pembelajaran model
Briggs
BAB I
.
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Desain pembelajaran dapat diartikan
sebagai proses pemecahan masalah. Tujuan sebuah desain adalah untuk mencapai
solusi terbaik dalam memecahkan masalah dengan memanfaatkan sejumlah informasi
yang tersedia. Dengan demikian, suatu desaun muncul karena kebutuhan manusia
untuk memecahkan suatu persoalan. Melalui suatu desain orang bisa melakukan
langkah-langkah yang sistematis untuk memecahkan suatu persoalan yang dihadapi.
Dengan demikian suatu desain pada dasarnya adalah suatu proses yang bersifat
linear yang diawali dari penentuan kebutuhan, kemudian mengembangkan rancangan
untuk merespon kebutuhan tersebut, selanjutnya rancangan tersebut diuji cobakan
dan akhirnya dilakukan proses evaluasi untuk menentukan hasil tentang
efektivitas rancangan (desain) yang disusun.
Sejalan dengan pengertian di atas,
Gagne (1992) menjelaskan bahwa desain pembelajaran disusun untuk membantu
proses belajar siswa, dimana proses belajar itu memiliki tahapan segera dan
tahapan jangka panjang. Dan pada kesempatan kali ini, pemakalah akan
menjelaskan dan memaparkan tentang model pembelajaran Briggs.
II.
RUMUSAN MASALAH
A. Apa pengertian desain pembelajaran
model Briggs
B. Bagaimana langkah-langkah desain
pembelajaran model Briggs?
C. Apa saja kelebihan dan kekurangan
model pembelajran Briggs?
D. Bagaimana mengembangkan sistem
instruksional dalam Mapel PAI dengan model Briggs?
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian desain pembelajaran model
Briggs
Desain pembelajaran model Briggs
yaitu desain pembelajaran yang berorientasi pada rancangan sistem dengan
sasaran dosen atau guru yang akan bekerja sebagai perancang kegiatan
instruksional maupun tim pengembangan instruksional yang susunan anggotanya meliputi
anatara lain dosen, administrator, ahli bidang study, ahli evaluasi, ahli media
dan perancang instruksional.
Briggs berpendapat bahwa, model ini
juga sesuai untuk pengembangan latihan jabatan tidak hanya terbatas pada
lingkungan program-program akademis saja. Disamping itu, model tersebut
dirancang sebagai metodologi pemecahan masalah instruksional.[1][1]
B.
Langkah-langkah desain pembelajaran
model Briggs
1. Langkah-langkah desain model pembelajaran Briggs
Adapun urutan langkah-langkah kegiatan
dalam model Brigss adalah sebagai berikut :
a.
Identifikasi
kebutuhan
Menurut
Briggs tahapan dalam mengidentifikasi yaitu: 1. Mengidentifikasi tujuan
kurikulum secara umum dan luas, 2. Menentukan prioritas tujuan, 3.
Mengidentifikasi kebutuhan kurikulum yang baru, 4. Menentukan prioritas
remidialnya.
b.
Penyusunan
garis besar kurikulum
Kebutuhan
instruksional yang telah dituangkan kedalam tujuan-tujuan kurikulum tersebut
pengujian harus rinci, disusun dan di organisasi menjadi tujuan-tujuan yang
lebih spesifik yang mendukung tercapainya tujuan akhir kurikuler secara terbuka
secara keseluruhan.
c.
Perumusan
tujuan
Setelah
tujuan kurikuler yang bersifat umum ditentukan dan diorganisasikan menurut
tujuan-tujuan yang lebih khusus, tujuan ini sebaiknya dirumuskan dalam tingkah
laku belajar yang terukur. Diusulkan agar perumusan tujuan mengandung lima
komponen, 1) tindakan 2) objek 3) situasi 4) alat dan batasan 5) kemampuan
d.
Analisis
tujuan
Dalam
analisis tujuan hal-hal yang perlu dilakukan antara lain menentukan tata urutan
pemikiran yang logis, mengidentifikasi kondisi belajar, menentukan prasarat
belajar dan proses belajar mengajar yang sesuai.
e.
Penyiapan evaluasi belajar
f.
Menentukan
jenjang belajar .
Jenjang
belajar menyusun kembali rangkaian belajar tesebut dalam urutan kegiatan
belajar yang merupakan persyarat bagi kegiatan belajar yang lain ,dan mana yang
urutannya dapat bebas pilih (optimal).
g.
Penentuan kegiatan belajar
Penentuan
strategi instruksional ini di tinjau dari dua segi pandangan yaitu, menurut
pandangan dosen sebagai perancang kegiatan instruksional dan menurut tim
pengembangan instruksional, dan dikembangkan dalam strategi instruksional.
h.
Pemilihan
media yang sesuai
i.
Perencanaan
kegiatan belajar
j.
Pelaksanakaan
kegiatan belajar mengajar
k.
Pelaksanaan
evaluasi belajar
l.
Pengembangan media: Pengembangan
media ini meliputi produksi program media, petunjuk belajar, dan evaluasi
belajar yang telah disusun pada langkah
diatas.
m.Penyusunan program pemanfaatan:
pedoman pemanfaatan yang dikembangkan pada tahap ini dimaksudkan untuk membantu
para dosen bagaimana memanfaatkan sistem innstruksional yang dikembangakan
secara lengkap.
n.
Pemantauan (monitorng bersama) :
pada tahap pemantauan pelaksanaan kegiatan belajar mengajar dapat dilakukan
bersama antara dosen sebagai perancang kegiatan instruksional yang memanfaatkan
media instruksional, dan tim pengembang instruksional untuk melihat apakah
produksi dan prosesnya telah dipergunakan sebagaimana diprogramkan.
o.
Evaluasi formatif: evaluasi pada
tahap ini dimaksudkan untuk memperoleh data guna revisi dan perbaikan materi.
p.
Evaluasi sumatif: bila evaluasi
formatif dilakuakan dalam prses pengembangan sistem instruksional untuk
perbaikan-perbaikan dari segi pengembangan, maka evaluasi sumatif dilakukan
utnutk menilai sistem penyampaian keseluruhan pada akhir kegiatan.[2][2]
C. Kelebihan dan kekurangan model pembelajaran
Briggs
1. Kelebihan dan kekurangan model pembelajaran Briggs
Kelebihan dari model cakupan makro
adalah :
a) Kelengkapan komponen di dalamnya
mengandung aspek positif, yaitu mengantisipasi masalah pembelajaran ;
b) Cakupan model adalah makro
(kurikulum) dan mikro (KBM)
c) Pelaksanaan evaluasi formatif dan
sumatif beserta uji coba dan revisi member peluang perbaikan dan peningkatan
mutu pembelajaran pada umumnya, dan mutu KBM secara khusus.
d) Komponen KBM yang lengkap
menyebabkan model ini tidak kalah dengan model berorientasi KBM murni. Jadi,
kesulitan dalam KBM dapat ditelusuri sejak dini.
e) Adanya proses penggunaan dan
penyebaran dari kurikulum ini menjadi cirri khas model dibandingkadan model
yang lain.
2. Kekurangan
dari model pembelajaran Briggs :
a)
Kegiatan penyusunan desain
pembelajaran model ini memakan waktu yang lama, tim kerja yang besar, serta
anggaran yang banyak
b)
Tim kerja banyak, tidak ada
penjelasan siapa dan bidang apa saja yang terlibat di dalamnya
c)
Tidak semua lembaga atau organisasi
pendidikan mampu menyelenggarakan penerapan model ini untuk merancang kurikulum[3][4].
D. Mengembangkan Sistem Instruksional
Dalam Mapel PAI Dengan Model Briggs
1. Pengembangan sistem intruksional model Briggs
a.
Identifikasi
kebutuhan
Pengembangan sistem intruksional model Briggs dalam mapel
PAI dan budi pekerti kelas VIII SMP N 1 Semarang.
Guru harus merumuskan tujuan
pembelajaran yang relevan dengan kurikulum. Apabila kita mengacu pada kurikulum
2013, setelah kita mengetahui KI dan KD maka kita juga harus membuat
indikator-indikator pada KD yang terdapat pada KI 3 dan KI 4, sehingga dapat
kita ketahui kekebutuhan, atau apa yang harus persiapkaan seorang guru atau
murid. Contohnya: mata pelajaran PAI dan budi pekerti kelas VIII SMP N 1
Semarang.
Kompetensi Inti :
3.Memahami dan menerapkan pengetahuan (faktual,
konseptual, dan prosedural) berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu
pengetahuan, teknologi, seni, budaya terkait fenomena dan kejadian tampak mata.
Kompetensi
Dasar:
3.8. memahami hikmah puasa wajib dan
sunnah
Indikator :
3.8.1. menjelaskan pengertian puasa
wajib dan sunnah
3.8.2.
menyebutkan macam-macam puasa wajib dan sunnah
3.8.3.
menjelaskan keutamaan puasa wajib dan sunnah
b.
Mengembangkan
Alat Evaluasi
Setelah kita mengetahui tujuan yang akan dicapai maka
selenjutnya adalah mengembaangkan alat evaluasi adalah pemahaman dan penerapan
tentang hikmah puassa wajib dan sunnah, maka kita dapat membuat alaat evaluasi
berupa tes wawancara, angket.
c.
