Sabtu, 03 September 2016

pembelajaran model Briggs



Text Box: 1pembelajaran model Briggs  
BAB I

.            PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Desain pembelajaran dapat diartikan sebagai proses pemecahan masalah. Tujuan sebuah desain adalah untuk mencapai solusi terbaik dalam memecahkan masalah dengan memanfaatkan sejumlah informasi yang tersedia. Dengan demikian, suatu desaun muncul karena kebutuhan manusia untuk memecahkan suatu persoalan. Melalui suatu desain orang bisa melakukan langkah-langkah yang sistematis untuk memecahkan suatu persoalan yang dihadapi. Dengan demikian suatu desain pada dasarnya adalah suatu proses yang bersifat linear yang diawali dari penentuan kebutuhan, kemudian mengembangkan rancangan untuk merespon kebutuhan tersebut, selanjutnya rancangan tersebut diuji cobakan dan akhirnya dilakukan proses evaluasi untuk menentukan hasil tentang efektivitas rancangan (desain) yang disusun.
Sejalan dengan pengertian di atas, Gagne (1992) menjelaskan bahwa desain pembelajaran disusun untuk membantu proses belajar siswa, dimana proses belajar itu memiliki tahapan segera dan tahapan jangka panjang. Dan pada kesempatan kali ini, pemakalah akan menjelaskan dan memaparkan tentang model pembelajaran Briggs.

    II.            RUMUSAN MASALAH
A.       Apa pengertian desain pembelajaran model Briggs
B.        Bagaimana langkah-langkah desain pembelajaran model Briggs?
C.        Apa saja kelebihan dan kekurangan model pembelajran Briggs?
D.       Bagaimana mengembangkan sistem instruksional dalam Mapel PAI dengan model Briggs?








 
BAB II
PEMBAHASAN

A.       Pengertian desain pembelajaran model Briggs
Desain pembelajaran model Briggs yaitu desain pembelajaran yang berorientasi pada rancangan sistem dengan sasaran dosen atau guru yang akan bekerja sebagai perancang kegiatan instruksional maupun tim pengembangan instruksional yang susunan anggotanya meliputi anatara lain dosen, administrator, ahli bidang study, ahli evaluasi, ahli media dan perancang instruksional.
Briggs berpendapat bahwa, model ini juga sesuai untuk pengembangan latihan jabatan tidak hanya terbatas pada lingkungan program-program akademis saja. Disamping itu, model tersebut dirancang sebagai metodologi pemecahan masalah instruksional.[1][1]

B.        Langkah-langkah desain pembelajaran model Briggs
1.    Langkah-langkah desain model pembelajaran Briggs
Adapun urutan langkah-langkah kegiatan dalam model Brigss adalah sebagai berikut :
a.    Identifikasi kebutuhan
Menurut Briggs tahapan dalam mengidentifikasi yaitu: 1. Mengidentifikasi tujuan kurikulum secara umum dan luas, 2. Menentukan prioritas tujuan, 3. Mengidentifikasi kebutuhan kurikulum yang baru, 4. Menentukan prioritas remidialnya.
b.   Penyusunan garis besar kurikulum
Kebutuhan instruksional yang telah dituangkan kedalam tujuan-tujuan kurikulum tersebut pengujian harus rinci, disusun dan di organisasi menjadi tujuan-tujuan yang lebih spesifik yang mendukung tercapainya tujuan akhir kurikuler secara terbuka secara keseluruhan.
c.    Perumusan tujuan
Setelah tujuan kurikuler yang bersifat umum ditentukan dan diorganisasikan menurut tujuan-tujuan yang lebih khusus, tujuan ini sebaiknya dirumuskan dalam tingkah laku belajar yang terukur. Diusulkan agar perumusan tujuan mengandung lima komponen, 1) tindakan 2) objek 3) situasi 4) alat dan batasan 5) kemampuan
d.   Analisis tujuan
Dalam analisis tujuan hal-hal yang perlu dilakukan antara lain menentukan tata urutan pemikiran yang logis, mengidentifikasi kondisi belajar, menentukan prasarat belajar dan proses belajar mengajar yang sesuai.
e.     Penyiapan evaluasi belajar
f.    Menentukan jenjang belajar .
Jenjang belajar menyusun kembali rangkaian belajar tesebut dalam urutan kegiatan belajar yang merupakan persyarat bagi kegiatan belajar yang lain ,dan mana yang urutannya dapat bebas pilih (optimal).  
g.    Penentuan kegiatan belajar
Penentuan strategi instruksional ini di tinjau dari dua segi pandangan yaitu, menurut pandangan dosen sebagai perancang kegiatan instruksional dan menurut tim pengembangan instruksional, dan dikembangkan dalam strategi instruksional.
h.   Pemilihan media yang sesuai
i.     Perencanaan kegiatan belajar
j.     Pelaksanakaan kegiatan belajar mengajar
k.   Pelaksanaan evaluasi belajar
l.     Pengembangan media: Pengembangan media ini meliputi produksi program media, petunjuk belajar, dan evaluasi belajar yang telah  disusun pada langkah diatas.
m.Penyusunan program pemanfaatan: pedoman pemanfaatan yang dikembangkan pada tahap ini dimaksudkan untuk membantu para dosen bagaimana memanfaatkan sistem innstruksional yang dikembangakan secara lengkap.
n.   Pemantauan (monitorng bersama) : pada tahap pemantauan pelaksanaan kegiatan belajar mengajar dapat dilakukan bersama antara dosen sebagai perancang kegiatan instruksional yang memanfaatkan media instruksional, dan tim pengembang instruksional untuk melihat apakah produksi dan prosesnya telah dipergunakan sebagaimana diprogramkan.
o.   Evaluasi formatif: evaluasi pada tahap ini dimaksudkan untuk memperoleh data guna revisi dan perbaikan materi.
p.   Evaluasi sumatif: bila evaluasi formatif dilakuakan dalam prses pengembangan sistem instruksional untuk perbaikan-perbaikan dari segi pengembangan, maka evaluasi sumatif dilakukan utnutk menilai sistem penyampaian keseluruhan pada akhir kegiatan.[2][2]
                                                         
C.   Kelebihan dan kekurangan model pembelajaran Briggs
1.    Kelebihan dan kekurangan model pembelajaran Briggs
Kelebihan dari model cakupan makro adalah :
a)   Kelengkapan komponen di dalamnya mengandung aspek positif, yaitu mengantisipasi masalah pembelajaran ;
b)   Cakupan model adalah makro (kurikulum) dan mikro (KBM)
c)   Pelaksanaan evaluasi formatif dan sumatif beserta uji coba dan revisi member peluang perbaikan dan peningkatan mutu pembelajaran pada umumnya, dan mutu KBM secara khusus.
d)  Komponen KBM yang lengkap menyebabkan model ini tidak kalah dengan model berorientasi KBM murni. Jadi, kesulitan dalam KBM dapat ditelusuri sejak dini.
e)   Adanya proses penggunaan dan penyebaran dari kurikulum ini menjadi cirri khas model dibandingkadan model yang lain.
2. Kekurangan dari model pembelajaran Briggs :
a)   Kegiatan penyusunan desain pembelajaran model ini memakan waktu yang lama, tim kerja yang besar, serta anggaran yang banyak
b)   Tim kerja banyak, tidak ada penjelasan siapa dan bidang apa saja yang terlibat di dalamnya
c)   Tidak semua lembaga atau organisasi pendidikan mampu menyelenggarakan penerapan model ini untuk merancang kurikulum[3][4].




D.  Mengembangkan Sistem Instruksional Dalam Mapel PAI  Dengan Model Briggs
1.    Pengembangan sistem intruksional model Briggs
a.    Identifikasi kebutuhan
Pengembangan sistem intruksional model Briggs dalam mapel PAI dan budi pekerti kelas VIII SMP N 1 Semarang.
Guru harus merumuskan tujuan pembelajaran yang relevan dengan kurikulum. Apabila kita mengacu pada kurikulum 2013, setelah kita mengetahui KI dan KD maka kita juga harus membuat indikator-indikator pada KD yang terdapat pada KI 3 dan KI 4, sehingga dapat kita ketahui kekebutuhan, atau apa yang harus persiapkaan seorang guru atau murid. Contohnya: mata pelajaran PAI dan budi pekerti kelas VIII SMP N 1 Semarang.

  Kompetensi Inti  :
3.Memahami dan menerapkan pengetahuan (faktual, konseptual, dan prosedural) berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya terkait fenomena dan kejadian tampak mata.
Kompetensi Dasar:
3.8. memahami hikmah puasa wajib dan sunnah
Indikator  :
3.8.1. menjelaskan pengertian puasa wajib dan sunnah
                                                       3.8.2. menyebutkan macam-macam puasa wajib dan sunnah
                                                       3.8.3. menjelaskan keutamaan puasa wajib dan sunnah

b.   Mengembangkan Alat Evaluasi
Setelah kita mengetahui tujuan yang akan dicapai maka selenjutnya adalah mengembaangkan alat evaluasi adalah pemahaman dan penerapan tentang hikmah puassa wajib dan sunnah, maka kita dapat membuat alaat evaluasi berupa tes wawancara, angket.
c.    Penyusunan garis besar kurikulum
Menentukan materi pokok, yang hendak disampaikan kepada siswa. Karena contoh materi diatas mengenai pemahaman dan penerapannya maka, harus dipersiapkan semua maateri atau bahan yang  berkaitan dengan materi tersebut.
d.   Merencanakan program KBM
Pada tahap ini, kita perlu mempersiapkan metode dan pendekataan apa saja yang akan digunakan saat KBM berlangsung, cara merumuskan KBM tersebut harus disesuaikan dengan situasi kelas. Apabila mengacu pada tujuan yang hendak dicapai, seperti yang telah tersebut diatas maka kita dapat mengunakan metode everyone is a teacher here dan small grup discussion.
e.    Pelaksanaan evaluasi belajar
Dalam pengaplikasian alat evaluasi desain pembelajaaran Briggs, dilakukan melalui dua tahap evaluasi, yaitu evaluasi formatif yang dilakukan menurut 3 fase, yaitu: menguji coba siswa secara individu, uji coba siswa dalam klompok kecil, dan uji coba siswa secara keseluruhan. Evaluasi sumatif, untuk menilai sistem penyampaian secara keseluruhan pada akhir kegiatan belajar mengajar.




















10
 
BAB III
PENUTUP


A.       Simpulan
Desain pembelajaran model Briggs merupakan desain pembelajaran yang berorientasi pada rancangan sistem dengan sasaran dosen atau guru yang akan bekerja sebagai perancang kegiatan instruksional maupun tim pengembangan instruksional yang susunan anggotanya meliputi anatara lain dosen, administrator, ahli bidang study, ahli evaluasi, ahli media dan perancang instruksional. Pada desain pembelajaran model Briggs ini ada beberapa langkah yang harus ditempuh yang antara lain dapat diringkas sebagai berikut: identifikasi kebutuhan, mengembangkan alat evaluasi, penyusunan garis besar kurikulum, merencanakan program kbm, pelaksanaan evaluasi belajar
Sedangkan desain pembelajaran model Banathi merupakan proses pemecahan masalah yang tujuannya untuk  memecahkan masalah dengan memanfaatkan sejumlah informasi yang penyusunan sistem instruksionalnya (RPP) dilakukan melalui tahapan-tahapan yang jelas, tahapan ini meliputi menganalisis dan merumuskan tujuan, merumuskan kriteria ytes yang sesuai tujuan, menganalisis dan merumuskan kegiatan belajar, merancang sistem, mengimplementasi dan melakukan kontrol kualitas sistem serta mengadakan perbaikan dan perubahan berdasar evaluasi.
Terdapat kelebihan serta kekurangan antara desain pembelajaran Briggs dan Banathi antara lain: kelebihan pada desain model pembelajaran Briggs yaitu akan lebih komprehensif dalam melakukan evaluasi, karena langkah-langkah yang harus dilakukan sangat menyeluruh. Sedangkan kekurangan dari desain ini yaitu terlalu rumit jika menggunakan desain pembelajaran model Briggs ini, karena kita harus mempersiapkan komponen yang terlalu kompleks. Untuk kelebihan dari desain pembelajaran Bannathi yaitu desain yang ditawarkan simple dan mudah. Sedangkan kekurangannya adalah terlalu singkatnya langkah-langkah desain pembelajaran model Bannathi.



 
B.        Saran
Demikian makalah yang kami susun. Adapun kesalahan dan kekurangan yang ada pada makalah ini, pemakalah mohon maaf. Karena itu, kritik dan saran dari para pembaca sangat pemakalah harapkan untuk kesempurnaan dalam pembuatan makalah-makalah selanjutnya. Apabila pembaca ingin mengetahui lebih lanjut tentang pembahasan yang ada dalam makalah ini, pembaca bisa membaca sendiri dari referensi yang digunakan dalam makalah ini, atau dari referensi-referensi lain yang berhubungan. Pemakalah berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi semua yang membacanya. Wallahu A’lam Bi Sshowab.






















Daftar Pustaka
Wina Sanjaya, Perencanaan danh Desain Sistem Pembelajaran,(Jakarta: Prenada Media Group, 2010)
Harjanto, Perencanaan Pengajaran, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2003), hlm. 114-118.
[1][3] Wina Sanjaya, Perencanaan danh Desain Sistem Pembelajaran,(Jakarta: Prenada Media Group, 2010)
Dewi Salma Prawiradilaga, Prinsip Pesain pembelajaran, (Jakarta : Putra Grafika, 2008)
http://sukmayumagic.blogspot.com/2012/12/model-pembelajaran-bela-hbanathy-briggs_4.html. di posting oleh : Sukma Sukardi. Di unduh tanggal, 10 October 2013, pkl 10:13 WIB.





Tidak ada komentar:

Posting Komentar