Minggu, 04 September 2016

Pengertian Statistik dan Statistika

Kata statistik dan statistika sudah sering kita dengar di dalam kehidupan sehari-hari dan tanpa kita sadari telah menggunakannya untuk memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari, misalkan pemerintah menggunakan statistika untuk menilai hasil pembangunan masa lalu. Namun demikian kedua istilah ini memiliki pengertian yang berbeda. Dibawah ini merupakan penjabaran dari statistik dan statistika


Pengertian Statistik
Statistik bersal dari kata state yang artinya negara. Mengapa disebut negara, ini karena statistik ini dipergunakan untuk kepentingan-kepentingan negara saja. Seperti misalnya pengambilan data diberbagai bidang kehidupan dan penghidupan, sehingga lahirlah istilah stastistik, yang pemakaiannya disesuaikan dengan lingkup datanya. Kemudian istilah statistik terus berkembang seiring berjalannya waktu, kini statistik tidak hanya menyangkut kepentingan negara saja tetapi dapat digunakan untuk keperluan masyarakat, didalam aspek ilmu pengetahuan, dan didalam suatu penelitian atau melakukan eksperimen. Misalkan pada saat melakukan suatu penelitian hasil dari data yang kita peroleh berupa angka-angka atau bilangan, kumpulan dari data tersebut kemudian disusun dan disajikan dalam bentuk tabel ataupun diagram. Data yang terkumpul kadang kala tidak disajikan dalam bentuk tabel ataupun diagram, tetapi bisa juga disajikan dalam bentuk rata-rata. Sering pula daftar atau tabel tersebut disertai dengan gambar-gambar yang biasa disebut dengan diagaram atau grafik supaya lebih dapat menjelaskan lagi tentang persoalan yang sedang dipelajari. Misalkan statistik dalam bentuk tabel, seperti contoh dibawah ini.

1. Data Indeks Prestasi Semester I Egar

MATA PELAJARAN
NILAI
Kalkulus
4
Bahasa Indonesia
4
Bahasa Inggris
3
Fisika Dasar 1
3
Fisika Dasar 2
4
Pengantar Pendidikan
3
Kewarganegaraan
4
Perkembangan Peserta Didik
4
Fisika Laboratorium 1
3


Jadi, kata statistik telah dipakai untuk menyatakan kumpulan data, bilangan maupun non-bilangan yang disusun dalam tabel ataupun diagram, yang melukiskan atau menggambarkan suatu persoalan. Statistik yang menjelaskan sesuatu hal biasanya diberi nama statistik mengenai hal yang bersangkutan, misalnya statistik pennduduk, statistik kelahiran, statistik pertanian, statistik kesehatan dan banyak lagi nama yang lain. Statisktik juga diartikan untuk menyatakan ukuran sebagai wakil dari wakil dari kumpulan data mengenai suatu hal. Ukuran ini dapat didasarkan dengan perhitungan menggunakan kumpulan sebagian data data yang diambil dari keseluruhan tentang persoalan tersebut. Demikaian umpanya kita mengenal kata-kata persen dan rata-rata .

Contoh : dalam kehidupan sehari-hari jika kita teliti 40 buruh yang bekerja disuatu perusahaan dan dicatat gajinya setiap bulan kemudian dihitung rata-rata gajinya, misalkan Rp 400.000,00 setiap bulanya, maka rata-rata Rp 400.000,00 dinamakan ststistik. Demikian pula, jika dari keempatpuuluh buruh itu ada 20% yang gajinya tiap bulan kurang dari 3500.000,00, maka nilai 20% ini dinamakan statistik.

Pengertian Statistika
Dari hasil penelitian ataupun pengamatan, baik yang dilakukan khusus ataupun berbentuk laporan sering diminta suatu uraian, penjelasan atau kesimpulan tentang persoalan yang diteliti. Tetapi sebelum menarik sebuah kesimpulan, data yang telah terkumpul itu terlebih dahulu dipelajari, dianalisis dan berdasarkan atas pengelohan inilah baru kesimpulan dapat dibuat. Tentunya mudah dimengerti bahwa pengumpulan data atau keterangan, pengolahan dan pembuatan kesimpulan harus dilakukan dengan baik, cermat, teliti, hati-hati, mengikuti cara-cara dan teori yang benar dan dapat dipertanggungjawabkan. Pernyataan ini merupakan pengetahuan tersendiri yang diberi nama statistika.

Jadi pengertian dari statistika adalah pengetahuan yang berhubungan dengan cara-cara pengumpulan data, pengelohan atau penganalisisannya dan penarikan kesimpulan berdasarkan kumpulan data dan panganalisisan yang dilakukan.

Contoh : Misalkan pengumpulan data tentang jumlah penduduk di Indonesia setiap tahunnya, dari data yang diperoleh maka dapat disimpulkan apakah perkembangan penduduk di Indonesia semakin bertambah ataupun berkurang dari pengumpulan data tahun lalu.

Ada dua jalan yang ditempuh untuk mempelajari statistika yaitu statistika matematis atau statistika teoritis dan statistika praktis. Satistika matematis yaitu ilmu yang mempelajari asal-usul penurunan sifat-sifat, dalil-dalil atau rumus-rumus serta dapat diwujudkan kedalam model-model lain yang bersifat teoritis. Jadi disini diperlukan dasar matematika yang kuat dan mendalam. Sedangakan, statistika praktis yaitu penerapan statistika matematis ke dalam berbagai bidang ilmu lainnya sehingga lahirlah istilah statistika kedokteran, statistika sosial dan sebagainya. Jadi disini tidak dipersoalkan bagaimana didapatnya rumus-rumus atau aturan-aturan, melainkan hanya dipentingkan teknik atau metode statistika digunakan.
Statistika Deskriftif dan Statistika Inferensial
Sejalannya perkembangan, makna statistika menjadi ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan cara-cara pengumpulan data, pengelohan atau penganalisisannya dan penarikan kesimpulan berdasarkan kumpulan data dan panganalisisan yang dilakukan. Sebagai suatu ilmu, bidang kegiatan statistika dibagi menjadi dua bagian yaitu:

a. Statistika Deskriftif
Statistik deskriftif adalah metode-metode yang berkaitan dengan pengolahan, pengumpulan, dan penyajian sekumpulan data sehingga dapat memberikan informasi yang berguna. Perlu kiranya dimengerti bahwa statistika deskriptif memberikan informasi hanya mengenai data yang dipunyai dan sama sekali tidak menarik kesimpulan yang lebih banyak atau penarikan kesimpulam secara keseluruhan (umum) karena statistik disini memperoleh data atau informasi yang terbatas. Ini terlihat bahwa hasil analisis data yang diperoleh masih sederhana dan bahkan sebagian besar analisis atau perhitungannya penyederhanaan atas data yang terkumpul saja.

Contoh dari kegunaan statistika deskriptif yaitu seperti penyusunan tabel, diagram, modus, kuartil, simpangan baku. Misalkan berapa jumlah mahasiswa yang mendapatkan nilai A dalam mata kuliah kalkulus I dari hasil perekapan tersebut.

b. Statistika Inferensial
Statistika inferensial merupakan bagian dari ilmu statistika yang selain mengolah, menyajikan data, juga melakukan penarikan kesimpulan dari pengolahan data yang diambil. Statistik inferensial merupakan pengembangan fungsi statistik. Bagian ini digunakan jika dalam penelitian tidak memungkinkan untuk mengadakan penghitungan atau pengamatan secara menyeluruh terhadap obyek yang akan diteliti. Dalam statistika inferensial, kesimpulan dapat diambil setelah melakukan pengolahan serta penyajian data dari suatu sampel yang diambil dari suatu populasi. Macam-macam dari statistika inferensial yaitu:
-Statistika parametrik terutama digunakan untuk menganalisa data interval dan rasio, yang diambil dari populasi yang berdistribusi normal
-Statistika non-parametrik terutama digunakan untuk menganalisa data nominal, dan ordinal dari populasi yang bebas distribusi

Contoh dari statistik inferensial adalah misal seorang peneliti meneliti sebungkus rokok apakah kandungan nikotin pada rokok tersebut menyebabkan penyakit kangker rahim bagi kaum perempuan atau tidak. Dengan mengambil sampel satu batang rokok tersebut dan diteliti di laboratorium dianalisis bahwa memang benar nikotin pada rokok dapat menyebabkan penyakit kangker rahim bagi kaum perempuan. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa kandungan nikotin pada sebungkus rokok (populasi) dapat menyebabkan penyakit kangker rahim bagi kaum perempuan dari hasil penelitian sebatang rokok (sampel).

Contoh lain, dalam pemilihan ketua senat FMIPA yang dilaksanakan setiap tahunnya. Fakultas MIPA terdiri dari 6 jurusan baik itu jurun fisika, matematika, kimai, biologi, analis kimia, budidaya kelautan. Dalam melakukan pemilihan tersebut menggunakan sistem pemungtan suara. Tetapi, walaupun pemilihan tersebut sistem tersebut tidak semua mahasiswa di FMPA yang diberikan untuk memilih hanya perwakilam dari masing-masing jurusan. Perwakilan dari setiap jurusan tersebut merupakan sampel sedangkan seluruh mahasiswa FMIPA merupakan populasi. Kemudian data yang diperoleh dari pungutan suaru tersebut akan dijadikan bahan untuk membuat suatu kesimpulan.

Landasan Kerja Statistika
Suatu sistem atau disiplin ilmu pastilah mempunyai suatu landasan kerja, tentu dengan adanya landasan kerja maka suatu sistem atau disiplin ilmu akan dapat berdiri dengan kokoh karena landasan tersebut merupakan suatu pondasi yang mendasarinya. Begitu pula dalam ilmu statistika terdapat beberapa landasan kerja. Landasan kerja statistika dapat dibagi menjadi empat, yaitu: variasi, reduksi, generalisasi, dan spesialisasi

a. Variasi
Statistika bekerja dengan keadaan yang berubah-ubah (variasi). Misalnya keadaan penduduk, pendapatan dan pengeluaran, GNP, kematian, kelahiran, peserta KB dan sebagainya. Dilihat dari keadaan data yang akan diambil akan timbul berbagai macam masalah, karena tiap kurun waktu tertentu data yang diperoleh berubah-ubah atau tidak tentu sehingga diperlukan kecermatan dan ketelitian saat melakukan pengumpulan data.

b. Reduksi
Statistika bekerja secara reduksi artinya tidak seluruh informasi yang harus diolah. Tidak harus seluruh orang harus diteliti (populasi), melainkan cukup dengan sampel-sampel yang mewakilinya saja. Tentu saja sampel itu harus refresentatif. Untuk mendapatkan sampel yang refresentatif diperlukan pemahaman tentang teknik sampling.
Contoh misalkan dalam mengadakan rapat mengenai kompetisi Biomacup antar jurusan di FMIPA, tentunya tidak mungkin semua mahasiswa di jurusan FMIPA mengikuti rapat tersebut untuk dimintai pendapatnya, melainkan cukup dengan sampel-sampel yang mewakilinya saja. Perlu diingat bahwa sampel atau perwakilan tersebut harus yang refresentaif. Contoh lain misalkan dalam membeli 20 karung pupuk untuk keperluan pertanian, tidak harus semua pupuk tersebut dijadikan penelitian, cukup mengambil beberapa karung saja yang dijadikan sebagai sampel penelitian.

c. Generalisasi
Statistik bekerja untuk menarik kesimpulan umum (generalisasi) yang berlaku untuk anggota-anggota populasinya berdasarkan refresentatif yang ada.
Contoh :
Seorang penjual buah-buahan ingin menyelidiki salah satu jenis buahnya, misalkan buah mangga apakah rasa buah mangga tersebut manis atau asam dengan jumlah mangga sebanyak 95 buah dengan cara mencicipinya. Tidak mungkin penjual akan mencicipi semua buah mangga tersebut karena apabila semua buah mangga dicicipi habislah buahnya dan tidak ada buah mangga yang dia akan jual. Maka dari itu hanya beberapa buah saja yang dia cicipi. Dilihat dari contoh di atas, dapat ditegaskan bahwa peneliti menarik suatu kesimpulan sebagian dan hal tersebut dapat mewakili kesimpulan keseluruhannya.

d. Spesialisasi
Statistik selalu berkenaan dengan angka-angka (kuantitatif). Statistik mempunyai angka-angka yang lebih nyata dan pasti. Istilah-istilah seperti : pada umumnya, kira-kira, sekitar, kurang lebih, kebanyakan sedang-sedang, lumayan, dan lain-lain dikenal dalam analisis statistik. Agar data kualitatif dapat distatistikkan, maka data itu harus dibobot duhulu. Contoh :

sangat setuju =5,
setuju = 4,
ragu-ragu = 3,
tidak setuju = 2 dan
sangat tidak setuju = 1.

Contoh yang lain misalkan data nilai indeks prestasi mahasiswa, Dalam hal ini istilah – istilah yang terdapat pada nilai indeks prestasi tersebut di bobotkan yakni seperti dibawah ini
A = 4
B = 3
C = 2
D = 1

Karakteristik Pokok Statistika
Statistika merupakan suatu ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan cara-cara pengumpulan data, pengelohan atau penganalisisannya sampai dengan penarikan kesimpulan berdasarkan kumpulan data dan panganalisisan yang dilakukan. Secara mendasar statistik tersebut dapat dibagi menjadi dua kegiatan, yaitu yang pertama adalah pengumpulan dan pengolahan data disajikan dalam bentuk tabel atau grafik untuk mempermudah informasi yang disampaikan. Dari kegiatan pertama ini merupakan statistika deskriptif. Kemudian yang kedua merupakan penarikan kesimpulan yang bertolak belakang dari pengolahan data tersebut. Kegiatan yang kedua ini disebut dengan statistik inferensial. Dilihat dari pengertian statistika di atas tentunya berlandaskan atas karakteristik pokok dari statistik tersebut.

Adapun ciri karakteristik pokok statistika terbagi menjadi 3 ciri-ciri pokok yang mendasar . Ciri-ciri tersebut adalah sebagai berikut.

1) Statistik bekerja dengan angka
Angka-angka ini dalam statistik terbagi menjadi dua bagian, yaitu
a. Angka statistik sebagai jumlah atau frekuensi dan angka statistik sebagai nilai atau harga. Pengertian ini mengandung arti bahwa data statistik adalah data kuantitatif. Contoh :
Ø Jumlah buruh di Perusahaan Sinar Dunia
Ø Jumlah tanggungan orang tua
Ø Jumlah penduduk Indonesia tiap tahunnya.
Ø Jumlah pegawai negeri di Kabupaten Klungkung

b. Angka statistik sebagai nilai, dimaksudkan bahwa data tersebut adalah data kualitatif yang diwujudkan dalam angka.
Contoh :
Ø Hasil ujian nasional siswa SMA
Ø Nilai keuntungan dari perusahaan
Ø Nilai indeks prestasi mahasiswa
Ø Daftar harga Hand Phone Celuler

2) Statistik bersifat objektif
Statistik yang bersifat objektif merupakan statistik yang bekerja sesuai dengan keadaan data yang diteliti atau sesuai berdasarkan atas kenyataan yang ada atau fakta. Kesimpulan yang dikemukakan oleh statistik semata-mata didasarkan atas data yang diolah bukan dengan kemauan semena-mena (subjektif) atau bukan dari pengaruh-pengaruh luar lainnya.
Contoh :
Pengambilan suatu data mengenai jumlah penduduk Indonesia apakah setiap tahunnya jumlah penduduk Indonesia bertambah ataukah mengalami penurunan. Dengan data yang terkumpul dapat diketahui apakah setiap tahun penduduk Indonesia bertambah atau berkurang.

3) Statistik bersifat universal (umum)
Statistik bersifat universal berarti statistik sebagai ilmu memiliki ruang lingkup yang luas. Hal ini terbukti bahwa statistik dipergunakan dalam berbagai disiplin ilmu pengetahuan, di berbagai penelitian, dan tidak hanya itu saja, statistik hampir menjalar ke berbagai model permasalahan di masyarakat. sehingga statistik menjadi begitu berguna.
Contoh :
statistik kesehatan, statistik perusahaan, maupun statistik keuangan.


PENERAPAN MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH (MBS) DALAM RANGKA PENINGKATAN MUTU PENDIDIKAN



MAKALAH MBS : PENERAPAN MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH (MBS) DALAM RANGKA PENINGKATAN MUTU PENDIDIKAN
BAB II
PEMBAHASAN
  1. A.    Manajemen Berbasis Sekolah (MBS)
1)      Pengertian Manajemen Berbasis Sekolah (MBS)
Istilah manajemen berbasis sekolah merupakan terjemahan dari “school-based management”. MBS merupakan paradigma baru pendidikan, yang memberikan otonomi luas pada tingkat sekolah ( pelibatan masyarakat ) dalam kerangka kebijakan pendidikan nasional.
Lebih lanjut istilah manajemen sekolah acapkali disandingkan dengan istilah administrasi sekolah. Berkaitan dengan itu, terdapat tiga pandangan berbeda; pertama, mengartikan administrasi lebih luas dari pada manajemen (manajemen merupakan inti dari administrasi); kedua, melihat manajemen lebih luas dari pada administrasi (administrasi merupakan inti dari manajemen); dan ketiga yang menganggap bahwa manajemen identik dengan administrasi.
Berdasarkan fungsi pokoknya, istilah manajemen dan administrasi mempunyai fungsi yang sama, yaitu: merencanakan (planning), mengorganisasikan (organizing), mengarahkan (directing), mengkoordinasikan (coordinating), mengawasi (controlling), dan mengevaluasi (evaluation).
2)      Tujuan MBS
  1. Meningkatkan mutu pendidikan
  2. Meningkatkan kepedulian warga sekolah dan masyarakat
  3. Meningkatkan tanggung jawab sekolah
  4. Meningkatkan kompetisi yang sehat antar sekolah
Kewenangan yang bertumpu pada sekolah merupakan inti dari MBS yang dipandang memiliki tingkat efektivitas tinggi serta memberikan beberapa keuntungan.
3)      Manfaat MBS
MBS memberikan beberapa manfaat diantaranya
  1. Dengan kondisi setempat, sekolah dapat meningkatkan kesejahteraan guru sehingga dapat lebih berkonsentrasi pada tugasnya;
  2. Keleluasaan dalam mengelola sumberdaya dan dalam menyertakan masyarakat untuk berpartisipasi, mendorong profesionalisme kepala sekolah, dalam peranannya sebagai manajer maupun pemimpin sekolah;
  3. Guru didorong untuk berinovasi;
  4. Rasa tanggap sekolah terhadap kebutuhan setempat meningkat dan menjamin layanan pendidikan sesuai dengan tuntutan masyarakat sekolah dan peserta didik.
  1. B.     Penerapan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS)
Sejak beberapa waktu terakhir, kita dikenalkan dengan pendekatan “baru” dalam manajemen sekolah yang diacu sebagai manajemen berbasis sekolah (school based management) atau disingkat MBS. Di Amerika Serikat, pendekatan ini sebenarnya telah berkembang cukup lama. Pada 1988 American Association of School Administrators, National Association of Elementary School Principals, and National Association of Secondary School Principals, menerbitkan dokumen berjudul school based management, a strategy for better learning. Munculnya gagasan ini dipicu oleh ketidakpuasan atau kegerahan para pengelola pendidikan pada level operasional atas.
Manajemen berbasis sekolah memiliki banyak bayangan makna. Ia telah diimplementasikan dengan cara yang berbeda dan untuk tujuan berbeda dan pada laju yang berbeda di tempat yang berbeda. Bahkan konsep yang lebih mendasar dari “sekolah” dan “manajemen” adalah berbeda, seperti berbedanya budaya dan nilai yang melandasi upaya-upaya pembuat kebijakan dan praktisi. Akan tetapi, alasan yang sama di seluruh tempat dimana manajemen berbasis sekolah diimplementasikan adalah bahwa adanya peningkatan otoritas dan tanggung jawab di tingkat sekolah, tetapi masih dalam kerangka kerja yang ditetapkan di pusat untuk memastikan bahwa satu makna sistem terpelihara. Satu implikasi penting adalah bahwa para pemimpin sekolah harus memiliki kapasitas membuat keputusan terhadap hal-hal signifikan terkait operasi sekolah dan mengakui dan mengambil unsur-unsur yang ditetapkan dalam kerangka kerja pusat yang berlaku di seluruh sekolah.
Sejak awal, pemerintah (pusat dan daerah) haruslah suportif atas gagasan MBS. Mereka harus mempercayai kepala sekolah dan dewan sekolah untuk menentukan cara mencapai sasaran pendidikan di masing-masing sekolah. Penting artinya memiliki kesepakatan tertulis yang memuat secara rinci peran dan tanggung jawab dewan pendidikan daerah, dinas pendidikan daerah, kepala sekolah, dan dewan sekolah. Kesepakatan itu harus dengan jelas menyatakan standar yang akan dipakai sebagai dasar penilaian akuntabilitas sekolah. Setiap sekolah perlu menyusun laporan kinerja tahunan yang mencakup “seberapa baik kinerja sekolah dalam upayanya mencapai tujuan dan sasaran, bagaimana sekolah menggunakan sumber dayanya, dan apa rencana selanjutnya.”
Perlu diadakan pelatihan dalam bidang-bidang seperti dinamika kelompok, pemecahan masalah dan pengambilan keputusan, penanganan konflik, teknik presentasi, manajemen stress, serta komunikasi antarpribadi dalam kelompok. Pelatihan ini ditujukan bagi semua pihak yang terlibat di sekolah dan anggota masyarakat, khususnya pada tahap awal penerapan MBS. Untuk memenuhi tantangan pekerjaan, kepala sekolah kemungkinan besar memerlukan tambahan pelatihan kepemimpinan. Dengan kata lain, penerapan MBS mensyaratkan yang berikut :
  1. MBS harus mendapat dukungan staf sekolah.
  2. MBS lebih mungkin berhasil jika diterapkan secara bertahap.
  3. Staf sekolah dan kantor dinas harus memperoleh pelatihan penerapannya, pada saat yang sama juga harus belajar menyesuaikan diri dengan peran dan saluran komunikasi yang baru.
  4. Harus disediakan dukungan anggaran untuk pelatihan dan penyediaan waktu bagi staf untuk bertemu secara teratur.
  5. Pemerintah pusat dan daerah harus mendelegasikan wewenang kepada kepala sekolah, dan kepala sekolah selanjutnya berbagi kewenangan ini dengan para guru dan orang tua murid.


Beberapa hambatan yang mungkin dihadapi pihak-pihak berkepentingan dalam penerapan MBS adalah sebagai berikut :
1.       Tidak Berminat Untuk Terlibat
2.       Tidak Efisien
3.       Pikiran Kelompok
4.       Memerlukan Pelatihan
5.       Kebingungan Atas Peran dan Tanggung Jawab Baru
6.       Kesulitan Koordinasi
Apabila pihak-pihak yang berkepentingan telah dilibatkan sejak awal, mereka dapat memastikan bahwa setiap hambatan telah ditangani sebelum penerapan MBS. Dua unsur penting adalah pelatihan yang cukup tentang MBS dan klarifikasi peran dan tanggung jawab serta hasil yang diharapkan kepada semua pihak yang berkepentingan. Selain itu, semua yang terlibat harus memahami apa saja tanggung jawab pengambilan keputusan yang dapat dibagi, oleh siapa, dan pada level mana dalam organisasi.
Anggota masyarakat sekolah harus menyadari bahwa adakalanya harapan yang dibebankan kepada sekolah terlalu tinggi. Pengalaman penerapannya di tempat lain menunjukkan bahwa daerah yang paling berhasil menerapkan MBS telah memfokuskan harapan mereka pada dua maslahat: meningkatkan keterlibatan dalam pengambilan keputusan dan menghasilkan keputusan lebih baik.

Sabtu, 03 September 2016

KONSEP DASAR KURIKULUM



Makalah
                                                               KONSEP DASAR KURIKULUM 




Makalah ini diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Pengantar Kurikulum    jurusan tarbiyah prodi pai
Oleh










SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)
WATAMPONE
2012

DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL.............................................................................................
KATA PENGANTAR..............................................................................................
DAFTAR ISI.............................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................
A.    Latar Belakang...............................................................................................
B.     Rumusan Masalah..........................................................................................
C.     Tujuan Penulisan............................................................................................
D.    Manfaat Penulisan..........................................................................................
BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................
A.    Pengertian Kurikulum....................................................................................
B.     Komponen-Komponen Pengembangan Kurikulum.......................................
C.     Fungsi Kurikulum..........................................................................................
D.    Kedudukan Kurikulum Dalam Pendidikan...................................................
BAB III PENUTUP..................................................................................................
A.    Simpulan........................................................................................................
B.     Saran .............................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................

BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Kurikulum merupakan salah satu alat untuk mencapai tujuan pendidikan, dan sekaligus digunakan sebagai pedoman dalam pelaksanaan proses belajar mengajar pada berbagai jenis dan tingkat sekolah. Kurikulum menjadi dasar dan cermin falsafah pandangan hidup suatu bangsa, akan diarahkan kemana dan bagaimana bentuk kehidupan bangsa ini di masa depan, semua itu ditentukan dan digambarkan dalam suatu kurikulum pendidikan.
Kurikulum haruslah dinamis dan terus berkembang untuk menyesuaikan berbagai perkembangan yang terjadi pada masyarakat dunia dan haruslah menetapkan hasilnya sesuai dengan yang diharapkan
B.     Rumusan Masalah
Berdasarkan rumusan masalah diatas maka penulis mengambil rumusan masalah sebagai berikut:
1.      Bagaimana Pengertian Kurikulum?
2.      Bagaimana Komponen-Komponen Pengembangan Kurikulum?
3.      Bagaimana Fungsi Kurikulum?

4.      Bagaimana Kedudukan Kurikulum Dalam Pendidikan?

C.    Tujuan Penulisan

Berdasarkan rumusan masalah diatas maka penulis mengambil tujuan masalah sebagai berikut:
1.      Untuk mengetahui pengertian kurikulum
2.      Untuk mengetahui konsep-konsep pengembangan kurikulum
3.      Untuk mengetahui fungsi kurikulum
4.      Untuk mengetahui kedudukan kurikulum dalam pendidikan
D.    Manfaat 
Semoga makalah ini dapat menambah wawasan bagi para pembaca khususnya pada mahasiswa stain.  











BAB II
PEMBAHASAN
A.                PENGERTIAN KURIKULUM
1.    secara Etimologis
Webster’s Third New International Distionery menyebutkan Curriculum berasal dari kata curere dalam bahasa latin Currerre yang berarti :
1. Berlari cepat
      2. Tergesa-gesa
      3. Menjalani
Currerre dikatabendakan menjadi Curriculum yang berarti :
  1. Lari cepat, pacuan, balapan berkereta, berkuda, berkaki
  2. Perjalanan, suatu pengalaman tanda berhenti
  3. Lapangan perlombaan, gelanggang, jalan
Menurut satuan pelajaran SPG yang dibuat oleh Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Kurikulum berasal dari bahasa Yunani yang berarti “jarak yang ditempuh”. Semula dipakai dalam dunia olahraga.
2.    Pengertian secara tradisional :
Pertengahan abad ke XX pengertian kurikulum berkembang dan dipakai dalam dunia pendidikan yang berarti “sejumlah plejaran yang harus ditempuh oleh siswa untuk kenaikan kelas atau ijazah”.
Pengertian tradisional ini telah diterapkan dalam penyusunan kurikulum seperti Kurikulum SD dengan nama “Rencana Pelajaran Sekolah Rakyat” tahun 1927 sampai pada tahun 1964 yang isinya sejumlah mata pelajaran yang diberikan pada kelas I s.d. kelas VI.
3.     Pengertian modern :
Menurut Saylor J. Gallen & William N. Alexander dalam bukunya “Curriculum Planning” menyatakan Kurikulum adalah “Keseluruhan usaha sekolah untuk mempengaruhi belajar baik berlangsung dikelas, dihalaman maupun diluar sekolah”.
Menurut B. Ragan mengemukakan kurikulum adalah “Semua pengalaman anak dibawah tanggung jawab sekolah”
Menurut Soedijarto, sebuah pengalaman Pemikiran Bagi Prosedur Perencanaan dan Pengembangan; kurikulum Perguruan Tinggi, BP3K Departeman Pendidikan dan Kebudayaan tahu 1975 ”Segala pengalaman dan kegiatan belajar yang direncanakan dan diorganisir untuk diatasi oleh siswa/mahasiswa untuk mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan bagi suatu lembaga pendidikan”.
Dari berbagai pengertian kurikulum diatas penulis menyimpulkan bahwa Kurikulum adalah merupakan suatu usaha terrencana dan terorganisir untuk menciptakan suatu pengalaman belajar pada siswa dibawah tanggung jawab sekolah atau lembaga pendidikan untuk mencapai suatu tujuan.


B.       KOMPONEN-KOMPONEN PENGEMBANGAN KURI­KULUM
1.      Tujuan Kurikulum
Tujuan kurikulum tiap satuan pendidikan harus mengacu ke arah pencapaian tujuan endidikan nasional, Dalam skala yang lebih luas, kurikulum merupakan suatu alat pendidikan dalam rangka pengembangan sumber daya manusia yang berkualitas. Kurikulum menyediakan kesempatan yang luas bagi peserta didik untuk mengalami proses pendidikan dan pembelajaran untuk mencapai target tujuan pendidikan nasional khususnya dan sumber daya manusia yang berkualitas umumnya. Tujuan ini dikate­gorikan sebagai tujuan umum kurikulum.
Setiap mata ajaran mempunyai tujuan sendiri dan berbeda dengan tujuan yang hendak dicapai oleh mata ajaran lainnya. Tujuan mata ajaran merupakan penjabaran dari tujuan kurikulum dalam rangka mencapai tujuan pendidikan nasional.
2.      Materi Kurikulum
Materi kurikulum pada hakikatnya adalah isi kurikulum. Dalam Undang-undang Pendidikan tentang Sistem Pendidikan Nasional telah ditetapkan, bahwa . . ." Isi kurikulum merupakan bahan kajian dan pelajaran untuk mencapai tujuan penyelenggaraan satuan pendidikan yang bersangkutan dalam rangka upaya pencapaian tujuan pendidikan nasional". Sesuai dengan rumusan tersebut, isi kuri­kulum dikembangkan dan disusun berdasarkan prinsip-prinsip sebagai ben'kut :

          1). Materi kurikulum berupa bahan pembelajaran yang terdiri dari bahan kajian atau topik-topik pelajaran yang dapat dikaji oleh siswa dalam proses belajar dan pembelajaran;
            2).  Materi kurikulum mengacu pada pencapaian tujuan masing-­masing, satuan pendidikan. Perbedaan dalam ruang lingkup dan urutan bahan pelajaran disebabkan oleh perbedaan tujuan satuan pendidikan tersebut;
            3).  Materi kurikulum diarahkan untuk mencapai tujuan pendidikan nasional. Dalam hal ini, tujuan pendidikan nasional merupakan target tertinggi yang hendak dicapai melalui penyampaian materi kurikulum.
3.      Metode
      Metode adalah cara yang digunakan untuk menyampaikan materi pelajaran dalam upaya mencapai tujuan kurikulum. Metode atau strategi pembelajaran menempati fungsi yang penting dalam kurikulum, karena memuat tugas-tugas yang perlu dikerjakan oleh siswa dan guru. Karena itu, penyusunannya hendaknya berdasarkan analisa tugas yang mengacu pada tujuan kurikulum dan berdasarkan perilaku awal siswa. Dalam hubungan ini, ada tiga alter­natif pendekatan yang dapat digunakan, yakni :
            1).        Pendekatan yang berpusat pada mata pelajaran, di mana materi pembelajaran terutama bersumber dari mata ajaran. Penyam­paiannya dilakukan melalui komunikasi antara guru dan siswa. Guru sebagai penyampai pesan atau komunikator. Siswa sebagai penerima pesan. Bahan pelajaran adalah pesan itu sendiri. Dalam rangkaian komunikasi tersebut dapat digunakan berbagai metode mengajar.
            2).        Pendekatan yang berpusat pada siswa. Pembelajaran dilaksana­kan berdasarkan
                        kebutuhan, minat dan kemampuan siswa. Dalam pendekatan ini lebih banyak digunakan metode dalam rangka individualisasi pembelajaran. Seperti belajar mandiri, belajar modu­lar, paket belajar dan sebagainya.
            3).        Pendekatan yang berorientasi pada kehidupan masyarakat. Pendekatan ini bertujuan mengintegrasikan sekolah dan masya­rakat dan untuk memperbaiki kehidupan masyarakat. Prosedur yang ditempuh ialah dengan mengundang masyarakat ke sekolah atau siswa berkunjung ke masyarakat. Metode yang digunakan terdiri dari : karyawisata, nara sumber, kerja pengalaman, survei, proyek pengabdian/pelayanan masyarakat, berkemah dan unit:
4.      Organisasi Kurikulum
Organisasi kurikulum terdiri dari beberapa bentuk, yang masing-­masing memiliki ciri-cirinya sendiri.
      1).        Mata Pelajaran Terpisah-pisah (isolated subjects)
Kurikulum terdiri dari sejumlah mata ajaran yang terpisah-pisah,
seperti : Sejarah, Ilmu Pasti, Bahasa Indonesia, dan sebagainya.
Tiap mata ajaran disampaikan sendiri-sendiri tanpa ada hubungannya dengan mata ajaran lainnya. Masing-masing diberikan pada waktu tertentu, dan tidak mempertimbangkan minat, kebutuhan, dan kemampuan siswa, semua materi diberikan sama.
      2).        Mata Ajaran-Mata Ajaran Berkorelasi (correlated).
Korelasi diadakan sebagai upaya untuk mengurangi kelemahan-­kelemahan sebagai akibat pemisahan mata ajaran. Prosedur yang ditempuh ialah menyampaikan pokok-pokok yang saling ber­korelasi guna memudahkan siswa memahami pelajaran tersebut. Contohnya, dalam pengajaran Sejarah dan Ilmu Bumi, masing-­masing diberikan dalam waktu yang berbeda, tetapi isi/materi dihubungkan dengan hal yang sama, atau dengan pusat minat. Cara lain, ialah pada waktu guru mengajarkan Sejarah dengan topik tertentu, dia korelasikan dengan masalah tertentu dalam mata ajaran I1mu Bumi.
3).        Bidang Studi (broadfield)
Beberapa mata ajaran yang sejenis dan memiliki ciri-ciri yang sama dikorelasikan/difungsikan dalam satu bidang pengajaran, misalnya Bidang Studi Bahasa, meliputi membaca, bercerita, mengarang, bercakap-cakap, dan sebagainya. Demikian pula bidang studi lainnya, sepertl IPS, IPA, MATEMATIKA, dan lain-lain. Salah satu mata ajaran dapat dijadikan "core-subject", sedangkan mata ajaran lainnya dikorelasikan dengan cor tersebut.
      4).        Program yang Berpusat pada Anak (Childecentered Program) Program ini adalah orientasi baru di mana kurikulum dititikberat­kan pada kegiatan-kegiatan peserta didik, bukan pada mata ajaran. Guru menyiapkan program yang meliputi kegiatan-kegiatan yang menyajikan kehidupan anak, misalnya ekskursi, cerita. Dengan cara memperkaya dan memperluas macam-macam kegiatan, peserta didik dapat memperoleh pengetahuan dan keterampilan. Cara lain untuk melaksanakan kurikulum ini, ialah pengajaran dimulai dari kelompok siswa yang belajar, kemudian guru bersama siswa ter­sebut menyusun program bagi mereka. Para siswa akan memperoleh pengalaman melalui program ini.
5.      Evaluasi
Evaluasi merupakan suatu komponen kurikulum, karena kurikulum adalah pedoman penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar. Dengan evaluasi dapat diperoleh informasi yang akurat tentang penye­lenggaraan pembelajaran dan keberhasilan belajar siswa. Berdasarkan informasi itu dapat dibuat keputusan tentang kurikulum itu sendiri, pembelajaran, kesulitan dan upaya bimbingan yang perlu dilakukan.
Aspek-aspek yang perlu dinilai bertitik tolak dari aspek-aspek tujuan yang hendak dicapai, baik tujuan kurikulum, tujuan pembelajar­an dan tujuan belajar siswa. Setiap aspek yang dinilai berpangkal pada kemampuan-kemampuan apa yang hendak dikembangkan, sedangkan tiap kemampuan itu mengandung unsur-unsur pengetahuan, keterampil­an dan sikap serta nilai. Penetapan aspek yang dinilai mengacu pada kriteria keberhasilan yang telah ditentukan dalam kurikulum tersebut.
Jenis penilaian yang dilaksanakan tergantung pada tujuan dise­lenggarakannya penilaian tersebut. Misalnya, penilaian formatif di­maksudkan untuk mengetahui kemajuan siswa dan dalam upaya melakukan perbaikan yang dibutuhkan. Berbeda dengan penilaian summatif yang bermaksud menilai kemajuan siswa setelah satu semester atau dalam periode tertentu, untuk mengetahui perkembangan siswa secara menyeluruh.
Persyaratan suatu ins­trumen penilaian, ialah validitas, reliabilitas, objektivitas, kepraktisan, pembedaan, syarat-syarat ini dijelaskan lebih lanjut pada bab evaluasi belajar dan pembelajaran.
C.                FUNGSI KURIKULUM
Fungsi Kurikulum ditinjau dari tiga segi :
1. Fungsi bagi sekolah yang bersangkutan
Ada dua macam fungsi kurikulum bagi sekolah yang bersangkutan
  • Sebagai alat untuk mencapai tujuan pendidikan yang diinginkan
  • Dijadikan pedoman untuk mengatur kegiatan-kegiatan pendidikan yang dilaksanakan disekolah.
2.   Fungsi bagi sekolah tingkat diatasnya
Kurikulum dapat berfungsi sebagai pengontrol atau pemelihara keseimbangan proses pendidikan. Dengan mengetahui kurikulum sekolah pada  tingkat tertentu, maka kurikulum pada tingkat diatasnya dapat mengadakan penyesuaian. Misalnya : Jika suatu bidang study telah diberikan pada kurikulum sekolah ditingkat bawah, harus dipertimbangkan lagi pemilihanya pada kurikulum ditingkat atas terutama dalam hal pemilihan bahan pengajaran.
Penyesuaian bahan tersebut dimaksudkan untuk menghindari keterulagan penyampaian yang bisa berakibat pemborosan waktu dan lebih penting lagi adalah untuk menjaga kesinambungan bahan pengajaran itu.
3. Fungsi bagi masyarakat
Pada umumnya sekolah mempersiapkan siswa untuk terjun dimasyarakat atau tegasnya untuk bekerja dengan keterampilan profesi yang dimilikinya. Oleh karena itu, kurikulum sekolah haruslah mengetahui atau mencerminkan hal-hal yang menjadi kebutuhan masyarakat. untuk itu perlu kerja sama antara pihak sekolah dengan pihak luar dalam hal pembenahan kurikulum yang diharapkan.
D.                KEDUDUKAN KURIKULUM DALAM PENDIDIKAN
Tugas utama seorang guru adalah membimbing, mengajar, serta melatih peserta didik secara profesional sehingga dapat mengantarkan peserta didiknya kepada pencapaian tujuan pendidikan. Sehingga untuk melaksanakan tugas melaksanakan tugas tersebut guru berpedoman pada suatu alat yang disebut kurikulum
Kurikulum merupakan syarat mutlak bagi pendidikan disekolah. hal ini berarti bahwa kurikulum merupakan bagaian yang tak tepisahkan dari pendidikan atau pembelajaran.








BAB III
PENUTUP
A.    Simpulan
Kurikulum merupakan salah satu komponen yang memiliki peran sangat penting. Landasan pengembangan kurikulum seperti sebuah pondasi bangunan. Persoalan mengembangkan isi dan bahan pelajaran serta bagaiman cara belajar siswa bukanlah suatu proses yang sederhana, sebab menentukan isi atau muatan kurikulum harus berangkat dari visi, misi, serta tujuan yang ingin dicapai. Sedangkan menentukan tujuan erat kaitannya dengan persoalan system nilai dan keutuhan masyarakat.
B.     Saran
1.      Makalah  ini masih jauh dari kesempurnaan sehingga penulis mengharapkan keritikan dan sarannya demi terlancarnya penulisan makalah berikutnya.
2.      Semoga makalah ini dapat menambah wawasan kita khususnya pada mata kuliah pengantar kurikulum


                                   



DAFTAR PUSTAKA
Sanjaya, Wina. 2009. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Kencana.
Hamalik, Oemar, 1990, Pengembangan Kurikulum (Dasar-dasar dan Pengembangannya), CV. Mandar Maju, Bandung
Soetopo, Hendyat dan Soemanto, Wasty, 1991, Pembinaan dan Pengembangan Kurikulum
sebagai substansi problem administrasi pendidikan, CV. Bumi Aksara, Jakarta.