Penyusunan
garis besar kurikulum
Menentukan materi pokok, yang
hendak disampaikan kepada siswa. Karena contoh materi diatas mengenai pemahaman
dan penerapannya maka, harus dipersiapkan semua maateri atau bahan yang berkaitan dengan materi tersebut.
d.
Merencanakan
program KBM
Pada tahap ini, kita perlu
mempersiapkan metode dan pendekataan apa saja yang akan digunakan saat KBM
berlangsung, cara merumuskan KBM tersebut harus disesuaikan dengan situasi
kelas. Apabila mengacu pada tujuan yang hendak dicapai, seperti yang telah
tersebut diatas maka kita dapat mengunakan metode everyone is a teacher here
dan small grup discussion.
e.
Pelaksanaan
evaluasi belajar
Dalam pengaplikasian alat evaluasi
desain pembelajaaran Briggs, dilakukan melalui dua tahap evaluasi, yaitu
evaluasi formatif yang dilakukan menurut 3 fase, yaitu: menguji coba siswa
secara individu, uji coba siswa dalam klompok kecil, dan uji coba siswa secara
keseluruhan. Evaluasi sumatif, untuk
menilai sistem penyampaian secara keseluruhan pada akhir kegiatan belajar
mengajar.
|
PENUTUP
A.
Simpulan
Desain pembelajaran model Briggs
merupakan desain pembelajaran yang berorientasi pada rancangan sistem dengan
sasaran dosen atau guru yang akan bekerja sebagai perancang kegiatan
instruksional maupun tim pengembangan instruksional yang susunan anggotanya meliputi
anatara lain dosen, administrator, ahli bidang study, ahli evaluasi, ahli media
dan perancang instruksional. Pada desain pembelajaran model Briggs ini ada
beberapa langkah yang harus ditempuh yang antara lain dapat diringkas sebagai
berikut: identifikasi kebutuhan,
mengembangkan alat evaluasi, penyusunan garis besar kurikulum, merencanakan
program kbm, pelaksanaan evaluasi belajar
Sedangkan desain pembelajaran model
Banathi merupakan proses pemecahan masalah yang tujuannya untuk memecahkan masalah dengan memanfaatkan
sejumlah informasi yang penyusunan sistem instruksionalnya (RPP) dilakukan
melalui tahapan-tahapan yang jelas, tahapan ini meliputi menganalisis dan
merumuskan tujuan, merumuskan kriteria ytes yang sesuai tujuan, menganalisis
dan merumuskan kegiatan belajar, merancang sistem, mengimplementasi dan
melakukan kontrol kualitas sistem serta mengadakan perbaikan dan perubahan
berdasar evaluasi.
Terdapat kelebihan serta kekurangan
antara desain pembelajaran Briggs dan Banathi antara lain: kelebihan pada
desain model pembelajaran Briggs yaitu akan lebih komprehensif dalam melakukan
evaluasi, karena langkah-langkah yang harus dilakukan sangat menyeluruh.
Sedangkan kekurangan dari desain ini yaitu terlalu rumit jika menggunakan
desain pembelajaran model Briggs ini, karena kita harus mempersiapkan komponen
yang terlalu kompleks. Untuk kelebihan dari desain pembelajaran Bannathi yaitu
desain yang ditawarkan simple dan mudah. Sedangkan kekurangannya adalah terlalu
singkatnya langkah-langkah desain pembelajaran model Bannathi.
B. Saran
Demikian makalah yang kami susun.
Adapun kesalahan dan kekurangan yang ada pada makalah ini, pemakalah mohon
maaf. Karena itu, kritik dan saran dari para pembaca sangat pemakalah harapkan
untuk kesempurnaan dalam pembuatan makalah-makalah selanjutnya. Apabila pembaca
ingin mengetahui lebih lanjut tentang pembahasan yang ada dalam makalah ini,
pembaca bisa membaca sendiri dari referensi yang digunakan dalam makalah ini,
atau dari referensi-referensi lain yang berhubungan. Pemakalah berharap semoga
makalah ini bermanfaat bagi semua yang membacanya. Wallahu A’lam Bi Sshowab.
Daftar Pustaka
Wina Sanjaya,
Perencanaan danh Desain Sistem Pembelajaran,(Jakarta: Prenada Media Group,
2010)
Harjanto,
Perencanaan Pengajaran, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2003), hlm. 114-118.
[1][3]
Wina Sanjaya, Perencanaan danh Desain Sistem Pembelajaran,(Jakarta: Prenada
Media Group, 2010)
Dewi Salma
Prawiradilaga, Prinsip Pesain pembelajaran, (Jakarta : Putra Grafika,
2008)
http://sukmayumagic.blogspot.com/2012/12/model-pembelajaran-bela-hbanathy-briggs_4.html.
di posting oleh : Sukma Sukardi. Di unduh tanggal, 10 October 2013, pkl 10:13
WIB.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar