Sabtu, 03 September 2016

ANTROPOLOGI

 

Macam - Macam Alat Komunikasi
A. Alat Komunikasi Tradisional
1.Lonceng 

Lonceng adalah suatu peralatan sederhana yang digunakanuntuk menciptakan bunyi. Bentuknya biasanya adalahsebuah tabung dengan salah satu sisi yang terbuka dan bergema saat dipukul. Alat untuk memukul dapat berupa pemukul panjang yang digantung di dalam lonceng tersebutatau pemukul yang terpisah. Menurut KBBI, loncengmemiliki dua pengertian, pertama lonceng adalah semacam bel yang dibunyikan untuk menentukan waktu ataumemberitahukan sesuatu, sedangkan pengertian yang kedua,lonceng adalah jam besar atau arloji. Lonceng-lonceng besar pada umumnya terbuat darilogam namun lonceng-lonceng kecil dapat pula terbuat dari keramik atau porselen.Dahulu lonceng digunakan untuk mengabarkan suatu berita kepada masyrakat dansebagai penanda waktu. Lonceng juga digunakan oleh umat Kristiani untuk memberitanda waktu beribadah, biasanya dibunyikan tiga kali, pada pukul 06.00. 12.00, dan18.00. Lonceng digunakan pertama kali dalam gereja Katolik sekitar tahun 400 masehi,dan dianggap diperkenalkan oleh Paulinus, Uskup Nola, sebuah kota di Campania, Italia.Penggunaannya menyebar luas dengan cepat dan tidak hanya digunakan untuk mengumpulkan umat dalam acara keagamaan, tetapi juga sebagai peringatan ketika ada bahaya.
2. Bedug 
Bedug adalah alat musik tabuh seperti gendang. Bedugmerupakan instrumen musik tradisional yang telah digunakansejak ribuan tahun lalu, yang memiliki fungsi sebagai alatkomunikasi tradisional, baik dalam kegiatan ritualkeagamaan maupun politik. Di Indonesia, sebuah bedug biasadibunyikan untuk pemberitahuan mengenai waktu salat atausembahyang. Bedug terbuat dari sepotong batang kayu besar 
Sistem Teknologi Tradisional Orang Tolaki

Jenis alat-alat

1. Alat-alat produktif

Alat-alat produktif tradisional orang Tolaki meliputi :
a. Alat bertani ladang :
- o pade (parang)
- o pali (kampak)
- rambaha (batu asahan)
- potasu (tugal)
- saira (sabit)
-  o sowi (tuai)
-  pehae (pengikat padi) 
-  o nohu (lesung)
-  o alu (alu)
-  o duku (tampi beras)

b. Alat menokok sagu :
-  o suli dan tarasulu (untuk memecah bulir sagu)
-  landaka (keranjang besar untuk memeras air sagu)
-  o ani (tempat pengendapan sagu)

c. Alat berburu dan menangkap hewan liar :
-  karada (tombak)
-  o sungga (bambu runcing)
-  o taho, ohotai, ohopi (untuk menangkap ayam hutan atau burung)
-  tu'oi (ranjau)
-  katilombu (lubang perangkap)
-  wotika (alat tusuk)
-  parado (tali penangkap kerbau liar)
-  o boso (pagar perangkap)

d. Alat beternak :
-  walaka (tiang tambatan kerbau)
-  o lo (tali)
-  selekeri dan kalelawu (cincin hidung kerbau)

e. Alat menangkap ikan. :
-  o kabi (kail)
-  o pimbi (bubu)
-  sa'ulawi (anyaman bambu) 
-  soramba (tombak berkait)
-  o pape (panah) lupai (tubah)



2. Senjata



Senjata tradisional orang Tolaki yang paling utama adalah ta'awu (parang panjang), kinia (perisai), karada (tombak), kasai (tombak berkait). Alat-alat senjata ini khusus dipakai oleh kaum pria. Senjata untuk kaum wanita adalah o piso (pisau). Keris juga dipakai untuk senjata, tetapi keris bukan hasil memandai orang Tolaki, mereka membelinya dari orang Bugis atau orang Jawa.



3. Wadah



Banyak macam wadah buatan orang Tolaki, seperti misalnya kombilo (tempat menyimpan barang-barang anyaman), o lepa (bakul menyimpan bahan-bahan makanan), pangisa (tempat menyimpan barang-barang perhiasan), o bungge (tempan menyimpan barang-barang pakaian wanita) burua (peti tempat menyimpan barang-barang pakaian pria) o baki (baki) o basu (basung) o kuro (periuk) kawali (kuali). Orang Tolaki juga memakai kuningan yang mereka beli dari orang Buton.



4. Alat-alat membuat dan menyalakan api



Orang Tolaki tradisional membuat api dengan menggunakan dua jenis alat yaitu o tinggu (alat membuat api dari batu dan waru) dan o eri (alat membuat api dari bambu). Mereka juga mengenal tiga alat untuk menyalakan api, yakni peahi (alat meniup api yang berasal dari pelepah sagu) tulali (alat meniup api yang berasal dari bambu) dan sosoa (alat meniup api yang berasal dari potongan kayu bulat yang dilubang dan alat ini khusus dipakai dalam menempah besi)



5. Alat-alat makan dan minum

Sebelumnya, orang Tolaki memakai alat-alat makan dan minum dari bahan porselin yang mereka beli di toko, mereka memakai alat makan dan minum yang disebut siwole (anyaman untuk nasi) o aha (tempat lauk-pauk) o dula (tempat makanan dari sagu) o boku (tempat kuah) o bila (tempat minum) o songgi (alat makanan sagu).
Alat-alat makan dan minum yang telah mereka miliki sebagai harta pusaka buatan Cina, Jepang, dan Eropa adalah o pingga (piring porselin) o tonde (gelas porselin) o benggi, lambaga, wuapangi, takara, koloi (masing-masing adalah jenis-jenis tempayan, tempat menyimpan minuman keras). Selain itu mereka juga memiliki barang-barang kuningan yang dibeli dari Buton, yaitu o randa (alas piring) palako (tempat hidangan sirih) usaka (lesung kecil tempat menumbuh sirih) kolunggu (tempat kapur sirih)



6. Alat-alat pakaian dan perhiasan

Orang Tolaki pernah memakai pakaian tradisional dari bahan fuya, yang mereka sebut kinawo yaitu bahan pakaian yang diproses dari kulit kayu yang dinamakan usangi dan wehuko. Tenunan tradisional orang Tolaki yang biasa disebut sawu ulu (sarung kepala, sarung utama, sarung pokok). Alat-alat kelengkapan tubuh lainnya adalah o songgo (songko) usu-usu (penutup kepala) o babu (baju) o tembi (cawat) saluaro (celana) pebo (ikat pinggang). Saat orang Tolaki keluar rumah untuk berkunjung ke rumah tetangga, ia membawa o kadu (kantung untuk bahan-bahan sirih dan pinang serta kapur sirih untuk orang tua), o be'u (tempat sirih dan pinang khusus untuk wanita dan orang tua), hudaka (tempat rokok khusus untuk orang muda) dan taitasi (tas).
Perhiasan banyak jenisnya, seperti kalunggalu (ikat kepala pada wanita), andi-andi (anting-anting), eno-eno (kalung), sambiala (kalung pada badan), bolosu (gelang pada lengan dan pada pergelangan tangan), kale-kale (gelang pada tangan), o langge (gelang pada kaki), kalepasi (gelang tangan dari akar bahar). Beberapa perhiasan rumah, yaitu o tenda (perhiasan pada langit-langit), tabere (perhiasan pada sepanjang dinding kamar dan ruangan tamu khususnya pada saat pesta). Juga beberapa anyaman seperti ambahi mbo'iso'a (tikar tidur), ambahi mbererehu'a (tikar tempat duduk), dan ambahimbombuai'a (tikar untuk menjemur), serta siwole uwa (anyaman khusus untuk meletakkan kalo, yang dipandang sebagai salah satu atribut kalo saat upacara).



7. Alat-alat perlindungan

Beberapa alat perlindungan orang Tolaki adalah pineworu (tempat berlindung sementara), laika wuta (pondok berlantai tanah ditengah ladang), o boru (tudung), payu (tempat berlindung yang dipindah-pindahkan), patande (dangau), o ala (lumbung), dan laika (rumah tempat tinggal). Dan khusus untuk rumah/istana raja disebut komali.



8. Alat-alat transport

Alat transport tradisional di darat adalah kapinda (alat alas kaki), o tigo (aat berjalan di lumpur), o soda (alat pikulan di bahu), kalabandi (alat pikulan di kepala), kalata (alat usungan orang sakit), lembara (alat usungan mayat), o sama (alat pikulan pada kerbau), o teke (alat pikulan pada kuda). Sedangkan alat transport di sungai dan di rawa adalah o nia (rakit), o bangga (perahu sampan), dan londoi (batangan yang mengapung).




Bahan dasar pembuatan dari tiap alat-peralatan

Pada dasarnya bahan-bahan yang dipakai alat-peralatan dari suatu suku bangsa pasti sesuai dengan bahan-bahan potensi alam dan lingkungan sekitarnya dimana ia hidup. Sesuai dengan potensi alam dan lingkungan sekitarnya, maka alat-peralatan orang Tolaki terbuat dari salah satu atau penggabungan dari bahan-bahan mentah, yaitu :
1. Tanah, khususnya tanah liat adalah bahan mentah untuk pembuatan periuk, kuali, dan cerek.
2. Batu adalah bahan mentah untuk alat menyalakan api dan untuk mengasah.
3. Aneka ragam tumbuhan, seperti kayu bulat untuk tugal, lesung, alu, pembela batang sagu, pagar perangkap, tiang tambatan kerbau, tempat menampung tepung sagu, peniup api dalam menempah besi, ramuan alat perlindungan, dan untuk rakit dan perahu sampan. Kulit kayu untuk fuya, tali. Akar untuk pengikat. Bambu untuk alat-alat berburu, menangkap ikan, menyalakan api, ramuan alat perlindungan, dan untuk mengambil air. Daun pandan dan lain-lain semacamnya unruk wadah dan tikar. Anggrek untuk tikar dan macam-macam anyaman. Rotan untuk keranjang dan sebagai bahan pengikat dari semua jenis alat peralatan yang memerlukan ikatan. Bahan-bahan mentah dari pohon enau, seperti waruya untuk menyalakan api, tangkainya untuk nyiru dan anyaman wadah untuk atribut kalo, airnya untuk gula merah, tuak dan arak dan sabutnya untuk tali dan sikat kaki.
4. Aneka ragam tanaman, seperti sagu yang kulitnya, tangkainya dan daunnya untuk ramuan rumah dan pelepahnya untuk wadah. Kelapa yang sabutnya untuk tali dan sikat kaki, tempurungnya untuk piring makan.
5. Kulit dan tanduk hewan, misalnya kulit kerbau dan kambing untuk penutup gedung, selain itu kulit kerbau juga dipakai untuk tali penangkap kerbau liar. Tanduk kerbau dipakai sebagai gantungan dan perhiasan ruangan, demikian halnya dengan tanduk rusa dan tandung anuang, keculai itu tanduk kerbau dipakai juga untuk hiasan bumbungan rumah, dan tanduk rusa juga dipakai untuk alat pengait tali penangkap kerbau liar.
6. Besi, emas dan kuningan adalah bahan-bahan mentah untuk alat-alat produktif, senjata dan perhiasan. Misalnya besi untuk parang, kampak, pisau, kelewang, penggali lubang, dan mata panah. Emas untuk anting-anting, kalung, gelang, cincin. Serta kuningan lainnya untuk gelang badan, gelang kaki.
Alat yang satu ini walau jadul namun masih tetap bertahan dan familiar bagi masyarakat Indonesia. Sebelum hadirnya alat komunikasi pemanggil massa/masyarakat yang modern hadir, kentongan menjadi bagian terpenting dimasyarakat. Kentongan selalu ada digardu dan poskamling warga.
Kentongan sangat multi fungsi, selain sebagai panggilan jika ada maling, bencana kebakaran, alat tradisional ini juga menjadi alat pemanggil berkumpul dalam mengajak masyarakat bergotong royong dan mengikuti pertemuan di dilokasi tertentu.
Mengenla kentongan ternyata memiliki sejarah panjang. Kentongan ternyata memiliki fungsi social dan religi. Sejarah budaya kentongan sebenarnya dimulai sebenarnya berasal dari legenda Cheng Ho dari Cina yang mengadakan perjalanan dengan misi keagamaan. Dalam perjalanan tersebut, Cheng Ho menemukan kentongan ini sebagai alat komunikasi ritual keagamaan. Penemuan kentongan tersebut dibawa ke China, Korea, dan Jepang. Kentongan sudah ditemukan sejak awal masehi.

Sedang di Indonesia tentunya memiliki sejarah penemuan yang berbeda dengan nilai sejarahnya yang tinggi. Di Nusa Tenggara Barat, kentongan ditemukan ketika Raja Anak Agung Gede Ngurah yang berkuasa sekitar abad XIX menggunakannya untuk mengumpulkan massa. Di Yogyakarta ketika masa kerajaan Majapahit, kentongan Kyai Gorobangsa sering digunakan sebagai pengumpul warga.
Manfaat Kentongan
Awalnya, kentongan digunakan sebagai alat pendamping ronda untuk memberitahukan adanya pencuri atau bencana alam.Dalam masyarakat pedalaman, kentongan seringkali digunakan ketika suro-suro kecil atau sebagai pemanggil masyarakat untuk ke masjid bila jam salat telah tiba Namun, kentongan yang dikenal sebagai teknologi tradisional ini telah mengalami transformasi fungsi Dalam masyarakat modern, kentongan dijadikan sebagai salah satu alat yang efektif untuk mencegah demam berdarah. Dengan kentongan, monitoring terhadap pemberantasan sarang nyamuk pun dilakukan Dalam masyarakat tani, seringkali menggunakan kentongan sebagai alat untuk mengusir yang merusak tanaman dan padi warga.[
Kelebihan Kentongan
Kentongan dengan bahan pembuatan dan ukurannya yang khas dapat dijadikan barang koleksi peninggalan masa lalu yang dapat dipelihara untuk meningkatkan pemasukan negara. Kentongan dengan bunyi yang khas dan permainan yang khas menjadi sumber penanada tertentu bagi masyarakat sekitar. Selain itu, kentongan merupakan peninggalan asli bangsa Indonesia dan memiliki nilai sejarah yang tinggi. Perawatannya juga sederhana, tanpa memerlukan tindakan-tindakan khusus
Kelemahan Kentongan
Kentongan masih banyak kita temui dalam masyarakat modern, namun fungsi kentongan sebagai alat komunikasi tradisional memiliki sejumlah kekurangan yang menyebabkan tergesernya kentongan tersebut dengan teknologi modern. Kegunaan kentongan yang sederhana dan jangkauan suara yang sempit menyebabkan kentongan tidak menjadi alat komunikasi utama dalam dunia modern ini.
Walaupun moderenisasi sudah menggeser pemakain kentongan dengan alat-alat canggih lainnya, namun kentongan belum mampu tergantikan di dusun-dusun yang masih menjadikan alat ini sebagai sarana pemanggil dan pemersatu masyarakat yang efektif.

Pakai Alat Tangkap Tradisional Agar Sungai Tak Rusak


Salah seorang nelayan perempuan mengayuh sampan kolek melawan derasnya arus Sungai Siak Kecil. Tampak rimbunan rasau menjadi tempat berteduh bagi nelayan dan terlihat asri di sepanjang alur sungai yang hulunya hingga ke Tasik Serai tersebut. (Foto: GEMA SETARA/RIAU POS)

Sungai Siak Kecil jadi sumber kehidupan bagi banyak orang terutama nelayan. Berbagai tantangan dan rintangan mempertahankan keasrian sungai sudah dirasakan dengan berkembangnya perkebunan dan rusaknya hutan di kiri kanan sungai dan anak-anak sungai.

Laporan ERWAN SANI, Siak Kecil

HITAMNYA air Sungai Siak Kecil yang di dalamnya berdiam berbagai jenis ikan air tawar menjadi harapan besar ratusan nelayan dari  Dusun Sungai Nibung Desa Teluk Kelambu dan dusun-dusun yang ada di sepanjang aliran sungai.  Dengan berbekalkan alat tangkap tradisional berupa lukah, tajur dan joran pancing siap tinggal berbulan-bulan di anak-anak sungai, tasik, suak dan ceruk  di sepanjang Sungai Siak Kecil agar dapur di rumah tetap berasap.

Berbekal tradisi mencari ikan alami yang diterapkan secara turun-temurun hingga sekarang membuat alur sungai tetap asri, sehingga ikan yang diinginkan masih tetap ada walaupun jauh menurun jika dibandingkan era 1980 dan 1990-an. ‘’Lukah, tajur dan kail sumber kehidupan kami,’’ ucap Jamal (67) sambil tangannya terus meraut buluh yang sudah dibelah-belahnya untuk dijadikan lukah dengan menggunakan pisau lojes.

Selain alat-alat tradisional tersebut, sampan kolek menjadi alat transportasi untuk meretas anak sungai, ceruk dan suak yang diyakini menjadi tempat berteduh dan berkembang. ‘’Sampan kolek dan dua dayung ini menjadi alat memperpanjang langkah kami. Ke mana mau dituju, kolek ini jadi sahabat kami di tengah ataupun tepi alur sungai,’’ ucapnya.

Mencari ikan zaman 1990-an tak sama seperti sekarang, kata M Kahar, dulu tak jauh dari perkampungan sudah bisa mendapatkan berbagai jenis ikan. Mulai dari ikan selais, baung, patin dan tapah. Namun sekarang untuk mendapatkan ikan harus membuat pondok dan tinggal berminggu-minggu bahkan berbulan-bulan. ‘’Bahkan tak jarang kami memberi gelar pengulu kepada nelayan-nelayan yang lama tinggal di  hulu sungai dan tasik di Sungai Siak Kecil ini. Termasuk Pak Jamal, sempat mendapat gelar itu,’’ ucap Kahar sambil duduk memangku lutut di kursi panjang terbuat dari kayu di pondok tempat dia berteduh dari panas dan hujan dan tempat tidur di waktu malam selama mencari ikan.

Meskipun sulit untuk mendapatkan ikan dan harus empat atau lima jam perjalanan menggunakan pompong baru sampai lokasi ikan, tak membuat para nelayan putus asa dan menggunakan berbagai cara untuk mendapatkan ikan banyak atau kesenangan sesaat. ‘’Kami tak pernah menggunakan tube atau putas. Jadi kami menggunakan lukah dan tajur dan kaillah untuk mendapatkan ikan,’’ jelas Kahar lagi.

Cobalah tengok sepanjang Sungai Siak Kecil ini, kata Kahar. Mulai dari Paket J, Dusun Naning, Dusun Sungai Saraf, Muara Dua, Bandar Jaya, Sungai Bakong, Teluk Cina, Sungai Antan, Sungai Pagar hingga Pesingin, yang terlihat hanyalah tajur dan lukah di pepak batang rasau. ‘’Tradisi menjaga sungai ini kami lakukan betul, jadi kalau ada nelayan menggunakan tube atau putas dikenakan sanksi dari nelayan-nelayan,’’ kata Kahar.

Bukan itu saja, kata Agus yang menjadi kapten pompong mengingatkan, ketahuan ada orang merusak tajur atau lukah juga dikenakan denda. ‘’Jangan sampai kono lukah orang pak kito belabuh kat tepi sungai ko. Kono dondo kito,’’ cegah Agus menggunakan bahasa tempatan ketika Riau Pos sempat menepi dan mau mengikat tali pompong di salah satu pohon kayu di bibir Sungai Siak Kecil.   

Meskipun kemajuan teknolongi untuk menangkap ikan terus berkembang tak membuat nelayan-nelayan yang ada di sepanjang Sungai Siak Kecil langsung berubah drastis. Bahkan untuk melihat nelayan menggunakan jaring apung atau jaring dasar di sepanjang sungai tak ada.

‘’Nelayan di sini tak menggunakan jaring. Alasannya banyak kayu, kalau jaring apung tentu tak dapat ikan-ikan dasar sungai. Makanya kami memilih lukah dan pancing,’’ kata Kahar yang sudah tiga tahun terakhir jadi nelayan, setelah usaha kedai nasinya di Desa Mekar Jaya atau Paket J tak menjanjikan.

Kemudian para nelayan juga benar-benar tak merusak pepohonan rasau atau batang kayu yang ada di bibir sungai. ‘’Suak-suak di celah rasau itulah tempat lompong dan baung bermain. Tengok tu ibu-ibu mancing di celah rasau,’’ ucap Agus sambil memalingkan wajahnya kea rah ibu-ibu yang tengah serius melihat joran pancingnya di celah-celah rasau.

Antara Kelestarian Alam dan Keperluan Hidup
Keperluan akan hidup dan majunya teknologi pertanian dan perkebunan, sehingga banyak menyulap hutan-hutan lebat di Riau berubah menjadi perkebunan produktif yang notabene memberikan penghidupan yang menjanjikan. Salah satu perkebunan produktif dan bernilai ekonomi tinggi yaitu perkebunan sawit.

Tak sedikit masyarakat Riau saat sekarang tergiur dengan perkebunan sawit dan dinyatakan berhasil dan mampu menghidupi keluarga menjadi keluarga yang mapan. Hal ini jugalah mengubah pemikiran dari masyarakat tempatan dan juga masyarakat dari berbagai daerah berlomba untuk membuat perkebunan sawit. Perkembangan perkebunan sawit ini juga mempengaruhi cara pikir masyarakat nelayan yang dulunya menggantungkan sepenuhnya dari hasil tangkapan ikan.

Pengaruh itu akhirnya menjalar dan memberikan peluang kepada masyarakat luas untuk membuka lahan baru untuk perkebunan. ‘’Jujur, sepanjang sungai ini hutan tak lebat lagi. Bahkan sepanjang sungai ini lahannya sudah ada pemilik,’’ ucap Agus sambil terus memegang tangkai kemudi pompong yang terbuat dari kayu.

Minimal seorang pemilik lahan memiliki 4-10 hektare. ‘’Saya juga pernah punya lahan sepuluh hektare. Tapi akhirnya kami jual karena desakan ekonomi,’’ jelasnya.

Murahnya dan masih tersedianya lahan di sepanjang kiri kanan Sungai Siak Kecil memberikan dampak atau motivasi bagi warga untuk terus membuat kebun. Ini terbukti di beberapa pohon kayu di bibir sungai dengan nama pemilik lahan. Walaupun lahan tersebut masih ditumbuhi kayu hutan kisaran diameter 10-20 Cm.

Diakui Hasan, warga Teluk Kelambu kepada Riau Pos, sejak dua tahun belakangan ini pendapatan nelayan jauh menurun. ‘’Tangkapan nelayan jauh betol turun. Ini terjadi dua tahun belakangan ini, sejak orang banyak membuka lahan perkebunan. Mungkin dah banyak suak, anak sungai dan rawe dah tertutup agaknyo,’’ jelasnya.

Masyarakat yang membuka lahan tersebut tak sepenuhnya para nelayan yang menyempatkan diri untuk menyambil membuka lahan. Akan tetapi masyarakat dari berbagai desa dan dusun di sepanjang Sungai Siak Kecil sudah memeta-meta lahan yang ada. ‘’Jadi seberapa mampu mereka buka lahan untuk perkebunan,’’ jelasnya.

Seperti dilakukan Kahar, selain mencari ikan dirinya juga telah membuka lahan untuk perkebunan karet dan sawit. ‘’Baru-baru ini membuat kebun sawit dan karet. Itupun kalau jadi, karena banyak hama babi dan tikus yang memakan bibit sawit dan karet yang kita tanam,’’ jelasnya.

Upaya untuk membuka lahan perkebunan ini termotivasi karena banyak masyarakat yang berhasil dari berkebun. ‘’Tak mungkin kita diam sajo. Orang bukan lahan untuk kebun. Tapi kito sikit ajo lahannyo,’’ jelas Kahar yang mengaku memiliki lahan tak jauh dari Sungai Antan.

Diakuinya pemilik lahan pada umumnya bukan saja masyarakat desa-desa yang ada di Siak Kecil, akan tetapi berbagai daerah. Bahkan ada dari Sumatera Utara (Sumut) dan daerah kabupaten/kota lainnya di Riau.

Diskanlut Ajak Warga Jaga Sungai
Kepala Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Riau, Prof DR Irwan Effendi MSc mengajak masyarakat untuk tetap menjaga keasrian lingkungan yang ada di sepanjang Sungai Siak Kecil. Menurut dia, paling tidak kisaran 50-100 meter bibir Sungai Siak Kecil jangan ditebang pohonnya.

Dari sekian banyak sungai besar di Riau, pada umumnya hutan-hutan di bibir sungai sudah habis. Sehingga habitat tempat ikan-ikan melakukan pemijahan tak adalagi. ‘’Ini realita di lapangan, ketika hutan habis dan anak-anak sungai banyak yang tetutup ikan di sungai itupun punah dan mencari satu ekor pun susah,’’ jelas Irwan Effendi.

Rusaknya habitat sungai sejalan dengan rusaknya hutan-hutan yang dibuka menjadi lahan perkebunan. Tapi Diskanlut tak bisa berbuat apa-apa karena ranah perkebunan dan pertanian bukan lingkupnya. ‘’Kita hanya kosentrasi menjaga aliran sungai dan habitat di dalamnya. Tapi tak bisa mencegah orang untuk membuat perkebunan atau lainnya,’’ kata Irwan Effendi yang sedang berusaha merubah pola pikir nelayan dari mencari ikan di laut, sungai dan danau berpindah memelihara ikan.

Puluhan ribu nelayan di Riau saat sekarang sangat kesulitan untuk memenuhi keperluan hidupnya dari penghasilan mencari ikan. ‘’Jadi semuanya harus sejalan. Agar nelayan tetap bisa mencari ikan mari semua pihak jaga garis sepadan sungai agar hutannya tak dirusak,’’ harapnya.***
Alat Tangkap Tradisional “Bubu” di Bintan

Kampung Nelayan Senggiling
Pemandangan pantai pasir panjang di kampung Senggiling, Bintan membuatku terpukau akan keindahannya. Memasuki bulan April, hampir seluruh nelayan di pulau ini pergi melaut untuk mencari ikan. Laut yang tenang memudahkan para nelayan untuk berlayar dengan menggunakan rumah atau biasa yang disebut dengan ‘Kelong(baca tulisan mengenai ‘Kelong’).
Ini salah satu pengalaman pertamaku untuk melihat langsung cara kerja para nelayan saat mereka akan melaut. Mereka mempersiapkan bekal makanan serta alat tangkap secara berkelompok agar lebih banyak dalam menangkap hasil tangkapannya. Banyak alat tangkap yang kita kenal seperti jaring, pancing, ataupun alat tangkap ikan yang dilarang oleh pemerintah karena dapat merusak biota laut seperti pukat harimau, bom peledak, serta racun ikan.
Karena dari lautlah mereka mencari nafkah…”
Syukurnya nelayan yang tinggal di kampung Senggiling ini sadar akan pentingnya pelestarian lingkungan perairan laut karena disinilah mereka mencari nafkah sehingga mereka harus dapat menjaga keberlangsungannya. Sayangnya, masih terdapat beberapa pihak yang tidak memperdulikan usaha menjaga pelestarian biota laut ini. Umumnya masyarakat yang hanya mencari keuntungan (pendatang dari luar daerah) maupun nelayan dari negara tetangga yang menggunakan alat tangkap yang dilarang oleh pemerintah. Sampai sekarangpun masih dapat kita temui disekitar perairan Bintan.
Alat tangkap ‘Bubu’, cukup asing terdengar ditelingaku. Awalnya Aku tidak begitu tertarik untuk melihat alat tangkap ini, namun saat Aku berkunjung ke kampung nelayan ini, Aku mencari tahu lebih dalam mengenai ‘Bubu’ ini.
Alhasil Aku melihat proses pembuatan ‘Bubu’ beserta hasilnya. Cukup unik bentuknya, yaitu besar seperti keranjang yang terdiri dari rajutan kawat, kerangkanya dibentuk dari besi dan bambu dengan besarnya hampir 1 meter lebih. Hal ini bertujuan agar dapat banyak ikan yang masuk kedalam ‘Bubu’ tersebut. Proses pembuatannya cukup memakan waktu yang lama, yaitu sekitar satu minggu untuk satu ‘Bubu’. Diperkirakan satu ‘Bubu’ seharga 150 ribu rupiah. Untuk pembuat alat tangkap tradisional ini, tidak semua nelayan dapat membuatnya. Oleh karena itu, disini terdapat pula jasa pembuatan ‘Bubu’. Tentunya dengan harga yang lebih tinggi jika ingin memilikinya.

Alat tangkap Bubu
Umumnya nelayan di Bintan memiliki beberapa ‘Bubu’, idealnya setiap nelayan memiliki 10-15 ‘Bubu’. Hasilnya ? Jangan ditanya, keuntungan hasil dari alat tangkap ini cukup luar biasa. Jika nelayan dapat menangkap ikan dalam jumlah yang banyak, mereka dapat menjual tangkapan ikan hingga mencapai 40kg atau dapat bernilai hingga jutaan rupiah. Luar biasa bukan ? Alat tangkap tradisional ini masih menjadi andalan para nelayan dalam mencari ikan merah, ikan kuning, kerapu dan ikan jebung termasuk kepiting totol ataupun kerang (keong) dan lobster.
Kemudian bagaimana cara menggunakan ‘Bubu’ ini ? dan apakah ‘Bubu’ dapat dipakai secara terus menerus ? Cara penggunaannya cukup sederhana. Pertama, nelayan harus mencari tempat yang tepat untuk dapat menaruh alat tangkap ini. Tempat tepat yang dimaksud yaitu mereka harus mencari tempat batu karang yang umumnya sebagai tempat dimana ikan biasa berkumpul. Alat tangkap ini dibiarkan ditaruh di atas batu karang tersebut dalam beberapa waktu agar ikan-ikan tersebut dapat terjebak di dalam ‘Bubu’ ini. Semakin baik lokasi penangkapannya (Batu karang), maka lebih besar kemungkinan para nelayan akan mendapatkan ikan.
Alat Tangkap Bubu
‘Bubu’ tidak bisa dipakai dalam jangka waktu yang lama dikarenakan bahan dasar ‘Bubu’ yang tidak akan kuat jika terkena ombak laut dan kerasnya batu karang. Menurut pengalaman nelayan yang biasa menggunakan alat tangkap ini, biasanya ‘Bubu’ ini hanya kuat untuk 3 kali mengangkat ikan. Setelah itu, ‘Bubu’ akan rusak dan dibuang oleh nelayan.
Sesungguhnya masih banyak cara dalam menangkap ikan, namun terkadang sifat dasar manusia yang tamak dan ingin mencapai segala sesuatu serba cepat / instant malah dapat merugikan mahkluk hidup lainnya. Kelak saat cucu kita menggantikan kita, mereka masih mengenal kekayaan biota laut bangsa ini dan rasa bangga yang tinggi kepada kita semua karena telah menjaga dan melestarikannya.
Nb : alat tangkap”Bubu” termasuk alat tangkap yang merusak karang, oleh karena itu penggunannya saat ini berusaha dikurangi. Namun sayang belum seluruh nelayan tradisional menyadari hal tersebut.
alat dan mesin pertanian
LAPORAN TETAP PRAKTIKUM
DASAR-DASAR AGRONOMI
 

A.Tujuan
            Untuk mengetahui jenis bentuk dan fungsi berbagai alat dan mesin pertanian mulai dari kegiatan pertanian sampai panen.

B.Hasil
            a.Alat pertanian tradisional
No
Nama alat
Fungsi
Prinsip kerja
1
cangkul
untuk menggarap lahan, yaitu untuk mencangkul tanah, menggali tanah, meratakan tanah, menghancurkan tanah, dan membersihkan rumput
Cangkul terbuat dari besi atau baja, bemata tajam, bergagang. Kayu yang agak panjang.
2
Parang atau Golok
berguna sekali untuk memotong kayu-kayu yang berukuran kecil, menebang bambu dll
Bagian besi yang tajam dikenakan dengan bagian yang akan dipotong dengan mengayunnya agak kencang
3
Parang Babat
untuk membabat semak-semak, alang-alang, dan rerumputan. Dalam membuka lahan baru, alat ini banyak digunakan
Bentuknya yang agak melekung mempermudah menyiangi rumput dengan sedikit mengerat yang akan di tebas
4
Kampak
menebang kayu yang berukuran besar.Dalam pembukaan lahan sangat berguna untuk menebang pohon
bagian yang tajam pada alat ini dikenakan pada bagian kayu akan dipotong
5
Bajak
untuk memotong dan membalikkan tanah yang berukuran besar.
dengan mendorong kearah depan bagian besi yang tajam akan menghancurkan atau memotong tanah.
6
Garu Paku
Menggemburkan tanah dan  memotong sisa – sisa tanaman yang tertinggal.
Susunan paku yang mendapat gaya tarikan ke depan akan Menyebabkan paku – paku tersebut menghancurkan bong kahan tanah yang habis di bajak
7
kuku kambing
untuk menanam benih disawah
memasukkan bagian yang tajam yang berguna melobangi,sekali gus memasukkan benih kedalam lobang
8
Tajak
untuk membersihkan rumput pada posissi berdiri
Untuk membersihkan rumput pada posissi berdiri
9
Sekop
untuk memindahkan tanah, atau pun sampah
mendorong gagang sekop kearah bawah dan mengangkatnya
10
Ani-ani
untuk memotong padi
bagian pisau yang memotong batang bulir satu persatu



v  Gambar alat-alat pertanian tradisional
  
  Cangkul          Parang atau Golok        Parang babat                   Kampak

            Bajak                    Garu Paku              Kuku kambing                           Tajak

            Sekop                          Ani-ani




            b.Alat pertanian modern
No
Nama alat
Fungsi
Prinsip kerja
1
Compressed Air Sprayer
untuk memberantas hama penyakit, gulma, pemberiaan pupik dan pengairan tanaman
Ketika handle ditarik maka foot klep akan membuat tekanan ke pump plunger sehingga akan bergerak naik turun lalu mendorong cairan yang ada
2
Mesin penghancur biji dan pengupas kulit kakao
menghancurkan biji dan mengupas kulit.
masukkan bagian yang akan diproses di bagian atas lalu hasil akan ditampung pada bagian corong pengeluaran
3
Bajak Piring
untuk memotong dan membalik tanah pada pengolahan tanah pertama.
Setelah mesin
 dihidupkan letakkan bajak piring nya diatas tanah dimana bentuknya emanng seperti piringan
4
Seeder
Alat penanam (seeder) berfungsi untuk meletakkan benih yang akan ditanam pada kedalaman dan jumlah tertentu dengan keseragaman yang relatif tinggi.
Dengan menggerakan mesin diatas lahan yang akan ditanami, Lalu mesin akan mengeluarkan benih dari bawah dan memasukkanya kelubang
5
Trealer
Trealer merupakan alat pertanian yang digunakan untuk mengangkut hasil-hasil pertanian.
Biasa dikaitkan dengan sepeda motor untuk ditarik Trealernya yang sudah diisi dengan hasil panen
6
Traktor
membajak sawah
menggerakkan mesin di atas lahan yang akan di bajak atau digemburkan
7
Mesin pengupas atau mesin penggiling
mengupas gabah menjadi beras putih atau menggiling beras
memasukkan  gabah yang akan di kupas lalu mesin akan  Memutar dan mengupas gabah tersebut
8
Mesin Penumbuk Ubi
Untuk menumbuk ubi dengan cepat
Memasukkan ubi ke lubang mesin, yang berfungsi menghancurkan ubi
9
Mesin Petik Teh
Memetik pucuk teh.
Diangkat oleh beberapa orang, kemudian mata pisau dalam mesin tersebut akan memotong bagian atas pohon teh. Lalu bagian yang telah terpotong ditampung oleh plastik dibelakang mesin
10
Mesin pengupas buah kopi
mengupas buah kopi
Buah kopi segar di masukkan melalui hopper lalu hasil  Kupasan ditampung dilubang pengeluaran

v  Gambar alat-alat pertanian modern
     
    Compressed Air          Mesin penghancur biji                        Bajak Piring
          Sprayer                dan pengupas kulit kakao
                      Seeder                             Trealer                                            Traktor
        
    Mesin pengupas            Mesin Penumbuk Ubi                   Mesin Petik Teh         
Mesin pengupas buah kopi
C. Pembahasan
Mempergunakan alat – alat pertanian pada umumnya dan khususnya mempunyai berbagai tujuan , misalnya : untuk mempercepat pekerjaan, untuk mengurangi biaya pengolahan, serta untuk mencapai nilai kerja yang lebih tinggi atau lebih cepat.
Alat dan mesin pertanian dalam perkembangannya dapat dikelompokan dalam beberapa kelompok, diantaranya :
v  Alat dan mesin pengolahan tanah
v  Alat dan mesin penanaman
v  Alat dan mesin pemeliharaan tanaman
v  Alat dan mesin  panen
v  Alat dan mesin pasca panen.
Namun menurut yang membutuhkan dan kebiasaan daerah dibagi menjadi :
v  Alat tangan
v  Alat yang ditarik dengan ternak
v  Alat dengan tarikan mesin
Dalam menggunakan dan menyesuaikan mesin yang menpunyai efisiensi tinggi, maka kita perlu menyesuaikan fungsi yang sesuai untuk digunakan di lapangan. Dalam menggunakan mesin-mesin pertanian, pada umunya mesin-mesin tersebut mempunyai berbagai tujuan dan fungsi. Misalnya Siphlenter digunakan untuk menanam jagung, dan trealer digunakan untuk mengangkut hasil panen, dan lain sebagainya.Alat-alat dan mesin pertanian merupakan bagian yang mutlak pada neghara-negara maju dikarenakan keterbatasan tenaga manusia serta pengefisienan waktu serta tenaga. Penggunaan alat dan mesin pertanian di negara-negara maju telah lama berkembang dan hasulya dapat dilihat pada berbagai aspek kehidupan dinegara-negara tersebut. Pekerjaan-pekerjaan berat dan melelahkan di bidang pertanian dapat dikurangi dan produktivitas kerja meningkat sehingga surplus dapat tercapai.
Dengan adanya alat dan mesin, pekerjaan-pekerjaan berat dan melelahkan di bidang pertanian dapat dikurangi dan produktivitas kerja meningkat sehingga surplus dapat tercapai. Jumlah penduduk yang semakin bertambah telah dan akan terus membutuhkan bahan makanan yang semakin banyak, dan kenaikan produksi pertanian yang terjadi juga telah didorong oleh kemajuan di bidang non-enginering seperti penggunaan bibit unggul, pemupukan dan budidaya tanaman yang lebih baik.
Melakukan pengolahan tanah tahap-tahapnya sesuai dengan rencana tanaman yang akan kita tanam. Didalam melakukan pengolahan tanah kita memerlukan beberapa alat pertanian yang menunjang proses kegiatan tersebut, misalnya bajak, cangkul, traktor dan lain-lain. Selain itu juga memerlukan alat tanam, alat penyiangan, alat penyemprotan dan alat panen yang menunjang kegiatan pertanian agar dapat berjalan dengan baik. Dimana alat-alat tersebut termasuk kedalam alat prapanen yang bertujuan untuk meningkatkan produksi maksimum bagi para petani. Sedangkan alat pasca panen yang digunakan adalah alat pengeringan dan alat sortasi yang bertujuan kualitas atau nilai tambah dari hasil panen atau hasil produksi.
Salah satu ruang lingkup mekanisme pertanian yaitu pada bidang mesin-mesin budidaya pertanian. Ilmu yang mempelajari penguasaan dan pemanfaatan lahan dan tenaga alam untuk daya kerja manusia dalam bidang pertanian untuk kesejahteraan umat manusia adalah ilmu mekanisme pertanian.

Alat Pertanian Tradisional : Arit dan Gebotan

Karawang (KarIn) – Di tengah banyaknya inovasi baru pada alat pertanian (modern), Arit dan Gebotan tetap menjadi alat yang digunakan umumnya oleh para petani dan buruh tani khususnya di Karawang. Ketika Cangkul identik dengan musim tanam, maka Arit dan Gebotan adalah identik dengan musim panen. Maka tidak berlebihan juga jika Arit khususnya, menjadi simbol atau ikon dari petani.
Arit yang merupakan senjata yang bentuknya menyerupai bulan sabit dengan gagang kayu, digunakan disaat musim panen khususnya. Alat yang digunakan untuk memotong tanaman padi dari dahan dan akarnya. Maka kemudian, istilah ngarit (Bahasa Sunda) menjadi istilah untuk menjelaskan kegiatan ini. Sedangkan Gebotan sendiri merupakan alat yang bahannya terbuat dari kayu yang terkadang dicampur dibeberapa bagian dengan bambu, merupakan alat untuk memisahkan padi atau gabah dari tangkai yang sudah diarit tersebut. Aktivitas menggunakan alat Gebotan ini disebut ngagebot.
Arit umumnya banyak dijual di pasar ataupun pedagang perkakas, sedangkan Gebotan umumnya dibuat sendiri oleh petani dan buruh tani. Selain bentuk dan bahannya mudah didapat, bentuk dari Gebotan sendiri tentunya disesuaikan dengan si penggunanya. Maka dari itu, ukuran dan bentuknya pun terkadang berbeda-beda.
Yang pasti, kedua alat ini tentunya akan tetap ada dan lestari di Karawang selama masih membentang dengan luas areal pesawahan di Kabupaten Lumbung Beras ini. Apalagi para petani dan buruh tani di Karawang umumnya masih memakai cara tanam tradisional, dengan tentunya banyak menggunakan alat-alat tradisional kecuali alat untuk membajak sawah dimana kerbau sudah digantikan dengan traktor. (Deni Andriana)
 
Alat Transportasi Modern dan Tradisional
Delman dan Pedati adalah alat transportasi darat (tradisional)yang ada di Jawa Barat.Dua alat transportasi inilah yang duludigunakan oleh Warga Jawa Barat sebelum kiniterisisihkan olehkendaraan modern seperti mobil dan sepeda motor.Nah, lantas sepertiapa dan seperti apa sihsebenarnya duakendaraan tradisional ini dan juga asal usulnya, berikut adalahhasilpenelusuran KarIn di Museum Sri Baduga Jawa Barat yangberada di Jl. BKR. No.195Bandung ini.DelmanKereta pengangkut yang ditarik kuda atau disebut juga Kretek.Awalnya hanyadigunakan oleh kalangan bangsawan. Kini masihmenjadi alat transportasi masyarakatdi kawasan Priangan. Asalmuasal: Ciparay, Kab. Bandung.PedatiAlat transportasi darat ini menggunakan sapi atau kerbau sebagaitenaga penariknya.Pada umumnya digunakan untuk mengakutbeban berat, seperti bahan bangunan, hasil bumi dan sebagainya.Kereta barang inidijalankan pada malam hari, agar tidakmenggangu kelancaran lalu lintas. Asal muasal: KabupatenIndramayu.Di Karawang sendiri kedua alat transportasi ini masihbisadijumpai, walaupun sudah sangat langka. Bahkan, fungsinyacenderung sudahberubah. Delman misalnya, atau yang lebihpopuler dengan nama Sado, di Karawangcenderung menjadisarana (alat) rekreasi. Orang-orang naik sado bukan untuk tujuanmencapai tempat tertentu (alat transportasi), namun cenderunghanya sebagaisarana rekreasi (alat hiburan), baik untuk jalan- jalan maupun coba-coba karenapenasaran. Seperti salah satunyayang masih ditemui terutama di Kecamatan CilamayaKulon.Sedangkan Pedati, umumnya beralih fungsi untuk menarikataupunmengangkut barang-barang termasuk barang dagangan.Seperti yang bisa dikita temuidi pelosok-pelosok kampung,dimana pedati digunakan untuk membawa barangseperti bambu,kayu untuk dijual berkeliling dari kampung ke kampung
Alat transportasi yang diciptakan melalui kreativitas manusia dari hari ke hari semakin unik dan luar biasa. Beberapa alat transportasi di bawah ini barangkali memang masih dalam tahap rencana, namun juga sangat mungkin bila akan direalisasikan. Berikut ini adalah daftar alat transportasi modern dengan bentuk unik dan kreatif yang kami rangkum dalam artikel 5 Alat Transportasi Modern Yang Unik dan Kreatif.

1). Monorail Manusia

Alat transportasi yang satu ini adalah monorel manusia yang dapat membawa penumpangnya sampai ke tempat tujuan dengan cepat. Sekarang ini monorail manusia ini cuma di ada taman hiburan di New Zealand, monorel yang digerakkan dengan pedal ini tersusun dari rel panjang dan pod individu yang bergantung ke bawah. Kecepatannya dapat dipacu hingga 50 km/jam.

2). Sepeda Dengan Robot Pengayuh

Ingin nikmati angin pada pagi hari namun terlalu malas mengayuh sepeda Anda sendiri? Alat transportasi unik ini adalah jawabannya. Dengan sepeda modern ini Anda tak perlu mengayuh sepeda Anda sendiri dikarenakan sepeda ini sudah dikayuh berkat pertolongan sebuah robot. Robot yang bertugas mengayuh sepeda ini berada di belakang Anda ketika bersepeda, Anda cuma butuh naik kemudian biarlah si robot yang melakukan pekerjaannya. Berat sepeda serta robot ini kurang lebih 200 kilogram, kelihatannya mesti dibikin lebih ringan lagi bila ingin laris dipasaran.

3). Kendaraan Untuk Menikmati Pemandangan

Alat transportasi ini merupakan mobil yang dirancang agar penumpangnya dapat menikmati panorama disekitar. Bagi yang ingin mempunyai mobil namun tidak mau menyetir sendiri, barangkali mobil ini merupakan jawaban yang tepat. Jika naik mobil ini, pengendaranya cukup duduk lalu mobil akan jalan menuju tujuan yang ditentukan sebelumnya. Dengan kapasitas 7 orang serta bodi yang transparan, penumpang dapat menikmati panorama sekitar dengan leluasa. Diperkirakan mobil ini dapat diproduksi secara massal pada 2040. Hm masih lama juga..


1. alat komunikasi Telephone
telephone adalah salah satu jenis alat komunikasi jarak jauh, dengan menggunakan teknologi kabel, nah dari tahun ke tahun telekomunikasi telephone ini terus berkembang sehingga sekarang telepone menggunakan sistem frequensi udara yang disebut dengan handphone itulah beberapa contoh alat komunikasi modern


2. alat komunikasi FAX
pax adalah cara pengiriman surat melalui nomor telephone dengan cara di printer, dalam waktu hitungan menit surat anda akan diterima oleh rekan anda, biasanya fax digunakan oleh kantor dan perusahaan

gambar alat komunikasi modern


3. Internet alat komunikasi masa kini
Di jaman sekarang teknologi yang semakin berkembang internet menjadi suatu kebutuhan pokok, dimana pesan bisa secara langsung diterima, apalagi sekarang berkembangnnya jejaring social, sehingga memudahkan orang berinteraksi satu dengan yang lainnya 

gambar alat komunikasi modern 

Alat Pertanian Modern

23 Desember 2011, 22:48:31 WIB oleh Ferry Agung

 Dinas Pertanian, Peternakan dan Ketahanan Pangan melakukan demontrasi terhadap empat mesin pertanian seperti mensin pengolah pupuk kompos, handtractor, mesin pengolah tanah dan mensin pembuat benih.
Demontrasi alat pertanian yang dilaksanakan di Dusun Gonis Rabu Desa Gonis Tekam, Selasa (23/3), dilakukan langsung oleh Aisten I bidang pemerintahan, ekonomi dan sosial setda Kabupaten Sekadau Acara bertajuk menjadikan petani
Acara bertajuk menjadikan petani modern itu diikuti oleh sejumlah kelompok tani, selain sejumlah kepada dinas, badan, kantor, seluruh camat, kades, PPL dan mentri tani yang tersebar di seluruh Kabupaten Sekadau.
Alat pertanian tersebut didatangkan dari negara Jepang. Hal yang luar biasa adalah, Kabupaten Sekadau adalah salah satu pengguna pertama alat canggih tersebut untuk Kalbar. Salah satu keunggulan alat pertanian tersebut adalah penanamannya langsung menggunakan tenaga mensin, artinya tidak lagi menggunakan tenaga manual.
Kelebihan alat tanam padi tersebut mempunyai kecepatan 0,34-0,77 m/detik. Dengan alat tersebut sangat membantu petani lebih menghemat tenaga dan biaya.

Dalam sambutannya, Jhon mengatakan berbagai cara terus dilakukan oleh pemerintah daerah Kabupaten Sekadau kepada petan, yang tujuannya adalah semata-mata untuk mensejahterahkan masyarakat petani dalam. “Misalkan saja memberikan pendidikan atau pelatihan kepada masyarakat petani melalui PPL, memberikan berbagai bantuan yang diperlukan oleh petani. Hari ini (kemarin, red) bupati baru saja memberikan bantuan alat petani modern,” ujarnya.
Salah satu tujuan yang selama ini menjadi tujuan bupati simon Pettrus ujar Jhon, adalah mengubah masyarakat petani dari cara tradisional ke modern. Dengan kehadirian alat petani yang modern ini tentunya akan meringankan pekerjaan petani serta dapat memberikan penghasilan yang maksimal melimpah.
Selain itu, Yohanes Jhon juga menyampaikan kepada masyarakat petani, apa yang telah diberikan oleh pemerintah daerah berupa bantuan alat pertanian maupun bantuan lainnya haruslah dimanfaatkan dan digunakan dengan sebaik-baiknya, sehingga bantuan tersebut dapat memberikan manfaat bagi masyarakat petani.
“Masyarakat petani patut mensyukuri berbagai bantuan yang telah diberikan oleh pemerintah daerah, karena tujuan kita yaitu adalah mensejahterakan petani. Manfaatkanlah alat yang ada, jangan alat tersebut rusak di gudang, kalau rusak dipakai itu tidak menjadi masalah,” saran Yohanes Jhon dengan ramah.
Sementara itu, Kepala Dinas Pertanian Adrianto Gundokusumo dalam pernyataanya juga mengatakan, meninginkan petani yang ada di tiap-tiap desa bisa menjadi petani yang sukses. Karena pemerintah daerah sekadau di bawah pimpinan bupati Simon sangat konsen dengan masalah pertanian. Hal itu dapat dibuktikan dengan pemberian berbagai bantuan yang selama ini telah disalurkan pemerintah kepada kelompok petani. “Misalnya mesin tanam padi dan banyaun lainnya,” ujar Adrianus.


Bajak (Plow)
Bajak merupakan alat pertanian yang paling tua, telah dipergunakan sejak 6000 th SM di Egypt. Pada awal mulanya bajak sepenuhnya ditarik oleh tenaga manusia, dengan bntuk yang sangat sederhana. Kemudian Thomas Jefferson merancang secara istimewa dengan prinsip perhitungan matematika. Untuk pertama kalinya alat pengolahan tanah ini dibuat dari kayu kemudian dari besi tuang sebagai bahan utamanya, selanjutnya dibuat dari baja.


Bajak modern

Penggunaan sistem dua mata bajak (bottom) dimulau sejak tahun 1865, kemudian diikuti dengan pemakaian tiga mata bajak dan seterusnya, tergantung pada besarnya daya penarik yang digunakan. Banyak dijumpai berbagai bentuk rancangan bajak, hal ini pada umumnya dimaksudkan untuk dapat memperoleh penyesuaian antara tujuan pengolahan tanah dan peralatan yang dipergunakan. Berdasarkan bentuk dan kegunaannya, secara garis besar bajak dibedakan atas beberapa jenis, yaitu:

1. Bajak singkal (mold board plow)
Bajak singkal termasuk jenis bajak yang paling tua. Di Indonesia jenis bajak singkal inilah yang paling umum digunakan oleh petani untuk melakukan pengolahan tanah mereka, dengan menggunakan tenaga ternak hela sapi atau kerbau, sebagai sumber daya penariknya. Sering dijumpai beberapa bentuk rancangan bajak singkal, hal ini dimaksudkan untuk dapat memperoleh penyesuaian antara kondisi tanah dengan tujuan pembajakan. Aneka ragam rancangan yang dijumpai selain pada bentuk mata bajak, juga di bagian perlengkapannya. Mata bajak adalah bagian dari bajak yang berfungsi aktif untuk mengolah tanah.


Mold board plow (Sumber: www.funkworkz.com)

2. Bajak piringan (disk plow)
Adanya kelemahan-kelemahan bajak singkal maka orang menciptakan bajak piringan. Bajak piringan cocok untuk bekerja pada : tanah yang lengket, tidak mengikis dan kering dimana bajak singkal tidak dapat masuk; tanah berbatu, atau banyak sisa-sisa akar; tanah gambut; serta untuk pembajakan tanah yang berat. Namun penggunaan bajak piringan ini untuk pengolahan tanah ada juga kelemahannya antara lain: tidak dapat menutup seresah dengan baik; bekas pembajakan tidak dapat betul-betul rata; hasil pengolahan tanahnya masih berbongkah-bongkah, tetapi untuk lahan yang erosinya besar hal ini justru dianggap menguntungkan.


Disk plow (Sumber: www.tinyfarmblog.com)

3. Bajak rotari atau bajak putar (rotary plow)
Pengolahan tanah dengan menggunakan bajak, akan diperoleh bongkahbongkah yang masih cukup besar, biasanya masih diperlukan tambahan pengerjaan untuk mendapatkan keadaan tanah yang lebih halus lagi. Dengan menggunakan bajak putar maka pengerjaan tanah dapat dilakukan sekali tempuh. Bajak putar/bajak rotary dapat digunakan untuk pengolahan tanah kering ataupun tanah sawah. Kadang-kadang bajak putar ini digunakan untuk mengerjakan tanah kedua dan juga dapat digunakan untuk melakukan penyiangan ataupun pendangiran. Penggunaan bajak putar untuk pengolahan tanah dapat diharapkan hasilnya baik, bila tanah dalam keadaan cukup kering atau basah sama sekali. Untuk mengatasi lengketnya tanah pada pisau dapat dilakukan dengan mengurangi jumlah pisau dan mempercepat putaran dari rotor dan memperlambat gerakan maju. Makin cepat perputaran rotor akan lebih banyak daya yang digunakan tetapi diperoleh hasil penggemburan yang lebih halus. Dalam penggunaan, dipilih kebutuhan daya yang terkecil tetapi memenuhi persyaratan ukuran partikel tanah yang dituntut oleh tanaman.


Rotary plow (Sumber: ibuonline.com)

4. Bajak pahat (chisel plow)
Dalam pengerjaan tanah, bajak pahat dipergunakan untuk merobek dan menembus tanah dengan menggunakan alat yang menyerupai pahat atau ujung skop sempit yang disebut mata pahat atau chisel point. Mata pahat ini terletak pada ujung dari tangkai atau batang yang biasa disebut bar.


Chisel plow (Sumber: www.buctraco.com)

5. Bajak tanah bawah (sub soil plow) 
Bajak tanah bawah termasuk di dalam jenis bajak pahat tetapi dengan konstruksi yang lebih berat. Fungsi bajak ini tidak banyak berbeda dengan bajak pahat, namun dipergunakan untuk pengerjaan tanah dengan kedalaman yang lebih dalam, yaitu mencapai kedalaman sekitar (50 – 90) cm. Untuk jenis standart tunggal biasanya dipergunakan untuk mengerjakan tanah dengan kedalaman sampai 90 cm, sedang penarikannya menggunakan traktor dengan daya (60 – 85) HP. Kemudian untuk bajak tanah bawah jenis standart dua atau lebih, biasanya dipergunakan untuk pekerjaan yang lebih dangkal.

Subsoil plow (Sumber: www.roll-a-cone.com)

Garu (harrow)
Tanah setelah dibajak pada pengolahan tanah pertama, pada umumnya masih merupakan bongkah-bongkah tanah yang cukup besar, maka untuk lebih menghancurkan dan meratakan permukaan tanah yang terolah dilakukan pengolahan tanah kedua. Alat dan mesin pertanian yang digunakan untuk melakukan pengolahan tanah kedua adalah alat pengolahan tanah jenis garu (harrow). Penggunaan garu sebagai pengolah tanah kedua, selain bertujuan untuk lebih meghancurkan dan meratakan permukaan tanah hingga lebih baik untuk pertumbuhan benih maupun tanaman, juga bertujuan untuk mengawetkan lengas tanah dan meningkatkan kandungan unsur hara pada tanah dengan jalan lebih menghancurkan sisa-sisa tanaman dan mencampurnya dengan tanah. Macam-macam garu yang digunakan untuk pengolahan tanah kedua adalah : garu piringan (disk harrow); garu bergigi paku (spikes tooth harrow); garu bergigi per (springs tooth harrow); dan garu-garu untuk pekerjaan khusus (special harrow).




























       

       
 
 
 
     


Tidak ada komentar:

Posting Komentar