahterahkan masyarakat petani dalam. “Misalkan saja memberikan pendidikan atau pelatihan kepada masyarakat petani melalui PPL, memberikan berbagai bantuan yang diperlukan oleh petani. Hari ini (kemarin, red) bupati baru saja memberikan bantuan alat petani modern,” ujarnya.
Salah satu tujuan yang selama ini menjadi tujuan bupati simon Pettrus ujar Jhon, adalah mengubah masyarakat petani dari cara tradisional ke modern. Dengan kehadirian alat petani yang modern ini tentunya akan meringankan pekerjaan petani serta dapat memberikan penghasilan yang maksimal melimpah.
Selain itu, Yohanes Jhon juga menyampaikan kepada masyarakat petani, apa yang telah diberikan oleh pemerintah daerah berupa bantuan alat pertanian maupun bantuan lainnya haruslah dimanfaatkan dan digunakan dengan sebaik-baiknya, sehingga bantuan tersebut dapat memberikan manfaat bagi masyarakat petani.
“Masyarakat petani patut mensyukuri berbagai bantuan yang telah diberikan oleh pemerintah daerah, karena tujuan kita yaitu adalah mensejahterakan petani. Manfaatkanlah alat yang ada, jangan alat tersebut rusak di gudang, kalau rusak dipakai itu tidak menjadi masalah,” saran Yohanes Jhon dengan ramah.
Sementara itu, Kepala Dinas Pertanian Adrianto Gundokusumo dalam pernyataanya juga mengatakan, meninginkan petani yang ada di tiap-tiap desa bisa menjadi petani yang sukses. Karena pemerintah daerah sekadau di bawah pimpinan bupati Simon sangat konsen dengan masalah pertanian. Hal itu dapat dibuktikan dengan pemberian berbagai bantuan yang selama ini telah disalurkan pemerintah kepada kelompok petani. “Misalnya mesin tanam padi dan banyaun lainnya,” ujar Adrianus.
Bajak (Plow)
Bajak
merupakan alat pertanian yang paling tua, telah dipergunakan sejak 6000 th SM
di Egypt. Pada awal mulanya bajak sepenuhnya ditarik oleh tenaga manusia,
dengan bntuk yang sangat sederhana. Kemudian Thomas Jefferson merancang secara
istimewa dengan prinsip perhitungan matematika. Untuk pertama kalinya alat
pengolahan tanah ini dibuat dari kayu kemudian dari besi tuang sebagai bahan
utamanya, selanjutnya dibuat dari baja.
Bajak
modern
|
Penggunaan sistem dua mata bajak (bottom) dimulau sejak tahun 1865, kemudian diikuti dengan pemakaian tiga mata bajak dan seterusnya, tergantung pada besarnya daya penarik yang digunakan. Banyak dijumpai berbagai bentuk rancangan bajak, hal ini pada umumnya dimaksudkan untuk dapat memperoleh penyesuaian antara tujuan pengolahan tanah dan peralatan yang dipergunakan. Berdasarkan bentuk dan kegunaannya, secara garis besar bajak dibedakan atas beberapa jenis, yaitu:
1. Bajak singkal (mold board plow)
Bajak
singkal termasuk jenis bajak yang paling tua. Di Indonesia jenis bajak singkal
inilah yang paling umum digunakan oleh petani untuk melakukan pengolahan tanah
mereka, dengan menggunakan tenaga ternak hela sapi atau kerbau, sebagai sumber
daya penariknya. Sering dijumpai beberapa bentuk rancangan bajak singkal, hal
ini dimaksudkan untuk dapat memperoleh penyesuaian antara kondisi tanah dengan
tujuan pembajakan. Aneka ragam rancangan yang dijumpai selain pada bentuk mata
bajak, juga di bagian perlengkapannya. Mata bajak adalah bagian dari bajak yang
berfungsi aktif untuk mengolah tanah.
Mold
board plow (Sumber: www.funkworkz.com)
|
2. Bajak piringan (disk plow)
Adanya
kelemahan-kelemahan bajak singkal maka orang menciptakan bajak piringan. Bajak
piringan cocok untuk bekerja pada : tanah yang lengket, tidak mengikis dan
kering dimana bajak singkal tidak dapat masuk; tanah berbatu, atau banyak
sisa-sisa akar; tanah gambut; serta untuk pembajakan tanah yang berat. Namun
penggunaan bajak piringan ini untuk pengolahan tanah ada juga kelemahannya
antara lain: tidak dapat menutup seresah dengan baik; bekas pembajakan tidak
dapat betul-betul rata; hasil pengolahan tanahnya masih berbongkah-bongkah,
tetapi untuk lahan yang erosinya besar hal ini justru dianggap menguntungkan.
Disk
plow (Sumber: www.tinyfarmblog.com)
|
3. Bajak rotari atau bajak putar
(rotary plow)
Pengolahan
tanah dengan menggunakan bajak, akan diperoleh bongkahbongkah yang masih cukup
besar, biasanya masih diperlukan tambahan pengerjaan untuk mendapatkan keadaan
tanah yang lebih halus lagi. Dengan menggunakan bajak putar maka pengerjaan
tanah dapat dilakukan sekali tempuh. Bajak putar/bajak rotary dapat digunakan
untuk pengolahan tanah kering ataupun tanah sawah. Kadang-kadang bajak putar
ini digunakan untuk mengerjakan tanah kedua dan juga dapat digunakan untuk
melakukan penyiangan ataupun pendangiran. Penggunaan bajak putar untuk
pengolahan tanah dapat diharapkan hasilnya baik, bila tanah dalam keadaan cukup
kering atau basah sama sekali. Untuk mengatasi lengketnya tanah pada pisau
dapat dilakukan dengan mengurangi jumlah pisau dan mempercepat putaran dari
rotor dan memperlambat gerakan maju. Makin cepat perputaran rotor akan lebih
banyak daya yang digunakan tetapi diperoleh hasil penggemburan yang lebih
halus. Dalam penggunaan, dipilih kebutuhan daya yang terkecil tetapi memenuhi
persyaratan ukuran partikel tanah yang dituntut oleh tanaman.
Rotary
plow (Sumber: ibuonline.com)
|
4. Bajak pahat (chisel plow)
Dalam
pengerjaan tanah, bajak pahat dipergunakan untuk merobek dan menembus tanah
dengan menggunakan alat yang menyerupai pahat atau ujung skop sempit yang
disebut mata pahat atau chisel point. Mata pahat ini terletak pada ujung dari
tangkai atau batang yang biasa disebut bar.
Chisel
plow (Sumber: www.buctraco.com)
|
5. Bajak tanah bawah (sub soil
plow)
Bajak
tanah bawah termasuk di dalam jenis bajak pahat tetapi dengan konstruksi yang lebih
berat. Fungsi bajak ini tidak banyak berbeda dengan bajak pahat, namun
dipergunakan untuk pengerjaan tanah dengan kedalaman yang lebih dalam, yaitu
mencapai kedalaman sekitar (50 – 90) cm. Untuk jenis standart tunggal biasanya
dipergunakan untuk mengerjakan tanah dengan kedalaman sampai 90 cm, sedang
penarikannya menggunakan traktor dengan daya (60 – 85) HP. Kemudian untuk bajak
tanah bawah jenis standart dua atau lebih, biasanya dipergunakan untuk
pekerjaan yang lebih dangkal.
Garu (harrow)
Tanah
setelah dibajak pada pengolahan tanah pertama, pada umumnya masih merupakan
bongkah-bongkah tanah yang cukup besar, maka untuk lebih menghancurkan dan
meratakan permukaan tanah yang terolah dilakukan pengolahan tanah kedua. Alat
dan mesin pertanian yang digunakan untuk melakukan pengolahan tanah kedua
adalah alat pengolahan tanah jenis garu (harrow). Penggunaan garu sebagai
pengolah tanah kedua, selain bertujuan untuk lebih meghancurkan dan meratakan
permukaan tanah hingga lebih baik untuk pertumbuhan benih maupun tanaman, juga
bertujuan untuk mengawetkan lengas tanah dan meningkatkan kandungan unsur hara
pada tanah dengan jalan lebih menghancurkan sisa-sisa tanaman dan mencampurnya
dengan tanah. Macam-macam garu yang digunakan untuk pengolahan tanah kedua
adalah : garu piringan (disk harrow); garu bergigi paku (spikes tooth harrow);
garu bergigi per (springs tooth harrow); dan garu-garu untuk pekerjaan khusus
(special harrow).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar